8. Übermensch

21 7 0
                                    

Happy reading :)

"Mari kita selami filsafat Nihilisme lebih mendalam lagi. Secara bahasa, nihilisme berasal dari bahasa Latin 'nihil' yang berarti tidak ada. Jadi, nihilisme pada dasarnya adalah sebuah keyakinan bahwa tidak ada makna intrinsik dalam hidup, tidak ada nilai-nilai moral, dan tidak ada kebenaran objektif. Nihilisme muncul di berbagai periode sejarah, tapi salah satu tokoh nihilisme yang paling terkenal adalah Friedrich Nietzsche. Dia menyatakan bahwa Tuhan telah mati, dan manusia harus menciptakan nilai-nilai mereka sendiri. Dia mengajarkan bahwa manusia tidak boleh terkekang oleh aturan-aturan agama dan Tuhan serta aturan-aturan nilai dan norma yang manusia ciptakan sendiri. Manusia harus membuat nilai-nilai mereka sendiri, sehingga mereka bisa menjadi manusia yang sepenuhnya bebas." Fajar benar-benar kagum dengan pemikiran filsafat ini, karena filsafat ini mendorong manusia untuk benar-benar bebas dari berbagai aturan dan bisa menggapai kebebasan seutuhnya.

"Nihilisme mempunyai beberapa jenis. Berikut adalah beberapa jenis filsafat Nihilisme. Pertama, Nihilisme moral. Nihilisme moral adalah pandangan filsafat Nihilisme yang menolak nilai-nilai moral tradisional. Kedua, Nihilisme epistemologis. Nihilisme epistemologis adalah filsafat Nihilisme yang meragukan kemungkinan untuk mengetahui kebenaran. Dan yang terakhir, Nihilisme politik. Nihilisme politik adalah filsafat Nihilisme yang menolak legitimasi semua bentuk otoritas. Nihilis, sebutan bagi orang yang menganut paham Nihilisme juga memiliki dua jenis. Pertama nihilis aktif, adalah nihilis yang berusaha bebas dan membuat makna hidup sendiri untuk menjalani hidup. Kedua nihilis pasif, adalah nihilis yang pesimis dan menganggap hidup tidak ada artinya, bahkan cenderung berpikiran untuk bunuh diri. Nihilisme sering diinterpretasikan sebagai pandangan yang negatif dan destruktif. Orang-orang nihilis sering digambarkan sebagai orang yang apatis, putus asa, dan bahkan ingin menghancurkan segalanya." sedang asik-asiknya menonton video, tiba-tiba notifikasi baterai handphone yang tinggal lima belas persen muncul di layar handphone Fajar.

Fajar berdecak dan mengambil casan handphone di atas nakasnya, kemudian mengecas handphone sembari masih menonton video itu. "tapi, nihilisme tidak selalu tentang kehancuran lho, guys. Nihilisme juga bisa menjadi kekuatan untuk pembebasan. Dengan melepaskan diri dari nilai-nilai dan norma yang dipaksakan, kita bisa memilih jalan hidup kita sendiri dan menciptakan makna kita sendiri," terang narator video YouTube tersebut.

"Nah, jika kita berbicara mengenai filsafat Nihilisme, maka rasanya tidak lengkap jika kita tidak membahas salah satu filsafat yang menjadi penguat dan pendukung filsafat Nihilisme ini. Filsafat itu adalah filsafat Absurdisme." Fajar mengerutkan alis dan bertanya-tanya dalam hatinya mengenai filsafat Seperti apa lagi absurdisme ini.

"Absurdisme berasal dari bahasa Latin 'absurdus' yang berarti "tidak masuk akal". Aliran filsafat ini meyakini bahwa kehidupan manusia tidak memiliki makna intrinsik, dan keinginan manusia untuk menemukan makna akan selalu berhadapan dengan kenyataan hidup yang tidak memiliki makna. Salah satu tokoh absurdisme yang paling terkenal adalah Albert Camus. Dia menyatakan bahwa kehidupan manusia adalah absurd, karena manusia memiliki keinginan untuk menemukan makna dalam hidup, namun hidup itu sendiri tidak memiliki makna. Absurdisme bukan tentang pesimisme lho, guys. Absurdisme adalah tentang menerima kenyataan hidup yang absurd dan mencari makna dalam ketidakbermaknaan. Camus percaya bahwa manusia dapat menemukan makna dalam hidup dengan menjalani hidup penuh semangat dan menolak untuk menyerah pada absurditas." Fajar mengangguk-anggukan kepalanya paham.

"Ada sebuah kisah yang suka digunakan oleh para filsuf untuk menggambarkan filsafat absurdisme." layar handphone Fajar menampilkan pemandangan sebuah gunung.

"Di kaki Gunung Tartarus yang terjal, Sisyphus, Raja Ephyra yang cerdik, terikat pada kutukan abadi yang sia-sia. Di hadapannya, terhampar batu raksasa seberat gunung, menantangnya dalam pertarungan tanpa akhir. Sisyphus, sang penipu ulung, terkenal dengan kecerdikannya yang licik. Ia pernah menipu para dewa, bahkan berhasil menjebak Thanatos, dewa kematian, dalam rantai. Kemarahan para dewa memuncak, mengantarkannya pada hukuman mengerikan: mendorong batu raksasa itu ke puncak gunung, hanya untuk melihatnya terguling kembali ke bawah, berulang kali, tanpa akhir. Setiap pagi, Sisyphus memulai perjuangannya. Ototnya menegang, keringatnya bercucuran, saat dia mendorong batu itu dengan segenap kekuatannya. Batu itu bergerak perlahan, inci demi inci, melawan gravitasi yang tak kenal ampun. Semakin dekat dia dengan puncak, semakin besar pula rasa optimismenya." Fajar menampilkan ekspresi iba ketika melihat karakter Sisyphus yang sedang berjalan perlahan mengangkat batu besar itu ke atas gunung.

Teologi DealektikaWhere stories live. Discover now