Narendra dan pelukan hangat

3.6K 312 46
                                    

Hellooo~

Oh, iya! Jangan lupa untuk vote dan comment yang banyak di cerita ini. Okeey?? Kalau ada typo yang bertebaran, mohon dimaafkan.

Satu lagiii!! Jangan bawa cerita ini ke real life yaa. Cukup baca dan jadikan ini sebagai hiburan, saja. Okeee sayang-sayangku???

Happy reading!

°
°
°
°

Terhitung sudah hampir dua minggu sejak debat cawapres putaran kedua digelar beberapa waktu lalu. Kini, Maisa pun kembali pada rutinitasnya sebagai seorang jurnalis.

Juga, sejak perbincangan hangat dengan Theo tempo hari di kediaman Kertanegara. Hubungan Theo dan Maisa memang semakin lebih dekat.

Seperti hari ini, sepulang kerja nanti, Maisa sudah memiliki janji dengan Thei untuk menemani laki-laki itu membeli sepatu disalah satu Mall di kawasan Jakarta.

Theo juga sempat mengatakan akan menjemput Maisa ketika jam pulang kerja.

Siang ini, Maisa sedang istirahat di cafetaria lantai bawah kantornya. Sebelum tiba-tiba salah satu rekan se-divisi nya datang menghampiri meja Maisa.

"Mai, nanti sore anak-anak mau nongkrong nih, lo mau ikut join, enggak? Tanyanya.

"Next time, ya. Gue ada urusan juga soalnya."

Laki-laki itu pun mengeluh akan tolakan Maisa, "Yah, sebentar aja kok, Mai."

"Sorry, ya. Tapi enggak bisa, gue udah ada janji juga sama orang lain." Tolak Maisa sekali lagi.

Laki-laki itu pun mengerti, dan pamit pada Maisa.

"Ada janji sama siapa, lo?" Tanya sahabat Maisa.

"Kepo deh kamu~"

"Siapa, Mai? Pacar lo, ya?" Tudingnya.

Maisa pun menggeleng heboh, "Bukan, lagian mana ada gue punya pacar, sih."

"Terus siapa?"

Maisa mendekatkan wajahnya, berbicara dengan suara berbisik, "Mayor Theo."

"ANJIR!? MAISA YANG BENER AJA LO!"

Kalula—Sahabat Maisa—berteriak mendengar jawaban yang Maisa katakan. Hal itu mengundang tatapan risih dari beberapa karyawan yang sedang menikmati makan siangnya. Salah satunya tatapan tajam dari Narendra yang juga sedang makan siang di Cafetaria.

Maisa pun sontak meringis pelan, dan meminta maaf pada mereka yang melihat kearahnya.

"Jangan berisik, Lula! Liat, tuh, orang-orang pada lihat kesini."

"Ya, gue kaget! Kok, lo bisa kenal sama Mayor tampan tiada tara itu?" Tanya Kalula.

Maisa pun menghembuskan nafasnya, "Dia kan ajudannya Pak Pradana, Kalula."

"Iya, tau. Terus urusannya dia bisa kenal lo sama dia ajudannya Pak Pradana, apa?"

"Pak Pradana, kan, Pakde gue, Lula."

Sebelum Kalula kembali berteriak, Maisa buru-buru membekap mulut perempuan itu.

"Jangan teriak!"

Kalula mengangguk pelan, Maisa pun melepaskan tangannya dari mulut Kalula.

"Anjir, lo, Mai! Kita kenal hampir empat tahun. Tapi kenapa gue baru tau kalau lo keponakannya Pak Pradana!?" Seru Kalula pelan.

Maisa pun menjawabnya dengan santai, "Beliau Pakde gue, Kalula. Gue cuma keponakannya, bukan anak kandungnya."

Major Let Me Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang