03. Sahurrr

557 72 0
                                    


.
.
.
.
.
SAHUR....SAHUR....
SAHUR....SAHUR....
SAHUR....SAHUR....

Resta membuka matanya saat mendengar teriakan-teriakan anak-anak yang berpatroli untuk membangunkan sahur, pemuda itu melihat jam di layar ponselnya, sudah pukul dua ternyata.

Resta menatap ke arah Axel yang masih bergelung nyaman di dalam selimut sebelum memutuskan untuk keluar kamar, dia akan memasak terlebih dahulu sebelum akhirnya membangunkan adik-adik nya.

Langkah Resta terhenti sejenak saat melihat lampu dapur sudah menyala, dia bisa melihat punggung sempit dan tubuh mungil Rain disana.

"Kenapa gak bangunin aku?" Rain sedikit tersentak saat Resta mengeluarkan suara, pemuda itu terkejut tentu saja.

"Gak usah ngagetin!" Resta tertawa pelan saat melihat Rain menggerutu.

"Ya habisnya kamu bangun lebih dulu bukannya bangunin aku malah udah sibuk sendiri." Rain mengedikan bahunya.

"Aku udah bangunin kamu ya tadi, tapi kamu cuma dehem aja." Resta kembali tertawa kecil sebelum mengambil alih kangkung yang baru saja di cuci oleh Rain.

"Iya maaf, udah sini biar aku yang lanjutin, kamu tolong buatin teh hangat buat yang lain aja." Rain mengangguk dan segera bergeser, membiarkan Resta meneruskan kegiatan memasak yang tadi dia lakukan.

Sebelum Resta bangun tadi, Rain sudah sempat menggoreng ayam dan juga memasak nasi, sekarang tinggal memasak tumis kangkung saja.

"Kamu bangun jam berapa tadi?" Rain yang sedang menyiapkan teko untuk membuat teh melirik sekilas pada Resta yang baru saja bertanya.

"Jam satu tadi." Alis Resta mengernyit saat mendengar jawaban sang adik.

"Jam satu? Kamu belum tidur?" Bukan tanpa alasan Resta bertanya demikian, karena semalam Resta masih melihat Rain di ruang kerja pukul sebelas malam.

"Aku tidur, tapi cuma sejam. Aku mimpi buruk." Jawaban lirih Rain membuat Resta menatap lekat pada sang adik.

"Mimpi buruk lagi? Sejak kapan? Kenapa gak bilang ke aku?" Rain tersenyum tipis.

"Dua hari ini, tapi aku gak papa Res, kemarin aku bisa balik tidur, tapi hari ini kalau aku balik tidur, aku bisa kebablasan jadi aku putusin buat masak." Resta menatap sendu pada Rain yang sudah berbalik membelakanginya.

"Kalau ada apa-apa langsung cerita ke aku Rain, kamu udah janji buat gak nutupi apapun dari aku." Rain menoleh dan mengangguk.

"Iya bang Resta, gak usah khawatir. Aku pasti cerita kalau ada apa-apa, tapi sekarang aku baik-baik aja bang." Resta menatap lekat pada Rain yang ada di hadapannya.

"Bahkan kami tau lebih banyak gimana sifat dan sikap asli ku di banding Kendra loh bang, masih aja ngeliatin aku gak percaya kayak gitu." Resta berdecak dan mengedikan bahu saat mendengar ucapan Rain.

"Soalnya ekspresi wajah mu sekarang gak meyakinkan Isam." Ekspresi Rain berubah kesal saat mendengar Resta memanggil nama tengah nya.

"Gak usah panggil Isam!"
.
.
.
.
.
Plak

Plak

"Kendra, ayo  bangun sahur!" 

"Kendra bangun!" Rain menepuk lengan Kendra sedikit kencang, memang membangunkan Kendra untuk sahur itu selalu jadi yang paling susah buat dilakukan.

"Hhmm nanti bang, masih ngantuk." Rain menggelengkan kepalanya saat mendengar gumaman Kendra.

"Yakin gak mau bangun sekarang?" Rain melirik ke arah Gala yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Belum bangun bang? Mau aku yang bangunin aja?" Rain menggeleng kecil dan tersenyum.

"Udah Gal, kamu tinggalin aja Kendra. Dia gak mau sahur, biar jatah ayam goreng sama tumis kangkung nya buat kamu aja." Ucapan Rain ternyata berhasil membuat Kendra membuka matanya.

"Gak boleh! Tumis kangkung nya buat aku!" Dengan cepat pemuda mungil itu segera pergi ke kamar mandi, mengabaikan Gala yang menatap bingung pada Rain.

"Udah kamu turun dulu aja, biar Kendra aku yang tungguin." Gala mengangguk dan segera keluar dari kamar nya.

Rain memang bertugas membangunkan Gala dan Kendra, karena membangunkan Noah sudah menjadi jatah Bagas. Sedangkan membangunkan Axel dan Aidan adalah bagian Resta.

Rain rasanya merindukan suasana sahur di jogja, di rumah nya dulu saat hanya ada dirinya, Kendra dan sang ibuk. Lebih sering Kendra yang membangunkannya dibanding dia yang membangunkan sang adik, karena sang ibuk lebih senang memasak di temani Kendra, karena Kendra tidak akan membantu berbeda dengannya yang selalu ingin membantu.

Grep

"Hayo, abang mikirin apa?" Rain menepuk tangan Kendra yang melingkar di perut nya.

"Gak mikirin apa-apa, udah ayo turun, yang lain pasti udah nungguin buat sahur dibawah." Kendra mengangguk namun tidak juga melepaskan pelukannya pada perut Rain.

"Bang, aku kangen sama ibuk. Biasanya pas sahur pertama gini ibuk pasti bangunin aku buat nemenin masak." Rain terdiam mendengar ucapan lirih Kendra.

Sret

"Abang juha kangen, tapi ibuk udah bahagia dek, kalau kamu kangen, kamu bisa kirim doa ke ibuk sehabis sholat nanti, gimana?" Kendra mengangguk.

"Bang Rain, nanti habis sholat subuh aku tidur sama abang ya?" Rain tersenyum dan mengangguk.

"Iya, ayo sekarang sahur dulu, sebelum Resta marah."
.
.
.
.
.
Meja makan terasa ramai karena ocehan-ocehan Kendra, Axel dan juga Bagas, ketiganya tengah membahas game yang semalam sempat mereka mainkan bersama.

Noah, Gala dan Aidan yang sibuk dengan makanan mereka, Resta yang tengah menatap adik-adiknya yang makan sahur dengan pelan, terutama Rain yang terlihat seperti menjaga suapannya.

Resta merasa aneh dengan cara makan Rain, karena disaat yang lain makan dengan lahap, Rain justru sebaliknya. Resta khawatir jika Rain tengah tidak enak badan, atau masih memikirkan tentang mimpi buruk ya.

"Rain, makan yang banyak, masak dari tadi makan cuma segitu." Ucapan Resta membuat semua saudaranya menatap ke arah Rain.

"Ini udah banyak Resta, mau sebanyak apa lagi?" Resta menatap kangkung di piring Rain.

"Itu, kamu ambil kangkung cuma segitu." Kendra yang mendengar itu langsung menatap piring milik Rain, lalu beralih pada Rain dan Resta.

"Bang Resta, bang Rain kalau makan kangkung memang harus pelan-pelan, kalau gak gitu nanti bisa kesedak kangkung." Ucapan Kendra membuat kedua netra Resta membola.

"Kenapa kamu gak bilang Rain?!" Rain menutup telinganya saat Resta menaikan nada bicaranya.

"Gak usah teriak, lagian kamu gak nanya kok." Resta menghela nafas panjang. Rain yang sekarang sering membuat ya sakit kepala.

"Tau lah Rain, terserah kamu. Ayo yang idah habis sahur, cuci piring nya."

"Nanti kalau mau sholat subuh panggil gue di kamar, kita jama'ah." Semua adik-adiknya mengangguk saat mendengar ucapan Resta.

"Bang Resta, udah piring nya tinggal aja, biar aku yang nyuci piring punya bang Resta sama bang Rain." Kendra menahan Resta yang akan mencuci piring nya sendiri.

"Gak usah Ken." Kendra menggeleng.

"Gak apa bang, kan bang Resta sama bang Rain udah masak tadi." Resta menghela nafas panjang.

"Ya udah terserah kamu, makasih ya." Kendra mengangguk.

"Rain, kamu ikut aku, aku mau ngomong sesuatu sama kamu." Tanpa menunggu persetujuan Rain, Resta sudah menarik tangan adik seusia nya itu ke ruang kerja.

"Bang Rain sama bang Resta kenapa makin hari makin kayak anak kembar sih? Bahkan ngalahin Bagas sama Noah."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat pagi
Selamat sahur...
Dan selamat menunaikan puasa hari pertama buat yang menjalankannya...
Spesial hari pertama puasa ya, nanti aku bakal double up buat book ini....

Selamat membaca dan semoga suka

See ya

–Moon–

Grantha : Ramadhan PertamaWhere stories live. Discover now