Bertemu Keluarga Theo

1.5K 210 22
                                    

Hellooo~

Mohon baca pesan singkat dibawah ini yaa sayang-sayangku.

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama kita jadi pembaca yang pintar dan bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading!

°
°
°
°

Puasa di minggu akhir, sedikit membuat Maisa tak tenang.

Pasalnya Theo, laki-laki itu mengajak Maisa untuk berkunjung ke rumah keluarganya.

Catat!

Ajakan itu sangat mendadak. Bahkan Maisa dibuat kelimpungan sendiri ketika harus memilih pakaian apa yang harus Maisa kenakan, serta, buah tangan apa yang harus Maisa bawa.

"Mah, aku pakai baju apa, ya, enaknya? Pakai gamis atau enggak?"

Pertanyaan yang sedikit frustasi keluar dari mulut Maisa. Veve yang melihat itu terkikik geli. Gemas dengan tingkah putri semata wayangnya.

"Mamah, jangan ketawa, ih! Bantuin aku, dong." Ujar Maisa merajuk.

Veve bangkit dari kasur Maisa, menghampiri Maisa yang sedang mengacak-acak isi lemari besarnya.

"Kamu cuma diajak buka puasa bareng sama keluarga Theo, Mai. Kok, ribet banget, sih?"

Veve menggeser pelan bahu Maisa, menggantikan perempuan muda itu untuk memilih-milih pakaian yang sekiranya pantas Maisa kenakan nanti.

Maisa mencebik kesal, "Mah, ini perdana, lho, aku ketemu sama keluarga Mas Theo. First impression nya harus bagus, dong...."

"Pakai apapun yang buat kamu nyaman, nak." Sahut Veve.

Pada akhirnya, Maisa mengangguk pasrah. Melihat itu, Veve tersenyum manis, mengambil sebuah gamis berwarna putih gading lalu menyerahkannya pada Maisa.

"Pakai ini. Nanti kamu bisa tambah pashmina atau selendang."

"Mah, Maisa deg-degan banget, ih. Kayak mau sidang skripsi." Ujar Maisa bercanda sambil menerima gamis putih itu dari tangan Veve.

"Deg-degan mau ketemu calon mertua, ya?" Tanya Veve bercanda.

Maisa berdecak sebal, "Mah, jadi ikut, kan? Jadi, ya? Temani aku~"

"Iya, iya. Nanti Mamah ikut." Putus Veve singkat.

Maisa tersenyum lebar, lantas memeluk erat tubuh Veve dengan sayang, "Sayaaaang Mamah~" Ujar Maisa pelan.

"Mamah juga sayang Maisa. Sudah besar, ya, anak Mamah. Sudah punya tambatan hati, sudah mau dikenali ke keluarga besar pula. Bukan main, anak Mamah...." Goda Veve.

"Mamah, jangan gitu. Mai tetap jadi putri kecil Mamah sama Papi sampai kapan pun, lho. Masih jadi anak kecil yang manja dan hobi merajuk." Sahut Maisa dengan wajah melasnya.

"Ooo, kalau itu memang betul. Sampai kapanpun kamu akan tetap jadi anak kecil yang hobi merajuk kesayangan Mamah dan Papi."

Maisa tersenyum manis dalam dekapan hangat Veve. Kalau saja sedang tidak berpuasa, maka bisa dipastikan pasangan Ibu dan Anak ini akan sama-sama menangis.

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang