27. Alasan

24 6 0
                                    

Happy reading :)

“Nah, Sekarang kita akan mencari tahu apa itu ruh dan seperti apa ruh dalam agama Islam.” Ahmad mencari ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan ruh.

“Dalam surat assajdah ayat sembilan, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman ‘tsumma sawwâhu wa nafakha fîhi mir rûḫihî wa ja‘ala lakumus-sam‘a wal-abshâra wal-af'idah, qalîlam mâ tasykurûn’ yang artinya ‘Kemudian, Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)-nya. Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani untukmu. Sedikit sekali kamu bersyukur’. Dari ayat ini, kita mendapatkan beberapa informasi. Pertama, Allah subhanahu wa ta'ala memasukkan ruh ke dalam tubuh manusia sebagai sebuah proses yang paling akhir. Hal itulah yang Allah jelaskan dalam ayat tersebut sebagai menyempurnakan, artinya allah menyempurnakan penciptaan manusia dengan proses terakhir yaitu memasukan ruh,” beber Ahmad menjelaskan.

“Yang kedua, Allah subhanahu wa ta'ala menginformasikan bahwa kata ‘ruh’ dalam Alquran terutama di ayat ini adalah kata yang tunggal. Artinya, ruh saya dan ruh kalian itu sebenarnya adalah ruh yang sama dan dari pencipta yang sama. Hal ini berbeda dengan jiwa manusia. Karena, tiap jiwa itu punya sifat yang berbeda-beda dan watak yang berbeda-beda, sedangkan ruh itu adalah daya hidup yang sama yang Allah berikan pada setiap manusia. Yang terakhir, Allah menjelaskan bahwa ruh yang Allah tiupkan pada manusia itu membawa sifat-sifat Allah yang Allah pinjamkan pada manusia.” Ahmad melihat Ridho yang memperhatikan handphonenya sedari tadi.

“Do, kenapa? Kamu ada masalah?” Fajar yang mendengar pertanyaan Ahmad pun ikut menolehkan kepalanya itu pada Ridho yang terus memperhatikan handphonenya.

“Nggak, gua cuman chat sopir pribadi gua buat jemput gua, kayaknya bentar lagi Gua cabut,” ungkap Ridho memberitahu.

“Oh, oke. Syukurlah kalau begitu, saya kira kamu kenapa-napa. So, kita lanjutkan lagi. Karena ruh yang Allah tiupkan itu membawa sifat-sifat Allah yang Allah pinjamkan kepada manusia, maka dari itu sebenarnya kita ini tidak bisa melihat, tetapi Allah meminjamkan sifat maha melihatnya pada kita sehingga kita bisa melihat. Begitu pula jika kita bisa mendengar, maka itu artinya Allah meminjamkan sifat maha mendengarnya pada kita sehingga kita bisa mendengar, meskipun pada awalnya kita tidak bisa mendengar sebelum Allah memasukkan ruh ke dalam diri kita. Begitu pula jika saat ini kita masih hidup, itu artinya Allah meminjamkan sifat maha hidupnya kepada kita agar kita bisa hidup,” pungkas Ahmad mengakhiri penjelasan.

“Mad, gua penasaran sama nama-nama bintang yang ada di Alquran. Lu bilang kan ada beberapa istilah bintang dalam Alquran, sambil nunggu sopir pribadi gua datang jemput, gua mau dengar dong penjelasan itu,” pinta Ridho pada Ahmad.

Ahmad tersenyum dan membalas, “Boleh, saya akan tuntaskan rasa penasaran kamu, Do. Sebelumnya, ada dua istilah bintang yang sudah kita ketahui dalam Alquran. Dua istilah bintang itu adalah kaukab atau kawakib dan buruj atau burujaw. Kaukab adalah planet-planet dan benda-benda luar angkasa lainnya yang ada di tata surya  kita, sedangkan buruj adalah galaxy galaxy yang ada di alam semesta ini. Selain itu, ada dua istilah lainnya di Alquran yang merujuk pada bintang”

“Yang pertama, adalah an Najm. Mari kita lihat definisi Alquran mengenai  bintang yang berjenis an Najm ini. Dalam surat al-mu'minun ayat sembilan puluh tujuh, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman ‘wa huwalladzî ja‘ala lakumun-nujûma litahtadû bihâ fî dhulumâtil-barri wal-baḫr, qad fashshalnal-âyâti liqaumiy ya‘lamûn’ yang artinya ‘Dialah yang menjadikan bagimu bintang-bintang agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan (yang pekat) di darat dan di laut. Sungguh, Kami telah memerinci tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada kaum yang mengetahui’. Bintang-bintang apa yang biasa menjadi petunjuk bagi manusia dalam kegelapan malam baik di daratan maupun di lautan?” Fajar dan Ridho kembali berpikir.

Teologi DealektikaWhere stories live. Discover now