10. Bully

14 6 0
                                    

Happy reading :)

Fajar membuka matanya perlahan. Dia terkejut karena sejauh matanya memandang, Yang ada hanyalah kegelapan. Fajar tak mengetahui dirinya ada di mana saat ini.

“FAJAR!!! IBU KANGEN SAMA KAMU, NAK!!!” sebuah suara yang menggema terdengar oleh telinga Fajar.

Fajar sangat mengenal suara itu. Suara seorang wanita yang telah melahirkannya ke dunia. Fajar berusaha mencari sumber suara itu, tetapi tidak menemukannya.

“I— Ibu! Apakah itu Ibu! Ibu di mana?” teriak Fajar mencari keberadaan Ibunya.

Meski Fajar berteriak sekuat tenaga, namun suara itu tak menyahut lagi. Tiba-tiba, muncul cahaya yang membuat Fajar kesilauan. Setelah menyesuaikan diri dengan cahaya tersebut, Fajar dapat melihat sebuah taman yang indah.

Fajar menyusuri taman Indah tersebut sambil melihat-lihat sekeliling. Fajar berdecak kagum, karena sebelumnya ia belum pernah mengunjungi tempat seindah ini. Pohon-pohon yang menjulang tinggi, rumput-rumput hijau, burung-burung serta hewan-hewan yang berkeliaran, sebuah sungai dengan air Yang jernih, itulah yang dapat Fajar lihat.

Hingga tibalah Fajar pada sebuah kawasan perumahan. Fajar melihat ada beberapa wanita yang sedang berbincang-bincang sambil berjalan. Fajar pun menghampiri wanita-wanita tersebut.

Ketika didekati, Fajar melihat bahwa wanita-wanita itu menggunakan pakaian serba putih, bahkan hijab yang menutupi kepala Mereka pun berwarna putih. “Em … permisi, Bu,” sapa fajar pada salah satu wanita yang membelakanginya.

DEG!

Jantung Fajar serasa ingin melompat dari tempatnya usai melihat rupa wanita yang berbalik tersebut. “I— Ibu … ,” panggil Fajar dengan lirih.

Wanita yang ternyata adalah Aisyah tersebut tersenyum seraya berkata, “akhirnya Ibu bisa bertemu kamu lagi, Nak.” Fajar dan Aisyah saling mendekat, tetapi Fajar tiba-tiba berhenti.

Fajar menengok ke arah kaki kirinya, Karena ia merasa ada sesuatu yang menahan kaki kirinya. Fajar berusaha melawan, namun semakin ia lawan, semakin kuat sesuatu itu menahan kakinya. Sesuatu itu menarik kaki kiri Fajar, sehingga tubuh Fajar tertarik mundur.

Kini seluruh badan Fajar tak bisa digerakkan. Fajar berusaha memberontak, namun sesuatu itu terus-menerus menarik Fajar menjauh dari Aisyah. Fajar terus-menerus berteriak, memanggil Aisyah. Begitu pula dengan Aisyah yang berusaha mendekati Fajar, tetapi Aisyah seperti ditahan oleh sesuatu pula.

“FAJAR!!! JANGAN TINGGALIN IBU!!!” seru Aisyah dengan tubuh yang semakin menjauh dari Fajar.

“IBU!!! FAJAR JUGA MINTA MAAF!!! FAJAR KANGEN SAMA IBU!!! JANGAN TINGGALIN FAJAR!!!” pekik Fajar dengan keras.

Fajar membuka matanya dan perlahan mendudukkan badannya. Ia menyentuh dahinya dan ia merasa tubuhnya berkeringat. Nafasnya tak beraturan dan kepalanya sedikit pusing, karena dia langsung mendudukkan tubuhnya saat kesadarannya baru terkumpul.

Fajar kembali mengingat mimpi yang baru saja ia alami. “kenapa aku mimpi kayak gitu ya? Apakah ini pertanda sesuatu?” Fajar membuang pikirannya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Ah, palingan cuman mimpi biasa. Mungkin aku kangen sama Ibu, makanya sampai ke bawah mimpi kayak gini,” simpul Fajar sambil berjalan keluar kamar.

“Aku udah punya Ibu baru yang selalu ada untuk aku dan Ayah baru yang selalu punya waktu untuk aku. Aku harus melupakan masa lalu dan menjalani hidup untuk masa depanku,” ucap batin Fajar meyakinkan diri.

Seperti biasa, Fajar dan kedua orang tuanya melakukan rutinitas sarapan sambil berbincang-bincang. Setelah melakukan kegiatan sarapan bersama, Fajar pergi ke sekolah sedangkan Riko pergi bekerja. Sesampainya di sekolah, Fajar berjalan menuju kelasnya.

Teologi DealektikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang