14. Hari ke-11 : Pelukan untuk Axel

440 79 10
                                    


.
.
.
.
.
Marahnya Aidan kemarin membuat Axel merasa bersalah, terutama saat mendengar ungkapan benci sang adik pada mama mereka.

Selama ini Aidan lah yang melindunginya dari sang mama, Axel tidak pernah menyangka jika adiknya akan mendendam pada sang mama.

Aidan tidak pernah marah jika dihadapannya, adiknya itu hanya akan menurut pada sang mama. Axel hanya tidak menyangka, ternyata di balik diam nya Aidan, adiknya itu juga sama terlukanya.

Aidan tidur di kamar Rain sejak semalam, sedangkan Noah mengalah untuk mengungsi ke kamar Aidan.

Axel sendiri tidak bisa tidur, terutama saat memikirkan bagaimana sikap sang mama pada Aidan kedepannya, Axel takut.

Cklek

Axel menatap ke arah pintu kamar nya yang terbuka, ada Resta yang masuk ke kamarnya. Tidak aneh jika hanya Resta yang masuk, namun saat melihat Kendra, Rain dan juga Aidan dahi Axel jadi berkerut bingung.

Belum lagi ternyata Gala, Bagas, dan Noah menyusul setelah nya. Axel benar-benar bingung saat ini, terutama saat melihat Resta mengganti pakaiannya dan mengambil sebuah ransel yang sepertinya memang sudah disiapkan sejak tadi.

"Bang, ada apa?" Rain tersenyum dan mendekat ke arah Axel.

"Axel, beberapa hari ini aku sama Resta bakal bawa Aidan sedikit jauh dari papa sama mama kamu. Kamu tetap disini sama yang lain, gak apa?" Axel beralih menatap ke arah Aidan yang ternyata sudah rapi dengan jaketnya.

"Mau kemana bang? Nanti kalau mama tau gimana?" Resta tersenyum dan menepuk kepala Axel.

"Ketempat dimana mama kamu gak akan bisa macam-macam, kamu tenang aja. Ada aku sama Rain yang bakal jaga Aidan, kamu baik-baik disini sama yang lain." Axel menatap semua saudaranya satu persatu.

"Ck, gak usah di sembunyiin Res, kamu bikin Axel bingung." Resta rasanya ingin sekali Rain bertingkah seperti saat pertama kali mereka bertemu, jika seperti sekarang dia pusing sendiri.

"Axel dengar, aku sama Resta bakal bawa Aidan ke rumah opung. Kamu gak perlu khawatir soal apapun, kecuali soal bagaimana nasib mama kamu kedepannya."

"Meskipun opung dan uti mengatakan kalian bukan pewaris, tapi mereka tidak pernah tidak mengakui kalian sebagai cucu mereka. Abang akan bawa Aidan sebagai cucu bungsu mereka, bukan sebagai salah satu calon pewaris, jadi kamu tenang aja." Axel akhirnya mengangguk paham.

"Iya bang, aku paham. Kalian akan berangkat sekarang?" Resta dan Rain mengangguk.

"Iya, papa sama mama kamu gak tau soal ini, yang tau cuma mama Lily, mama Salma, dan bunda Fatma, itulah kenapa sekarang kami semua disini."

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan buat langsung bilang ke yang lain Xel, kita saudara." Axel mengangguk saat melihat semua suadaranya mengangguk dan tersenyum.

"Kalau tante Nita nanya Aidan, bilang aja gak tau, nanti gue bantuin bohong." Axel menatap haru pada Noah, saudara yang sebelumnya sangat tegas mengatakan jika tidak akan menerima Axel sebagai saudaranya.

"Tenang aja Xel, ada aku juga, nanti biar tak tabok papa kalau macem-macem." Kendra juga, sebelumnya mereka bahkan seperti musuh.

"Makasih." Rain dan Resta tersenyum lega, paling tidak saat mereka tidak ada, adik-adiknya bisa saling menjaga.

"Ya udah, kalau gitu kami pergi dulu. Kendra, kalau ada pak Niko kesini, kamu bisa atasi kan?" Kendra mengangguk.

"Bisa bang, tenang aja."
.
.
.
.
.
Ketidakhadiran Rain, Resta dan Aidan membuat Bian dan Nita bingung, namun Nita tidak berani membuka suaranya, berbeda dengan Bian yang langsung menanyakan hal itu pada Lily.

Grantha : Ramadhan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang