Harapan Theo

2.2K 251 36
                                    

Hellooo~

Mohon baca pesan singkat dibawah ini yaa sayang-sayangku.

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama kita jadi pembaca yang pintar dan bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading!

°
°
°
°

"Maisa? Darimana?" Tanya Theo ketika melihat Maisa yang baru turun dari mobil milik Raja.

"Hai! Aku habis belanja bahan masakan di supermarket." Sahut Maisa.

Theo melirik sebentar kearah mobil Raja, menampilkan laki-laki beralis tebal yang sedang membawa beberapa kantong belanjaan.

"Misi, misi. Tolong, kalau mau pacaran jangan depan pintu begini. Anak ganteng mau masuk, berat nih belanjaan Nyonya muda." Ujar Raja.

"Simpan di meja ya, Mas. Nanti mau langsung gue olah soalnya."

"Iya, siap ndoro. Minggir dulu coba kalian berdua."

Maisa dan Theo pun memberikan ruang untuk Raja lewat, "Nah, gini dong." Sahut Raja lalu melenggang masuk kedalam meninggalkan dua sejoli yang masih asik diam didepan pintu.

"Kamu baru sampai, ya?" Tanya Maisa melihat Theo yang masih menenteng tas hitam kecil miliknya.

"Iya, yang lain juga baru sampai. Resky dan Agam sudah didalam."

Maisa mengajak Theo untuk segera masuk kedalam, dirinya mau langsung masak. Jam sudah mau menunjukkan waktu makan siang.

"Kamu mau masak apa?"

"Soto betawi, suka enggak?"

Theo mengangguk kecil, "Kamu masak apapun juga saya suka, Mai."

Maisa hanya terkekeh kecil mendengarnya. Di dapur, Maisa melihat Raja dan Agam yang sedang menyusun barang belanjaan ke atas meja.

"Aduh rajin banget, terharu deh~" Ucap Maisa.

"Pencitraan doang sebenarnya." Sahut Agam.

"Resky mana?" Tanya Theo yang melihat batang hidung laki-laki tinggi nan glowing itu.

"Tadi izin angkat telepon dari Mbak pacar."

Sedangkan Maisa, ia mengambil beberapa bahan untuk ia siapkan, "Mas Raja sama Mas Agam nanti buat bumbu soto nya, ya? Aku mau potong-potong daging."

"Oke, ada lagi?"

"Ah, sama masak nasi. Bisa enggak?" Tanya Maisa.

Agam berdecak sebal, "Lo jangan meragukan kita berdua ya, Mai. Masak nasi mah easy!"

"Bukan meragukan, sih. Lebih ke enggak percaya. Kalau bisa, coba berapa banyak air buat masak nasi?" Tanya Maisa

"Segaris lengan~" Sahut Agam percaya diri.

Maisa, Raja dan Theo sontak tertawa mendengar jawaban Agam. Segaris lengan? Itu nasi bakal jadi apa, Agam?

"Gam, segaris lengan itu beras bakal jadi apaan!?" Tanya Raja yang masih tertawa.

"Lho? Emang salah? Gue biasa masak nasi air nya segaris lengan kok." Sahut Agam.

"Segaris jari, Gam. Kalau segaris lengan nasi yang kamu masak jadi bubur." Ujar Theo.

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang