Debat Cawapres

4K 269 25
                                    

Hellooo~

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama jadi pembaca yang bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading!

°
°
°
°

"Mai, nanti turun liputan ke Senayan, ya?"

Maisa yang sedang menulis laporan kerjanya pun menoleh kearah sumber suara. Dilihatnya teman satu divisi nya yang sedang memegang lembaran kertas.

"Iya, ke JCC, kan?"

Selepas menginap satu malam di Hambalang beberapa hari yang lalu, Maisa kembali disibukkan dengan pekerjaannya sebagai seorang Jurnalis.

Ia bekerja disalah satu media berita bernama, Bincang News Room.

Dan sore nanti, Maisa ditugaskan untuk turun ke lapangan untuk ikut meliput kegiatan Debat Cawapres di Senayan. Tepatnya di, Jakarta Convention Center.

"Biasanya, nanti media dan jurnalis boleh kasih pertanyaan lho, ke setiap paslon. Lo siapin ya pertanyaannya." Pinta rekannya tadi.

"Gampang."

Maisa kembali mengerjakan tugasnya, menulis laporan untuk atasannya mengenai artikel-artikel yang sudah diterbitkan di portal berita online.

Maisa selesai mengerjakan tugasnya tepat pukul empat sore, setelahnya ia beserta team yang akan turun liputan hari ini pun bersiap-siap.

"Mai, nanti lo sama Pak Narendra jangan sampai kepisah, ya. Lo liputan bareng sama beliau"

"Harus sama Pak Narendra banget nih, Dew? Enggak bisa sama yang lain?"

Dewi pun menggeleng tegas, "Enggak bisa. Lo berdua harus akur-akur, pokoknya!"

Maisa pun dengan setengah hati menerimanya. Dari sekian banyak rekan di kantornya, kenapa harus Pak Narendra? Laki-laki yang senang memancing amarahnya setiap kali bertemu.

Maisa berjalan gontai menuju parkiran kantornya, menghampiri sosok Pak Narendra yang sedang memandang dirinya tajam.

"Lama banget sih, kamu!" Sentak Narendra sedetik Maisa sampai dihadapannya.

"Sabar dong, Bapak! Saya kan juga ada kerjaan lain."

"Gerakan kamu kayak siput. Lelet banget!"

"Iya, iya. Minta maaf deh, saya."

Maisa buru-buru masuk kedalam mobil miliknya, terlalu malas meladeni Narendra dan segala omelannya.

Belum sempat ia menyalakan mobilnya, kaca mobil Maisa sudah diketuk oleh seseorang, "Mbak Maisa~"

"Kenapa, Rah?" Tanya Maisa yang menurunkan kaca mobilnya.

"Mau ikut nebeng, boleh? Pak Narendra pelit banget. Masa, Farah enggak boleh nebeng. Katanya mobilnya penuh sama team nya Pak Narendra."

Maisa menggeram pelan, "Emang nyebelin, ya, tuh orang. Yaudah, kamu bareng saya aja."

Dijalan, Maisa tak berhenti menggerutu. Menyesali hari sialnya yang harus bekerja sama dengan sosok Narendra.

"Mbak, jangan marah-marah terus..."

"Rah, saya tuh paling malas kalau ada si Narendra. Kamu liat nanti, deh. Pasti dia bakalan nyebelin banget waktu liputan nanti."

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang