27. Hari ke-23: Berburu takjil

319 65 1
                                    


.
.
.
.
.
Noah melihat Rain yang masih bergelung nyaman di kasurnya, semalam Rain sudah mengatakan untuk tidak membangunkan nya sahur.

Noah tidak tau kenapa Rain memilih tetap tidur dari pada bangun untuk sahur, tapi Noah hanya bisa menurut karena pemuda tinggi itu tidak ingin membuat Rain tidak nyaman.

Noah keluar dari kamar bertepatan dengan Resta yang berjalan naik ke atas, sepertinya akan membangunkan mereka.

"Langsung kebawah ya No, Bagas, Aidan, Axel sama Kendra udah bangun kok." Noah mengangguk.

"Bang Resta." Resta kembali berbalik menatap Noah saat pemuda tinggi itu memanggilnya.

"Bang Rain pesen supaya gak di bangunin." Resta mengangguk kecil.

"Iya."

Sepeninggal Noah, Resta segera membangunkan Gala sebelum akhirnya pergi ke kamar Rain dam Noah.

Sret

Resta menyentuh dahi Rain dan menghela nafas lega saat suhu tubuh sang adik itu normal, Resta memilih meninggalkan Rain yang sedang tidur, karena dia tau jika Rain pasti kelelahan.

"Bang Resta, bang Rain belum bangun?" Resta menoleh dan menatap Kendra yang berdiri di depan pintu.

"Belum, gak usah di bangunin ya, soalnya Rain ngeluh capek semalem." Kendra hanya mengangguk.

Sudah bukan hal aneh jika Rain puasa tanpa sahur, sejak kecil sudah seperti itu. Rain adalah anak yang malas untuk bangun sahur, semua itu karena kegiatan nya sendiri.

Rain terlalu sibuk dari pagi sampai malam, hingga membuat Milia selalu menyediakan susu untuk Rain setiap kali sahur.

"Rain gak demam, kamu gak usah khawatir."
.
.
.
.
.
"Bang Rain tumben dari sahur tadi gak keluar kamar?" Pertanyaan Axel sukses membuat Bagas, Gala, dan Aidan menatap ke arah Kendra dan Noah.

"Bang Rain lagi sibuk ngerjain desain nya, makanya gak keluar kamar." Ucapan Noah di iringi anggukan oleh Kendra, karena memang Rain mengatakan akan mengerjakan desain yang diminta klien rewel nya.

"Bang Rain puasa? Tapi tadi gak sahur." Kendra tertawa kecil.

"Bang Rain dari dulu biasa puasa tanpa sahur, karena kalau sibuk sama kegiatan sekolah bang Rain bisa pulang malem dan gak mau di bangunin sahur." Gala merengut saat mendengar jawaban Kendra.

"Bang Rain gak sahur bukan karena semur gagal ku kemarin kan?" Kendra dan yang lain langsung menggeleng.

"Gak, memang bang Rain kemarin protes soal semur nya? Gak kan, jadi bang Rain emang gak ada masalah sama semur nya." Gala masih memasang wajah sedih meskipun Bagas sudah memberikan kalimat penenang seperti itu.

"Aku pingin masak buat bang Rain soalnya bang Rain udah bikin anak-anak itu berhenti, tapi ternyata hasilnya gak sesuai ekspetasi ku." Kendra tertawa kecil dan merangkul pundak Gala.

"Udah gak usah dipikirin, gimana kalau kita keluar cari takjil aja? Kita beliin bang Rain bubur ketan hitam." Gala langsung tersenyum saat mendengar ajakan Kendra. Mereka semua mengetahui jika Rain sangat menyukai bubur ketan hitam.

"Ayo, sebentar aku izin bang Resta dulu!" Gala dengan cepat langsung meninggalkan saudara-saudara untuk menemui Resta di ruang kerja, karena Resta harus memeriksa laporan yang dikirimkan asisten nya.

"Gala makin kesini makin kayak anak kecil deh, dulu diem banget padahal." Aidan, Noah dan Kendra mengangguk saat mendengar ucapan Axel.

"Itu namanya Gala udah nyaman sama kita, dia udah bisa percaya sama kita."
.
.
.
.
.
"Axel, jangan beli banyak-banyak!" Kendra memukul pundak Axel saat melihat saudaranya itu akan mengambil banyak makanan.

"Ya kan nanti buat bang Resta sama bang Rain juga." Kendra menggeleng, dia cukup pusing melihat Axel seperti ini. Sedangkan Bagas, Noah, Aidan dan Gala sudah sibuk memilih takjil untuk mereka sendiri.

"Bang Resta sama bang Rain gak makan sebanyak itu Axel, udah beli secukupnya aja!!" Axel merengut namun tetap menurut pada Kendra, pemuda itu mengembalikan beberapa makanan yang sebelumnya sudah dia ambil.

"Ken, selain bubur ketan hitam bang Rain suka apa lagi?" Kendra menatap Gala sebentar sebelum menunjuk kue lumpur di depan Gala.

"Itu, beli kue lumpur dua buat bang Rain." Gala menurut dan segera mengambil dua kue lumpur di depannya.

"Habis ini kita beli es ya bang?" Bagas sebagai yang tertua hanya bisa mengangguk saat Aidan menepuk pundaknya.

"Iya udah, kalian beli es sana gue gak." Noah memilih menemani Bagas menunggu adik2 nya yang lain membeli es untuk mereka.

"Kenapa gak ikut?" Noah menggeleng.

"Males, mereka pasti nanti ribut sendiri." Bagas tertawa mendengar ucapan Noah.

"Halah lo juga gitu aja, sok gak mau ribut segala sekarang." Noah hanya tertawa pelan.

"A', gue bingung deh. Kalau gue lihat bang Resta sama bang Hujan sibuk gini, sampai capek terus berujung sakit, rasanya gue pingin bantuin mereka, tapi perusahaan bukan bidang gue meskipun ya gue memang belajar soal bisnis juga." Bagas menoleh dan tersenyum saat melihat wajah sendu Noah.

"Memang bang Rain sama bang Resta pernah maksa kamu buat bantuin mereka?" Noah menggeleng kecil.

"Noah, dengerin ya. Bang Rain, bang Resta, bahkan opung sama uti pun gak pernah maksa kita buat terjun ngurus perusahaan meskipun kita pewaris. Mereka mau kita jadi apa yang kita pingin, bukan karena paksaan." Noah mengangguk kecil.

"Kita yang memang beda bidang sama mereka, tugasnya cukup nurut aja. Kita ringanin beban bang Rain sama bang Resta dengan nurut apa kata mereka, jangan bikin mereka susah."
.
.
.
.
.
"Bang Rain ayo makan dulu." Rain menghela nafas panjang saat Kendra memaksanya untuk turun ke lantai satu dan makan.

"Abang makan nya nanti dek, mau nyelesein gambar dulu." Kendra menggeleng.

"Nanti bang Rain lupa, akhirnya malah skip makan. Tadi abang udah gak sahur, masa sekarang mau gak makan juga." Rain menahan tangan Kendra yang sejak tadi berusaha menariknya agar keluar dari kamar.

"Kendra, dengerin abang. Abang lagi gak pingin makan, perut abang rasanya udah penuh, tadi kan udah makan bubur ketan hitam, jadi biarin abang selesein gambar abang ya dek?" Kendra yang mendengar ucapan lembut Rain akhirnya mengalah dan mengangguk.

"Nanti Kendra bawain susu aja ya kesini? Mau Kendra buatin roti bakar juga?" Rain menggeleng.

"Makasih dek, susu aja cukup. Tapi nanti aja kalau kamu udah mau tidur, jangan sekarang ya?" Kendra mengangguk.

"Ya udah, kalau gitu Kendra ke bawah dulu. Abang kalau capek, ngantuk langsung tidur, istirahat, jangan maksa buat nyelesein semuanya malam ini." Rain kembali tersenyum dan mengangguk.

"Iya, sana kamu makan dulu." Kendra mengangguk dan keluar dari kamar Rain dan Noah.

Turun nya Kendra seorang diri membuat semua saudaranya menghela nafas panjang, kecuali Resta yang sudah tau alasan Rain tidak bergabung makan dengan mereka.

"Bang Resta, habis makan aku mau keluar cari susu ya, boleh?" Resta mengangguk memberi izin.

"Ajak Bagas atau Noah, gue gak kasih izin kalau sendirian." Kendra mengangguk paham.

"Iya bang."

"Mau cari susu apa Ken? Kita masih punya susu kemasan kan?" Kendra menggeleng saat Bagas mengatakan itu.

"Bang Rain gak minum susu kemasan loh, nanti kita cari orang jual stmj, kita beli susu sapi nya."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Grantha : Ramadhan PertamaWhere stories live. Discover now