11. Hari ke-08 : Menjadi asing

446 78 17
                                    


.
.
.
.
.
Kejadian semalam benar-benar membuat Nita dianggap orang asing oleh enam pewaris Malendra, meskipun sebenarnya tidak ada yang membahas masalah itu lagi sejak mereka semua meninggalkan ruang keluarga.

Namun sikap mereka terlihat jelas, terutama Resta, Rain, Kendra, Noah dan Gala. Bagas mungkin masih bisa menyembunyikan hal itu dan bertingkah seolah semua baik-baik saja, namun sebenarnya dia juga ingin melawan Bian dan Nita seperti yang lain.

"Rain, bisa mama bicara sebentar sama kamu?" Rain yang baru saja keluar dari kamarnya untuk membantu mama Lily, bunda Fatma dan mama Salma menyiapkan sahur langsung berhenti dan menatap datar pada Nita.

"Saya gak mau bahas apapun soal semalam, seharusnya tante sudah paham akan ucapan saya semalam." Nita terdiam, terutama saat melihat Rain langsung berlalu meninggalkan nya.

"Kenapa rasanya seasing itu Rain, masalah semalam itu masalah sepele, jangan menjadi asing sama mama nak." Rain menoleh dan mendengus kesal.

"Kita memang orang asing tante, pertemuan pertama kita adalah saat kita datang ke solo, pertemuan kedua kita saat tante ke rumah untuk menjenguk Axel dan Aidan, pertemuan ketiga kita saat saya di rumah sakit, dan sekarang adalah pertemuan keempat kita."

"Empat kali pertemuan tidak membuat kita langsung menjadi akrab tante, saya bertingkah sopan dan menganggap tante ibu karena saya menghargai tante sebagai istri papa dan ibu dari dua adik saya, tapi setelah tante bersikap seperti semalam, saya rasa saya tidak bisa lagi menganggap orang yang mengekang kehidupan adik saya sebagai ibu."
.
.
.
.
.
"Gala, sini papa mau ngomong sebentar sama kamu." Gala tidak menjawab dan segera beralih duduk di sebelah Rain, pemuda itu sama sekali tidak menatap ke arah sang papa.

"Gala–"

"Gala gak mau pa, kalau papa masih ngotot mending papa aja yang nikah sama Mawar." Semua yang mendengar hal itu spontan menahan tawa mereka, kecuali Bian dan Nita.

"GALA, KAMU GAK BISA NGOMONG GITU KE PAPA KAMU!!" Nita membentak Gala saat mendengar jika Gala meminta Bian menikahi Mawar.

Brak

Rain menggebrak meja saat mendengar Nita membentak Gala, ekspresi pemuda itu terlihat marah dan aura yang dikeluarkan terasa menyeramkan.

Axel secara spontan langsung mendekatkan tubuhnya pada Bagas, dia jelas tau bagaimana Rain saat marah, dia bahkan pernah melihat Rain menghajar Bima saat itu.

"Rain ingat peraturan, jangan menggebrak meja makan!" Tatapan Rain beralih pada Bian yang baru saja menegurnya.

"Kalau papa negur Rain, ingatkan juga pada istri papa jangan berteriak di meja makan, itu aturannya." Lagi-lagi Bian tidak bisa menjawab saat Rain membalas ucapannya.

"Jangan merusak suasana hati saya tante, karena saya bisa melakukan hal yang mungkin tidak pernah tante bayangkan." Ucapan dingin Rain membuat suasana ruang makan menjadi suram.

"Bang Rain sudah, aku gak apa kok." Ekspresi Rain melunak saat mendengar ucapan Gala.

"Sudah ya Rain, abaikan saja. Mas Bian, mending nanti bawa istri kamu itu pulang ke surabaya, bisanya rusuh aja." Bian menghela nafas lelah saat Fatma mengatakan hal itu.

"Ayo sahur dulu, emosinya ditahan dulu ya, ingat nanti pahala puasanya habis kalau masih emosi." Rain mengangguk saat Lily menatapnya lembut.

"Jangan mencari masalah Nita, posisi kamu tidak sekuat itu disini."
.
.
.
.
.
Rain sengaja menghabiskan waktunya di ruang kerja nya bersama dengan Resta, karena dia tidak ingin emosi saat melihat Nita dan Bian yang masih berkeliaran di rumah ini.

Grantha : Ramadhan PertamaWhere stories live. Discover now