06. Hari ke-03 : Perkara seblak

414 74 0
                                    


.
.
.
.
.
Noah menatap kasur milik Rain yang kosong saat dia akan keluar kamar, sejak semalam Rain tidak kembali ke kamar setelah mengakatan akan mengerjakan pekerjaannya di ruang kerja, padahal Noah sudah menunggu hingga waktu sahur.

Noah sebenarnya ingin mengadu pada sang bunda tentang kebiasaan Rain, tapi dia sendiri tau jika Rain punya banyak pekerjaan, tidak sepertinya yang sedang longgar karena baru saja lulus.

"Bang Hujan masih di ruang kerja ya?" Noah bergumam saat turun ke bawah dan hanya melihat Resta yang sedang memasak untuk sahur.

"Bang Res, bang Hujan masih di ruang kerja?" Resta terkejut saat tiba-tiba mendengar suara berat Noah.

"Noah, kamu ngagetin aja. Iya Rain masih disana, kenapa?" Noah menggeleng.

"Kerjaan bang Hujan banyak banget ya bang? Sampai begadang gini." Resta mengangguk kecil.

"Ada sedikit masalah di perusahaan almarhum ibuk, itu bikin Rain harus kerja ekstra buat menangani hal itu." Noah menghela nafas panjang.

"Tapi gue khawatir bang, beberapa hari ini bang Hujan gak tidur teratur, sekarang malah begadang." Resta tersenyum tipis.

"Ya mau gimana lagi No, Rain gak akan serta merta nerima bantuan kita. Apa lagi dia tau kalau kita juga punya pekerjaan lain." Noah menghela nafas panjang.

"Udah, dari pada kamu diem disini, tolong bangunin Bagas sama Aidan, minta tolong mereka bangunin yang lain." Noah mengangguk kecil dan segera pergi ke kamar kembarannya.

Namun belum juga mengetuk pintu, pintu kamar itu sudah di buka oleh Bagas dari dalam.

"Loh tumben udah bangun?" Noah mengedikan bahu.

"Bukan udah bangun, tapi belum tidur, keasikan nonton anime." Bagas menggelengkan kepalanya, sudah terlampau hafal dengan tingkah sang adik.

"Gue tadi di suruh bang Resta bangunin lo sama Aidan, tapi lo udah bangun, gue bangunin Kendra sama Gala aja kalau gitu." Tanpa menunggu jawaban Bagas, Noah sudah lebih dulu berlalu dari hadapan pemuda tinggi itu.

"Itu anak makin lengket aja sama Kendra, untung Kendra gak diajak rusuh."
.
.
.
.
.
Bagas tau ada yang Noah inginkan, mengingat jika Noah jarang mau menempel padanya seperti sekarang kecuali menginginkan sesuatu.

Bagas sebenarnya tidak keberatan jika Noah menempeli nya, dia justru senang, karena adiknya akan bersikap manja.

"Kenapa sih dek?" Bagas menepuk pelan kepala Noah yang sedang berbaring di pahanya.

"Diem aja a', gak boleh emang gue manja ke kembaran sendiri?" Bagas tersenyum tipis dan menggeleng.

"Boleh, emang siapa yang gak ngebolehin?" Noah tidak lagi menyahut dan kembali memejamkan matanya, apa lagi saat jemari Bagas bermain di rambutnya.

"Gue tau lo mau sesuatu dek, jadi lo pingin apa?" Noah yang mendengar ucapan itu dari Bagas langsung membuka matanya dan menatap wajah manis sang kakak.

"Seblak, nanti buatin dong a' pas buka." Bagas mengernyit mendengar hal itu.

"Seblak? Buat buka puasa?" Noah mengangguk.

"Iya a', kangen makan seblak gue." Bagas menggeleng.

"Gue buatin tapi bukan buat buka puasa, inget perut lo manja Noah." Noah merengut mendengar ucapan Bagas.

"Gue pingin seblak a' Bagas, buatin." Bagas menghela nafas panjang mendengar rengekan Noah. Agak serem sebenernya mengingat jika suara Noah itu cukup berat.

"Iya gue buatin, tapi buat dimakan setelah tarawih, dan gue pastiin lo udah makan nasi dek. Gue gak mau liat lo sakit, okey?" Noah merengut kesal, namun tetap mengangguk, yang penting dia dapat seblak.

"Mau yang pedes kayak waktu kita sma dulu a'." Bagas mendelik saat mendengar permintaan Noah.

"Gak usah aneh-aneh Noah, gue bikin yang pedes normal aja, biar yang lain bisa ikut makan." Bagas tidak akan menuruti Noah kali ini, karena tingkat kepedasan yang Noah mau itu sudah pernah hampir membunuh mereka.

"Yah a' Bagas." Bagas tetap menggeleng.

"Nurut aja deh Noah, apa perlu gue laporin ke bunda, biar bunda kesini." Noah seketika itu langsung menggeleng.

"Gak usah kasih tau bunda, nanti gue di marahin."
.
.
.
.
.
Gak ada yang spesial dari buka puasa hari ini, karena tidak ada Rain hari ini. Pemuda mungil itu pamit akan menemui klien nya di salah satu cafe sejak sore tadi, bahkan sampai mereka selesai tarawih pun Rain belum pulang.

Saat ini Noah, Kendra, Resta dan Gala tengah duduk di meja makan sambil membicarakan hal random, entah tentang kuliah Gala dan Kendra, atau tentang pekerjaan Resta. Jangan lupakan Noah yang sedang menunggu seblak buatan Bagas yang wanginya menyebar seantero rumah itu matang.

"Bang Rain emang sering ketemu klien di luar ya Ken?" Kendra yang di tanya oleh Noah hanya mengangguk.

"Bang Rain jarang bawa kerjaan ke rumah, kecuali kepepet. Biasanya bang Rain bakal kerja sekalian di tempat ibuk, kalau udah di rumah bang Rain gak mau bahas masalah kerjaan." Jawaban Kendra membuat Noah menatap ke arah Resta.

"Tapi dua hari ini vang Rain begadang buat kerjaan loh Ken." Kendra merengut.

"Aku tau, ada masalah di perusahaan ibuk, tapi bang Rain gak mau aku bantuin. Bang Rain bilang kalau aku udah lulus baru boleh bantuin."

Sret

Resta yang sedari tadi mendengar ucapan Kendra segera mengelus pelan kepala pemuda itu.

"Rain bener, bahkan kalau pun perusahaan papa saat ini ada masalah, aku juga gak akan biarin kalian ikut terjun sebelum lulus." Resta tersenyum tipis saat mendapat tatap tajam dari adik-adiknya.

"Aku mau kalian menikmati waktu luang kalian sebisa mungkin, sebelum akhirnya kalian akan dikelilingi pekerjaan yang mungkin membuat kalian tidak bisa beristirahat."

Tak

"Gue setuju sama bang Resta, selagi kalian masih belum bekerja dan terikat dengan perusahaan, lakukan apapun yang lain mau sekarang, jadi nakal sekarang. Supaya nanti kalau kalian udah kerja dan udah nikah, kalian hanya tertawa saat kalian diajak nakal." Bagas yang baru saja meletakan semangkuk besar seblak dimeja makan, hal itu membuat Noah langsung mengangkat mangkuk kecil dihadapannya untuk mengambil seblak itu.

"Gala jangan makan ya, takut perut kamu gak kuat." Gala mengangguk, lagi pula dia tidak terlalu suka dengan seblak.

"Ken, kalau kamu mau ambil mangkuk gih, sekalian ambilin buat bang Resta juga." Kendra mengangguk dan akan beranjak, namun tangannya di tahan oleh Resta.

"Gue gak usah, gue masih kenyang." Kendra mengangguk, dan berakhir dia mengambil mangkuk untuknya sendiri.

"Kalau ada bang Rain pasti bang Rain ikut makan, tapi sekarang lagi gak ada, jadi ayo habisin Noah." Noah mengangguk, hanya mereka berdua yang makan seblak buatan Bagas, karena Axel dan Aidan sama-sama menolak tadi.

"Besok buatin buat bang Hujan Gas." Bagas menggeleng kecil.

"Ya kalau bang Rain minta aja, kalau gak ya pasti kalian lagi yang habisin."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.


Grantha : Ramadhan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang