Aku Butuh

2.1K 260 23
                                    

Hellooo~

Mohon baca pesan singkat dibawah ini yaa sayang-sayangku.

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama kita jadi pembaca yang pintar dan bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading!

°
°
°
°

Sepekan sudah Theo dan Maisa tak saling berkomunikasi. Perempuan itu menghilang. Beberapa kali Theo berusaha menghubungi Maisa, tapi panggilan teleponnya selalu perempuan itu reject.

Ingin menemui perempuan itu, waktunya yang selalu tak sempat. Baru malam ini, Theo akhirnya bisa menemui perempuan itu di kediamannya.

Memaksa Maisa untuk mau bertemu dengannya.

"Sebentar, ya, Mas. Saya panggilkan Mbak Maisa dulu."

Bukan Maisa yang menyambut kedatangannya, melainkan seorang ibu paruh baya yang memperkenalkan dirinya sebagai asisten rumah tangga di kediaman Mayor Jenderal Heru.

"Ibu Veve dan Pak Heru enggak ada, Bu?"

"Ibu tadi sore berangkat giat persit, Mas. Kalau Bapak ada di Mabes."

Theo mengangguk paham, "Saya tunggu di teras saja ya, Bu. Nanti suruh Maisa temui saya di luar."

"Iya, Mas."

Theo melangkahkan kakinya menuju teras rumah Maisa, mendudukkan dirinya di kursi yang langsung menghadap kearah taman kecil.

Tak lama, Theo mendengar langkah kaki mendekat kearahnya, menolehkan kepalanya dan melihat Maisa dengan piyama beruang berjalan mendekatinya.

"Hai..." Sapa Theo.

Maisa tersenyum kecil, lantas mengambil tempat duduk tepat disebelah Theo.

Hening. Tak ada yang membuka suara. Sama-sama memilih untuk larut dalam lamunannya masing-masing. Sampai akhirnya, Theo yang lebih dulu mengalah untuk membuka suara.

"Saya ganggu waktu tidurmu, enggak?" Tanya Theo yang dibalas anggukan singkat oleh Maisa.

"Saya kesini, mau membicarakan tentang satu hal sama kamu." Lanjut Theo.

Maisa menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, menoleh kearah Theo yang memandang lurus kedepan.

"Aku tau apa yang mau Mas Theo bicarakan." Sahut Maisa pelan.

"Jadi? Mau saya yang bertanya lebih dulu atau kamu yang langsung menjelaskan, Mai?"

"Mas Theo mau dengar ceritaku, enggak?"

Pertanyaan dari Maisa membuat Theo mengerutkan keningnya, untuk apa Maisa bertanya tentang hal lain, pikirnya.

"Apa?"

Maisa sempat berdeham sebentar, "Dulu, waktu masih kuliah. Aku bukan tipe mahasiswi yang senang berinteraksi dengan teman-teman di kampus. Kegiatanku cuma sebatas kuliah, enggak pernah ikut organisasi atau kegiatan kepanitiaan yang lainnya."

Theo mendengar dengan seksama cerita Maisa, dilihatnya wajah Maisa yang terlihat sedikit sendu.

"Sampai akhirnya, aku ketemu dan kenal Narendra. Dia kakak tingkatku. Kita kenal tanpa sengaja karena Narendra jadi salah satu asdos."

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang