Lebih Dekat

1K 153 25
                                    

Hellooo~

Mohon baca pesan singkat dibawah ini yaa sayang-sayangku.

Pesanku cuma satu, jangan bawa-bawa dan sangkut pautkan cerita ini dengan real life para visual yaa. Ayo sama-sama kita jadi pembaca yang pintar dan bijak <3

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Happy reading!

°
°
°
°

Lari pagi.

Dua kata yang sebenarnya sangat tidak Maisa sukai. Tapi, karena ajakan Gilang, mau tidak mau, Maisa harus merelakan waktu liburnya untuk berolahraga.

Bukan hanya dengan berdua dengan Gilang saja. Tapi, pagi ini, Theo juga turut serta ikut lari pagi bersama. Sudah tentu, atas ajakan atau lebih tepatnya paksaan dari Gilang.

Dan pagi ini, mereka bertiga berolahraga di sekitar Gelora Bung Karno. Maisa membiarkan dua orang laki-laki itu berlari didepannya, dengan jarak yang sedikit jauh.

"Tungguin.... Aku...." Ucap Maisa dengan nafas yang sedikit terengah-engah.

"Cepat, Mbak! Lelet banget kayak siput."

Theo tertawa kecil, lantas melambatkan langkah kakinya. Menunggu Maisa yang sudah berkeringat banyak.

"Capek, ya?" Tanya Theo ketika Maisa sudah tepat di sampingnya.

"Pakai tanya lagi! Capek banget, lah!" Ketus Maisa.

Theo maju selangkah mendekati Maisa, menyeka keringat yang berada di dahi dara cantik itu, "Istirahat dulu mau?"

"Mau, aku sudah enggak sanggup~"

Gilang berdecak sebal, "Lemah! Belum juga selesai joging nya Mbak."

"Ih, aku capek, lho! Kalau kalian kan, sudah terbiasa, makanya enggak capek." Sahut Maisa galak.

"Yasudah, kita istirahat dulu. Lang, kita cari tempat duduk, dulu. Kasihan, Mbak mu, nanti pingsan dia." Ajak Theo.

Mereka bertiga mencari tempat duduk yang sekiranya tak terlalu ramai. Sesekali Maisa menyeka keringat yang terus mengalir di pelipisnya.

"Mau minum? Biar saya belikan." Tawar Theo.

"Mau. Air dingin, ya?" Pinta Maisa.

Theo menggelengkan kepalanya, "Jangan. Air biasa saja, ya? Enggak baik kalau habis olahraga minum air dingin."

"Yah, Mas. Seret banget ini tenggorokan aku." Keluh Maisa.

"Iya, tau. Tapi enggak bagus untuk kesehatan, Maisa. Sudah, kamu tunggu disini sama Gilang, ya? Saya beli air dulu."

Gilang yang sedari tadi hanya memerhatikan pun mengerutkan keningnya bingung, "Mbak, kok Mas Theo masih bilang saya, sih? Kayak lagi bicara sama rekan kerjanya."

"Terus harus bilang apa? Aku kamu?"

"Iya gitu lebih bagus. Kalau pakai saya, formal banget hubungan kalian." Sahut Gilang.

Maisa terkekeh kecil, "Adek, pakai sapaan saya tuh enggak melulu formal, lho. Sopan didengar lagi."

"Iya tau, Mbak. Aku cuma kaget, kirain Mbak sama Mas Theo panggilannya kayak anak-anak alay gitu." Ujar Gilang sambil tertawa.

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang