5. Ketidaklogisan Agama Bagian Dua

31 7 0
                                    

Happy reading :)

"Tapi, gimana kalau ketiga pribadi itu tidak berderajat sebagai Tuhan, Bu?" tutur Fajar mengajukan argumen alternatif.

Melinda menaikkan satu alisnya. " Maksud kamu gimana, Jar?" tanya Melinda dengan ekspresi excited sekaligus penasaran.

"Maksud Fajar gini, Bu. Tadi kan Ibu menggunakan analogi banyak pribadi orang, tapi orang-orang yang berbeda kepribadian itu tetap satu hakikat yaitu manusia. Ini sama seperti ada tiga pribadi yang berbeda, tetapi dalam satu hakikat yang sama yaitu Tuhan. Kalau kita pakai analogi manusia, berarti ketika ada seseorang yang tengah sendirian dalam sebuah rumah, orang itu tetap disebut manusia, Meskipun tidak ada orang-orang lain di sekitarnya. Artinya, pribadi-pribadi yang diidentifikasi sebagai manusia itu bisa tetap menjadi manusia tanpa harus ada pribadi-pribadi lainnya. Dengan kata lain, hakikat atau status manusia itu bisa diberikan pada siapapun orangnya, dalam kondisi apapun, dan dalam jumlah berapapun. Bahkan meski jumlah pribadi atau orang itu hanya satu, tapi satu orang pribadi ini tetap dikatakan manusia." Melinda mendengarkan penjelasan Fajar secara seksama.

"Nah, ini akan berbeda kalau kita pakai analogi segitiga sama sisi seperti yang Ibu gambarkan tadi. Ketika ada salah satu sisi dalam segitiga sama sisi itu yang menghilang, maka bangun datar tersebut tidak bisa disebut segitiga sama sisi. Artinya, ketiga sisi itu bisa menjadi satu hakikat yang sama yaitu segitiga sama sisi, kalau ketiga sisinya itu ada dan saling melengkapi. Ini artinya, Allah bapa, firman Allah, dan roh Allah itu bisa dikatakan satu hakikat Tuhan, kalau tiga-tiganya ada. Kalau yang ada hanya Allah bapa dan firman Allah, tanpa ada roh Allah, maka mereka berdua tidak bisa disebut satu hakikat yaitu Tuhan. Ini kan berbeda dengan analogi manusia yang kalau ada satu orang atau satu pribadi saja, orang atau pribadi itu bisa dikatakan manusia meskipun nggak ada orang lain atau pribadi lain. Jadi, seseorang itu tetap bisa dikatakan manusia, meskipun enggak ada orang lain di sekitar orang tersebut sebagai pelengkap. Tapi, sisi segitiga itu nggak bisa dikatakan segitiga sama sisi, kecuali ada dua sisi lainnya sebagai pelengkap," jelas fajar pada Melinda.

Melinda mengembangkan senyumnya. "wah, pemikiran kamu menarik, Jar," puji Melinda.

Fajar membalasnya dengan cengiran yang menampakan gigi-giginya. "hehehe, anak siapa dulu dong? Anak Ibu Melinda dan Ayah Riko nih," katanya memuji diri sendiri.

"Wah, kepedeannya kumat lagi nih," canda Melinda sambil tertawa lepas.

Melinda menghentikan tawanya dan mulai mengungkapkan opininya. "kalau kamu mengajukan konsep seperti itu, artinya Allah bapa, firman Allah, dan roh Allah itu memiliki kekuasaan dan kemampuan yang terbatas apabila mereka bertiga tidak saling melengkapi. Dan kemampuan serta kekuasaan tak terbatas itu akan muncul apabila mereka saling melengkapi dan bekerja sama. Pertanyaan Ibu cuman satu, apa logis jika Tuhan sang pencipta alam semesta itu adalah sesuatu yang sempurna apabila tiga pribadi dalam hakikat Tuhan itu saling melengkapi dan bekerja sama, tetapi hakikat Tuhan itu akan menjadi tidak sempurna apabila ketiga pribadi itu tidak sedang bekerja sama atau tidak saling melengkapi? Masa ada satu kondisi di saat tuhan sempurna dan ada satu kondisi di saat Tuhan tidak sempurna? Ini juga jadi nggak logis."

"Belum lagi, kalau mereka bertiga itu saling melengkapi, artinya ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh salah satu pribadi dan kemampuan pribadi lain bisa digunakan untuk membantu pribadi tersebut. Misalnya, katakanlah firman Allah itu tidak memiliki kemampuan maha ada. Sedangkan Allah Bapak memiliki kemampuan maha ada. Sehingga, Allah bapa membantu mengadakan firman Allah agar firman Allah bisa ada. Atau, misalnya roh Allah tidak memiliki kemampuan maha pencipta, sedangkan firman Allah memiliki kemampuan maha pencipta. Jadi, firman Allah akan membantu roh Allah untuk menciptakan alam semesta ini. Bagi Ibu, konsep tuhan kayak gini tuh Nggak logis dan gak masuk akal untuk dijadikan Tuhan pencipta alam semesta," tutur Melinda menjabarkan sudut pandangnya.

Teologi DealektikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang