Sebuah Kabar Dari Penantian

2K 302 86
                                    

Hellooo~

Mohon baca pesan singkat dibawah ini yaa sayang-sayangku.

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama kita jadi pembaca yang pintar dan bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading!

°
°
°
°

"Mai, perasaan Mami, akhir-akhir ini kenapa enggak enak, ya?"

Pertanyaan dari Veve mampu membuat Maisa yang sedang menikmati sarapannya seketika berhenti mengunyah.

Memandang kearah Veve yang terlihat sedikit sendu, entah karena apa.

Ah, ini sudah hampir pekan kedua Heru pergi bertugas. Dan, selama itu juga laki-laki kebanggaan Maisa itu tak menghubungi Veve ataupun Maisa.

Maisa dan Veve berusaha paham, situasi disana, mungkin tak cukup aman. Atau, jaringan yang ada banyak kendala. Mungkin saja, kan? Ayo, bantu Maisa untuk berpikir positif.

"Enggak apa-apa, Mah. Everything will be fine." Sahut Maisa berusaha menenangkan.

"Iya, i hope so."

Maisa tersenyum tipis, "Nanti biar coba Maisa hubungi markas Papi disana, ya..."

"Iya. Kamu berangkat liputan jam berapa, Mai?" Tanya Veve mengalihkan pembicaraan.

"Sebentar, lagi. Oh, iya. Aku nanti liputan di daerah Bogor mungkin sampai malam. Mamah kalau ada apa-apa langsung hubungin aku, ya."

"Iya, siap deh."

Sesuai dengan permintaan dari Heru tempo hari. Dimana laki-laki itu menginginkan agar Veve dan Maisa saling menjaga satu sama lain. Dan, ya, keduanya menepati janjinya dengan baik.

"Mah, aku berangkat, ya. Hati-hati di rumah, jangan pergi sendiri. Kalau mau pergi harus di antar Pak Tias."

"Iya. Kamu bawel, deh." Sahut Veve terkikik geli melihat Maisa yang berubah sangat posesif padanya.

"Mamah, nih! Kalau dikasih tau. Kan, Maisa sudah janji buat jagain Mamah."

"Iya, iya. Masyaallah anakku yang sholehah. Sudah, sana berangkat. Nanti keburu siang, macet jalanan."

"Jalan dulu, Mah. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam, hati-hati Mai! Jangan ngebut!"

Di teras rumah, Maisa sempat menyapa Pak Tias sebentar. Sopir pribadi keluarganya itu terlihat sedikit merah matanya. Maisa pikir, mungkin laki-laki paruh baya itu kurang tidur?

"Pagi, Pak Tias." Sapa Maisa ceria.

"Pagi, Mbak. Mau berangkat kerja?"

"Iya, Pak. Oh, iya. Saya minta tolong untuk jaga Mamah, ya. Kalau Mamah mau pergi tolong di temani."

Pak Tias mengangguk kecil, lalu izin untuk pergi ke dalam menemui Veve. Maisa mempersilahkan, lalu segera berangkat menuju kota hujan, Bogor. Tempatnya untuk memulai liputan.

Di perjalanan, Maisa menyalakan musik dari radio mobil, suaranya mengalun seiring dengan alunan musik yang terdengar.

Jarak tempuh Jakarta Selatan - Bogor memakan waktu sekitar hampir satu setengah jam lebih, Maisa sedikit pegal. Jujur, menyetir terlalu lama kadang suka buat pinggangnya pegal.

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang