Magelang dan Sedikit Kejujuran

3.6K 367 77
                                    

Hellooo~

Mohon baca pesan singkat dibawah ini yaa sayang-sayangku.

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama kita jadi pembaca yang pintar dan bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading!

°
°
°
°

"Papi, kan sudah janji setelah acara peresmian mau ajak Maisa jalan-jalan."

Merajuk.

Maisa merajuk karena lagi-lagi Heru tak bisa menepati janjinya. Padahal, pagi tadi Heru sudah berjanji mau mengajak Maisa jalan-jalan di Magelang.

Lalu, apa gunanya kalau mereka menginap di Magelang tapi hanya berdiam diri saja di penginapan?

"Papi harus temani Pak KASAD tinjau Akademi Militer, nak."

"Tapi Papi sudah janji, lho."

Heru memijat keningnya, "Tolong mengerti ya, nak. Ini tugas Papi, Pak Jokowi langsung yang memberikan Papi perintah untuk menemani tugas Pak KASAD."

Maisa hanya diam, Heru tak ingin mengambil pusing. Lalu pergi meninggalkan Maisa sendiri didalam kamar penginapan.

"Akh!" Teriak Maisa melampiaskan emosinya.

"Papi, selalu kayak gini. Janji, tapi ujung-ujungnya diingkari."

Maisa menjatuhkan tubuhnya keatas kasur. Berniat memejamkan matanya sebelum suara dering ponsel mengacaukannya.

Mas Theo🤺's Calling

"Halo mungil..."

Suara berat laki-laki dari ujung sana berbicara. Maisa berusaha menetralkan detak jantungnya ketika mendengar suara laki-laki itu.

"Kenapa, Mas?

"Lagi dimana? Belum pulang ke Jakarta kan?"

Maisa tampak berdeham pelan, "Belum, aku lagi di penginapan. Mas Theo dimana?"

"Saya juga di penginapan bersama Bapak."

"Kenapa telfon?"

Dari sebrang sana, terdengar suara berisik. Seperti suara langkah kaki seseorang yang sedang berjalan dengan cepat.

"Kamu lagi ngapain, sih?" Tanya Maisa.

"Kamu belum mengantuk, kan?"

Maisa mengerutkan keningnya bingung mendengar pertanyaan Theo.

"Belum, kenapa? Mau ajak aku jalan?"

Catat, Maisa hanya bercanda. Tak ada maksud lain.

"Iya, saya mau ajak kamu jalan. Mau?"

"Kemana?"

"Kulineran? Atau cari angin sore." Sahut Theo.

"Boleh, jemput, ya?"

"Iya, kirim alamat penginapanmu, ya."

"Oke."

Maisa menutup panggilan telepon secara sepihak. Mengirimkan pesan alamat penginapannya pada Theo.

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang