Sushi Date

3.8K 323 24
                                    

Hellooo~

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Satu lagiii!! Jangan bawa cerita ini ke real life yaa. Cukup baca dan jadikan ini sebagai hiburan, saja. Okeee sayang-sayangku???

Happy reading!

°
°
°
°

"Kamu beneran enggak apa-apa, Mai? Atau mau pulang saja?" Tanya Theo memastikan.

Pasalnya, sejak kejadian beberapa menit lalu di kantor, Maisa langsung diam tak bersuara. Dijalan, beberapa kali Theo ajak bicara pun hanya diam.

"Mas Theo sudah tanya ini empat kali, lho. Aku enggak apa-apa, Mas. Maaf ya, karena suasana hatiku sedikit enggak bagus malah buat Mas Theo mungkin kurang nyaman."

Theo tampak tak setuju mendengar penuturan Maisa, "Saya enggak mempermasalahkan itu kok, Mai. Saya cuma enggak mau kamu kenapa-kenapa."

"Enggak kok, serius deh. Jadi, Mas Theo mau kemana?"

Theo menghela nafas pelan, "Saya mau ke Plaza Indonesia. Gimana?"

"Boleh, tapi mampir ke restaurant Jepang, ya? Aku mau sushi."

"Lapar?" Tanya Theo dengan wajah jahilnya.

"Iya, lapar~"

Theo tertawa kecil, lantas ia mengacak pelan rambut Maisa, "Siap, untuk Nona manis pasti dikabulkan."

Theo pun memutari jalanan Jakarta sebelum melipir ke Plaza Indonesia.

"Kapan-kapan saya ajak ke car free day, mau?" Tanya Theo ketika mobil melewati patung bundaran hotel Indonesia.

"Mau! Ayo, kapan-kapan kita lari pagi disini."

"Nanti, ya. Setelah pekerjaan saya sedikit senggang."

Maisa pun mengangguk paham. Sesampainya mereka di Plaza Indonesia. Theo memarkirkan mobilnya tak jauh dari pintu masuk lobby depan.

"Mau makan dulu atau temani saya dulu?" Tanya Theo.

"Beli sepatu dulu aja, deh, Mas."

Theo dan Maisa berjalan beriringan menuju salah satu store sepatu yang biasa Theo sambangi.

"Bantu pilihkan, Mai." Pinta Theo.

Maisa tampak berpikir sebelum mengeluarkan suara, "Mas Theo beli sepatu untuk apa?"

"Sepatu saya di rumah Kertanegara cuma sedikit. Jadi mau beli, lagi. Supaya bisa dipakai waktu ikut Bapak tugas."

"Berarti harus cari yang nyaman, supaya enak waktu dipakai."

Maisa pun berkeliling store itu mencarikan sepatu yang sekiranya cocok dengan Theo.

"Mas Theo! Sini, deh!"

Panggilan Maisa terdengar, Theo yang juga sedang melihat-lihat pun menghampiri wanita itu.

"Kenapa?"

"Ini bagus, deh. Kelihatan nyaman juga kalau dipakai, enggak berat. Mas Theo coba, gih."

Theo pun mencoba sepatu yang Maisa sarankan. Apa yang Maisa katakan benar, sepatu yang Maisa pilihkan betul-betul nyaman dan bagus.

"Bagusnya warna apa ya, Mai? Yang putih atau hitam?"

"Mas Theo sudah punya sepatu warna hitam belum? Kalau putih gampang kotor, Mas." Saran Maisa.

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang