29. Bercerai-Berai Karena Tafsiran, Bersatu Padu karena Keislaman

15 5 0
                                    

Happy reading :)

"Oke, pertama-tama, saya harus memberitahu dulu bahwa dalam Alquran tidak ada keterangan yang menjelaskan Siapa nama istri Nabi Adam. Tidak ada satupun ayat dalam Alquran yang berisi nama Siti Hawa. Nama istri Nabi Adam itu didapatkan dari hadis atau dari Bibel. Jadi cukup sulit untuk mencari secara detail proses terciptanya Siti Hawa." Ahmad memperlihatkan Alqurannya yang menunjukkan surat an-nisa ayat pertama.

"Allah subhanahu wa ta'ala berfirman 'yâ ayyuhan-nâsuttaqû rabbakumulladzî khalaqakum min nafsiw wâḫidatiw wa khalaqa min-hâ zaujahâ wa batstsa min-humâ rijâlang katsîraw wa nisâ'â, wattaqullâhalladzî tasâ'alûna bihî wal-ar-ḫâm, innallâha kâna 'alaikum raqîbâ' yang artinya 'Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu'. Nah, dalam ayat ini terdapat kalimat 'nafsiw wahidatiw' atau diri yang satu. Ayat ini sering menjadi bukti bagi para muslimin yang mempercayai bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama. Tapi, ada juga para muslimin yang menganggap bahwa ayat ini tidak menjadi bukti bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama, Karena ayat ini bisa saja ditafsirkan bahwa Nabi Adam menjadi homo sapiens pertama yang menurunkan generasi Bani Adam yang merupakan manusia modern." Ahmad menghentikan ucapannya dan membuka kembali lembaran-lembaran Alquran.

Sambil mencari sebuah surat, Ahmad kembali melanjutkan, "ada beberapa umat muslim yang berpendapat bahwa ayat ini menggambarkan bahwa Nabi Adam adalah homo sapien pertama yang lahir dari rahim seorang ibu, begitu pula dengan Siti Hawa. Namun, ada sebagian umat muslim juga yang masih berpendapat bahwa Nabi Adam bukan manusia pertama Dan mereka memiliki pandangan unik mengenai istilah 'nafsiw wahidatiw' yang ada dalam surat an-nisa ayat pertama tadi."

Ahmad membuka surat al-a'raf ayat seratus delapan puluh sembilan sampai seratus sembilan puluh. "Allah subhanahu wa ta'ala berfirman 'huwalladzî khalaqakum min nafsiw wâḫidatiw wa ja'ala min-hâ zaujahâ liyaskuna ilaihâ, fa lammâ taghasysyâhâ ḫamalat ḫamlan khafîfan fa marrat bih, fa lammâ atsqalad da'awallâha rabbahumâ la'in âtaitanâ shâliḫal lanakûnanna minasy-syâkirîn. fa lammâ âtâhumâ shâliḫan ja'alâ lahû syurakâ'a fîmâ âtâhumâ, fa ta'âlallâhu 'ammâ yusyrikûn' yang artinya 'Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam) dan darinya Dia menjadikan pasangannya agar dia cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Kemudian, setelah ia mencampurinya, dia (istrinya) mengandung dengan ringan. Maka, ia pun melewatinya dengan mudah. Kemudian, ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri) memohon kepada Allah, Tuhan mereka, "Sungguh, jika Engkau memberi kami anak yang saleh, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.". Kemudian, setelah Dia memberi keduanya seorang anak yang saleh, mereka menjadikan sekutu bagi Allah dalam (penciptaan) anak yang telah Dia anugerahkan kepada mereka. Maka, Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan'."

"Nah, dalam ayat seratus delapan puluh sembilan, Allah subhanahu wa ta'ala menggambarkan bahwa manusia diciptakan dari diri yang satu. Kemudian, Allah jadikan pasangan dari diri yang satunya itu yang menjadi cikal bakal manusia yang berjenis kelamin laki-laki atau perempuan yang berketurunan di muka bumi. Dari ayat tersebut, bisa disimpulkan bahwa pasangan suami istri yang ada di ayat itu ditafsirkan sebagai Nabi Adam dan Siti Hawa. Tetapi, umat muslim yang berpendapat bahwa Nabi Adam bukan manusia pertama dan memiliki pandangan unik mengenai diri yang satu atau nafsiw wahidatiw itu berpendapat bahwa yang dimaksud diri yang satu atau nafsiw wahidatiw itu bukanlah Nabi Adam." Fajar terkejut mendengar penjelasan Ahmad.

"Loh, kalau diri yang satu itu bukan Nabi Adam, Terus apaan dong, Mad?" tanya Fajar sambil mengerutkan alis.

"Nah, saya akan menjawabnya nanti. Namun, di ayat seratus sembilan puluh adalah ayat yang menjadi dalil umat muslim yang memiliki pandangan unik mengenai diri yang satu untuk berkata bahwa diri yang satu itu bukan Nabi Adam. Dalam ayat seratus sembilan puluh, diceritakan bahwa pasangan suami istri itu menyekutukan Allah dengan anak mereka. Tentu saja, kisah ini bukan menceritakan pasangan suami istri Nabi Adam dan Siti Hawa, melainkan pasangan suami istri itu adalah pasangan suami istri manusia pada umumnya. Oleh karena itu, bisa dipastikan bahwa diri yang satu itu bukanlah Nabi Adam dan pasangan yang diciptakan dari diri yang satu itu bukanlah Siti Hawa." Ahmad kembali mencari sebuah ayat di Alquran untuk diperlihatkan pada Fajar.

Teologi DealektikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang