4. Ketidak Logisan Agama Bagian Satu

36 7 0
                                    

Happy reading :)

Fajar dan Melinda masih asik berbincang-bincang mengenai alasan Melinda dan Riko memutuskan untuk tidak mempercayai agama dan Tuhan. Perbincangan mereka, awalnya terpotong oleh kegiatan makan mereka yang tertunda akibat Melinda yang terlalu asik menjelaskan ketidaklogisan Allah dalam Alquran. Setelah menghabiskan makanannya, Melinda dan Fajar kembali membahas mengenai ketidaklogisan agama dan Tuhan.

“Nah, tadi kan kita udah bahas tentang Allah subhanahu wa ta'ala yang merupakan Tuhannya agama Islam, Sekarang kita akan bahas kitab sucinya, Jar,” ujar Melinda bersemangat.

“Sekarang, coba deh kamu cari terjemahan surat kedua, ayat dua puluh tiga dan dua puluh empat.” Fajar pun mencari terjemahan ayat-ayat tersebut di internet.

”Nih, ayatnya berbunyi gini, Bu. Untuk ayat dua puluh tiga ‘Jika kamu ragu pada Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), datangkanlah satu surat yang semisal Al-Qur’an. Ajaklah para saksimu (pembelamu) selain Allah, jika kamu orang-orang benar’. Sedangkan, ayat ke dua puluh empatnya berbunyi ‘Jika kamu tidak (mampu) membuat(-nya) dan (pasti) kamu tidak akan (mampu) membuat(-nya), takutlah pada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir’. Kayaknya dua ayat ini berisi tantangan Allah untuk buat surat Alquran yang serupa dengan Alquran deh,” duga Fajar menyimpulkan.

Melinda beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamarnya. “sebentar, Jar. Ibu mau nunjukin Kamu sesuatu, Ibu ambil dulu di kamar ya,” izin Melinda pada Fajar.

Fajar pun mengiyakan dan Melinda pun masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil sebuah kertas. Tak lupa, Iya juga mengambil sebuah bolpoin dan kembali menghampiri Fajar. Melinda duduk kembali di kursinya semula dan mulai menuliskan sesuatu di kertas tersebut.

Usai Melinda menuliskan sesuatu di kertas itu, Melinda meminta Fajar untuk membaca tulisannya. “surat Fajar … hahaha!” Fajar tak bisa menahan tawanya ketika Melinda membuat surat yang serupa dengan Alquran. “aduh, Fajar nggak bisa nahan tawa, Bu. Fajar nggak nyangka, Ibu bikin surat yang serupa dengan Alquran menggunakan nama Fajar.”

“Hehehe, coba kamu baca isinya, Jar,” titah Melinda.

Fajar pun mulai membaca isi surat tersebut. “ayat pertama, ‘katakanlah, dia Fajar Tuhan Yang maha esa’. Ayat dua, ‘dia yang menciptakan bumi bulat dan alam semesta dari sebuah titik kecil yang meledak dan mengembang menjadi angkasa luas’. Ayat tiga, ‘dia tidak berawal dan tidak berakhir. Dia tidak beranak dan tidak di peranakan pula. Tak ada satupun yang sama seperti dia’. Ayat empat, ‘Siapa yang beriman kepadanya akan dimasukkan ke dalam surga yang di dalamnya terdapat teknologi canggih yang bisa mengabulkan segala permintaan dan wi-fi unlimited’. Ayat lima, ‘barangsiapa yang tidak beriman padanya, maka ia akan dikembalikan ke bumi untuk menjalani kehidupan dengan penuh penderitaan’. Hahaha, Ibu bisa juga bikin yang serupa dengan Alquran. Apalagi, surat ini ada humornya, Jadi nggak boring. Cocok nih buat generasi milenial.”

“Hehehe, hebat kan Ibu? Tuh, kamu aja bilang kalau surat yang ibu buat itu lebih cocok buat generasi milenial, artinya lebih hebat dari Alquran dong.” Melinda berujar sembari tertawa.

“Iya, Bu. Mana ada sainsnya lagi dalam ayat-ayatnya. Gak mungkin nih kalau bukan Firman dari Tuhan,” gurau Fajar sambil masih tertawa.

Melinda kembali mengambil bolpoin dan kertas itu, kemudian menyimpannya kembali di kamar Melinda. Seusai itu, Melinda kembali duduk di kursinya semula dan kembali menjelaskan mengenai ketidaklogisan agama Islam. Melinda meminta Fajar untuk mencari terjemahan surat Al Hijr ayat sembilan.

“Oke, ini dia. Isi ayatnya adalah ‘Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya’. Lalu gimana, Bu?” tanya fajar pada Melinda.

Teologi DealektikaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant