12. Menalar Tuhan Bagian Satu

22 7 0
                                    

Happy reading :)

Fajar terbangun karena alarm handphonenya yang berbunyi. Fajar membereskan tempat tidurnya dan mengambil handuk untuk mandi. Setelah berpakaian rapi, Fajar berjalan menuju ruang makan untuk menyapa orang tuanya.

Hari ini Fajar sangat bersemangat, sebab Dia akan berdiskusi dengan Ahmad mengenai keberadaan Tuhan. Merupakan sebuah kebanggaan bagi Fajar, apabila dia bisa menunjukkan kelogisan bahwa Tuhan tidak ada. Fajar cukup percaya diri bahwa dia dapat mengalahkan argumen-argumen Ahmad mengenai keberadaan Tuhan.

Fajar duduk di salah satu kursi sambil tersenyum ceria. “kayaknya anak Ibu hari ini lagi seneng banget, ada apa nih?” tanya Melinda penasaran.

Fajar pun menceritakan mengenai Ahmad. Dari mulai awal pertemuannya, sampai hal-hal yang menurut Fajar menarik dari sosok Ahmad. Melinda dan Riko yang mendengarkan ikut senang karena Fajar memiliki teman baru yang dapat membuat Fajar senang.

”Jadi, hari ini Fajar akan berdiskusi dengan Ahmad mengenai keberadaan Tuhan. Fajar excited banget, Bu, Yah,” tutur Fajar bersemangat.

“Ibu seneng kalau kamu punya teman yang terbuka mengenai topik-topik tentang agama dan Tuhan. Ibu jarang loh dengar ada umat muslim yang terbuka dengan topik-topik semacam ini. Biasanya, topik semacam ini sensitif dan lebih dihindari untuk dibahas,” komentar Melinda berpendapat.

“Fajar juga ngerasa kayak gitu, intinya Ahmad berbeda dengan orang-orang yang Fajar kenal sebagai penganut Agama Islam. Bahkan, Ahmad juga bisa loh menjelaskan Tri tunggal dan trimurti dengan analogi yang logis dan masuk akal, Bu,” kata Fajar bercerita.

“Wah, Ibu jadi penasaran. Ahmad Itu yang kemarin ngantar kamu pulang kan ya?” Fajar menganggukan kepalanya.

“Lain kali, ajak Ahmad untuk main ke rumah kita. Ibu mau tahu orangnya kayak gimana,” ucap Melinda sambil menyendok nasi.

“Siap, Bu. Nanti Fajar ajak main ke rumah,” balas Fajar sambil menyendok nasi pula.

“Jar, kamu tahu teori big bounce?” timpal Riko bertanya.

Fajar mengernyitkan alis. “Wah, kayaknya Fajar baru denger deh. Emang itu teori apa, Yah?” ujar Fajar bertanya.

“Jadi gini, Jar. Teori big bounce adalah teori yang menjelaskan bahwa alam semesta itu berada dalam sebuah siklus tanpa akhir. Bayangin aja, alam semesta itu kayak balon. Ketika balon ditiup, maka balon itu akan mengembang. Sama seperti peristiwa big Bang yang menyebabkan alam semesta ini mengembang. Pada suatu masa tertentu, balon yang sudah ditiup hingga besar itu akan mengempes dengan sendirinya. Begitu pula dengan alam semesta yang kemungkinan akan mengalami penyusutan atau pengempesan yang disebut dengan big crunch. Setelah alam semesta mengalami big crunch, sehingga membuat alam semesta kembali menjadi titik kecil yang padat yang disebut singularitas, proses big Bang akan kembali terjadi. Artinya balon yang menjadi analogi alam semesta yang sudah mengempes itu kembali ditiup dan kembali mengembang,” ungkap Riko menerangkan.

“Siklus alam semesta yang mengembang dan menyusut ini akan terus berulang tanpa akhir, menurut teori big bounce. Sejarah teori ini dimulai pada tahun seribu sembilan ratus dua puluh dua, ketika seorang fisikawan Rusia bernama Alexander Friedmann menemukan persamaan yang menunjukkan bahwa alam semesta bisa mengembang atau runtuh. Ide ini kemudian dikembangkan oleh Roger Penrose dan Stephen Hawking pada tahun seribu sembilan ratus tujuh puluhan, yang menggabungkan teori relativitas umum Einstein dengan mekanika kuantum. Teori Big Bounce terus berkembang hingga saat ini. Para ilmuwan terus mencari bukti untuk mendukung atau menyangkalnya. Salah satu bukti yang dicari adalah keberadaan graviton, sebuah partikel hipotetis yang diyakini menjadi pembawa gaya gravitasi. Graviton ini diprediksikan akan meninggalkan jejak pada gelombang mikro kosmik, sisa-sisa panas dari Big Bang.” setelah selesai menjelaskan, Riko menyuap sendokan terakhirnya dan mengambil air minum.

Teologi DealektikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang