15. Sains Dan Tuhan

14 5 0
                                    

Happy reading :)

Beberapa hari telah berlalu. Ahmad dan Fajar sudah dikenal sebagai dua orang sahabat yang selalu bersama. Sebagian siswa dan siswi nampak biasa saja dengan hal ini, Tetapi beberapa siswa dan siswi lainnya tak suka jika Fajar berteman dengan Ahmad.

Salah satunya adalah Ridho. Dia merasa Ahmad telah merebut sahabatnya. Semenjak Fajar sering berinteraksi dengan Ahmad, Ridho sering merasa sendirian. Meskipun demikian, tetapi Ridho masih merasa gengsi untuk meminta maaf dan kembali menjalin persahabatan dengan Fajar.

Pertanyaan-pertanyaan yang Fajar berikan pada Ridho pun masih ia pikirkan. Setelah kalah berdebat dari Fajar, ditambah Fajar yang memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis ketika usai berdebat, membuat keimanan Ridho mulai terkikis. Dia mencoba mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan Fajar, meskipun dia belum menemukan jawaban yang memuaskan.

“Jar, gua harap kita bisa kaya dulu lagi,” gumam Ridho sembari menatap Ahmad dan Fajar yang sedang berbincang.

Di sisi lain, Fajar dan Ahmad yang sedang berbincang-bincang harus menghentikan perbincangannya sebab seorang guru memasuki kelas. Seluruh siswa-siswi pun melakukan kegiatan pembelajaran seperti biasa. Hingga waktu istirahat pun tiba.

KRING!

Seluruh siswa-siswi berhamburan keluar dari kelas. Sedangkan Fajar dan Ahmad memutuskan untuk di dalam kelas, sebab hari ini Ahmad diberikan bekal makanan oleh Ibunya, sehingga dia tidak pergi ke kantin untuk jajan. Sedangkan, Fajar sendiri tidak terlalu lapar sehingga memutuskan untuk tetap di dalam kelas.

“Mad, menurut lu, orang yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan Dan menganggap bahwa Tuhan tidak ada, harus membuktikan ketidakberadaan Tuhan nggak sih?” tanya Fajar memandangi Ahmad yang memakan bekalnya.

Ahmad yang tengah mengunyah pun bergegas menelan makanan di mulutnya. “menurut saya, orang yang mengklaim bahwa Tuhan tidak ada itu juga harus membuktikan ketidakberadaan Tuhan. Mungkin kamu pernah mendengar ungkapan bahwa orang-orang yang mengklaim bahwa Tuhan ada lah yang harus membuktikan keberadaan Tuhan, sedangkan orang yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan Dan menganggap Tuhan tidak ada tidak perlu membuktikan ketidakberadaan Tuhan. Padahal, dua-duanya adalah klaim. Kedua klaim ini harus diuji secara empiris atau secara logis.”

Fajar melirik kotak bekal Ahmad. “Mad, menurut lu, gua perlu nggak membuktikan keberadaan kotak bekal lu?”

Ahmad mengerutkan dahinya. “kenapa kamu nanya kayak gitu, Jar?” tanya Ahmad pada Fajar.

Fajar berdecih dan kembali berkata, “lu bukannya jawab pertanyaan gua, malah balik nanya.”

Ahmad terkekeh sembari berujar, “kalau kamu mau jawaban yang biasa, tentu saja kamu tidak perlu membuktikan keberadaan kotak bekal saya, karena jelas-jelas kotak bekal Ini bisa kita lihat sama-sama. Tapi kalau kamu ingin jawaban yang tidak biasa, saya sih membutuhkan bukti bahwa kotak bekal saya itu benar-benar ada, meskipun kita semua tidak sedang mengamati atau mendeteksi kotak bekal saya dengan Indra kita.”

”Tapi, jika kotak bekal Ini keberadaannya sudah jelas dan tidak perlu dibuktikan, Kenapa ketidakberadaan Tuhan itu harus dibuktikan? Bukankah sudah jelas kalau kita tidak bisa mendeteksi Tuhan dengan Indra kita? Bukankah itu bukti bahwa Tuhan tidak ada? Membuktikan ketidakberadaan Tuhan itu sama sulitnya seperti membuktikan ketidakberadaan karakter Doraemon. Doraemon itu adalah karakter fiksi, Jadi tidak mungkin ada seseorang yang bisa membuktikan ketidak beradaan Doraemon. Begitu pula dengan Tuhan yang sulit untuk dibuktikan ketidakberadaannya, karena Tuhan adalah karakter fiksi,” sanggah Fajar.

“Kenapa sulit untuk membuktikan bahwa Doraemon adalah karakter fiksi? Bukankah Fujiko Studio Co., Ltd yang sejak awal memperkenalkan karakter Doraemon memang sudah memperkenalkannya sebagai karakter fiksi? Bukankah hal itu menunjukkan bahwa pengarang karakter Doraemon itu sendiri mengakui bahwa Doraemon adalah karakter fiksi? Itu sudah menjadi bukti yang cukup bahwa Doraemon adalah karakter fiksi dan tidak mungkin dibuktikan ketidakberadaannya. Sedangkan, orang-orang yang memperkenalkan sang pencipta alam semesta yang kita kenal sebagai Tuhan itu tidak pernah mengatakan bahwa Tuhan adalah karakter fiksi yang mereka ciptakan sendiri, sehingga itu tidak bisa menjadi bukti bahwa Tuhan tidak bisa dibuktikan ketidakberadaannya.” Ahmad mengambil air minum di tasnya dan membasahi kerongkongannya dengan air, karena ia belum sempat minum sehabis makan sebab langsung menjelaskan argumennya pada Fajar.

Teologi DealektikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang