33. Hari ke-29: Malam takbir

276 66 0
                                    


.
.
.
.
.
Rencana untuk kembali ke solo malam hari ternyata berubah menjadi sehabis sahur, semua itu karena permintaan Resta pada sang opung.

Mau bagaimana pun kondisi Rain perlu istirahat lebih lama, namun begitu demamnya turun Rain justru merengek agar diizinkan ikut puasa, alasannya karena hari ini adalah hari terakhir puasa, para orang tua tidak punya pilihan lain selain mengizinkan Rain ikut puasa.

"Kamu boleh ikut puasa hari ini, tapi ingat Rain kalau gak kuat langsung bilang ke bunda." Rain hanya mengangguk saat Fatma kembali memberinya peringatan.

"Iya bunda." Fatma tersenyum dan mengelus rambut Rain.

"Ya sudah, sana siap-siap, sebentar lagi kita balik ke solo. Opung sama uti mau kamu semobil sama mereka, jadi gak boleh protes." Rain merengut saat mendengar ucapan Fatma.

"Kenapa harus semobil sama papa sih?" Fatma tertawa kecil.

"Loh kenapa? Kamu masih marah sama papa?" Rain mengangguk pelan.

"Iya bund, aku marah karena ucapan papa waktu itu. Aku gak peduli papa mau ngomong apapun soal Rain atau Kendra bund, tapi Rain gak suka kalau papa udah bawa-bawa ibuk, seolah papa selalu ada buat kami."
.
.
.
.
.
Resta tidak pernah menyangka jika adik-adiknya akan heboh hanya karena petasan dan kembang api, ya kecuali Rain dan Kendra.

"Bang Resta, ayo ikutan main!!" Resta menggeleng, menolak ajakan Axel untuk bermain petasan dan kembang api.

"Kalian aja yang main." Resta melirik Kendra dan Rain yang duduk di sebelahnya, dengan Rain yang tengah bersandar pada pundak Kendra, jangan lupa tangan Kendra yang menggenggam tangan Rain erat.

"Ken, kamu gak mau main petasan sama yang lain?" Kendra menggeleng.

"Aku gak bakat main petasan bang, takut malah kena tangan, liat aja cukup kok." Resta mengangguk paham, karena melihat bagaimana tangan Rain menahan tangan Kendra, tentu si sulung itu tau jika Rain yang tidak mengizinkan Kendra ikut bermain.

"Rain, lemes amat, masih pusing?" Rain hanya mengangguk kecil, sebelum akhirnya memejamkan matanya.

Resta tidak lagi bersuara, karena dia tidak mau membuat Rain merasa tidak nyaman. Mereka semua bermain di halaman belakang rumah karena menunggu waktu magrib, padahal lebih enak bermain petasan saat malam.

Acara main petasan mereka berhenti begitu adzan magrib terdengar, beruntungnya mama Salma yang baru saja ke solo tadi sore sudah menyiapkan teh hangat di teras belakang.

"Nih bang, buka dulu." Bagas mengangsurkan dua gelas teh hangat pada Resta juga Rain.

"Makasih Gas." Bagas tersenyum dan mengangguk

Sret

"Masih demam ya bang?" Rain sedikit terkejut saat tangan Bagas menyentuh dahi nya.

"Habis buka istirahat ya bang? Diinfus sebentar." Rain akhirnya mengangguk, karena bagaimana pun dia tau tubuhnya akan menyusahkan jika dia tidak menurut.

"Bang, ayo makan dulu!" Teriakan Aidan dari teras belakang membuat Bagas, Resta, Kendra dan Rain menoleh.

"Gak usah teriak-teriak loh Dan, kasian bang Rain kaget." Aidan langsung menutup mulutnya menggunakan tangan dan tertawa pelan.

"Maaf bang, ayo makan sini."
.
.
.
.
.
"Ini jadi lebaran besok kan?" Noah menggerutu sambil memainkan ponselnya.

"Yo ndak tau, tunggu aja ada suara takbiran." Axel yang ada di sebelahnya langsung menyahut, dan hal itu membuat Noah merengut kesal.

"Kalian ngapain sih?" Noah dan Axel langsung mendongak saat mendengar suara Kendra.

"Ken, kenapa belum takbiran?" Kendra mengernyit, jadi sejak tadi Noah menunggu suara takbir.

"Kalau di jawa ya gitu, paling nanti habis isya', ya yang sabar toh. Kalau pun emang lebaran besok yo gak bakal berubah." Noah akhirnya diam setelah mendengar ucapan Kendra.

"Kendra, Axel, Noah, nanti setelah sholat isya' tolong anterin zakat ke masjid ya?" Ketiganya mengangguk saat Arini memberi perintah halus.

"Iya uti, nanti disiapin aja, kita yang bawa ke masjid."

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La ilaha illallah Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd

Allahu Akbar Kabiran, wal Hamdu Lillahi Katsira, wa Subhanallahi Bukratan wa Ashilan, La Ilaha illallah wa La Na’budu Illa Iyyahu Mukhlishina Lahuddina Walau Karihal Kafirun. La ilaha illallah Wahdah, Shadaqa Wa’dah wa Nashara ‘Abdah, wa Hazamal Ahzaba Wahdah. La ilaha illallah.

Gema takbir terdengar setelah sholat isya' selesai, hal itu membuat Noah, Axel, Aidan, Gala dan Kendra bersorak heboh.

Apa lagi saat mereka melihat ramainya masjid saat mereka mengantar zakat ke sana, suasana lebaran berbeda dengan di bandung, atau pun surabaya. Itulah kenapa Noah, Axel dan Aidan sedikit terkejut.

"Disini kalau malam takbir ramai banget ya?"

"Kalau di bandung ya ramai orng jalan-jalan,  yang takbiran di jalan gitu." Ucapan Noah mendapat anggukan setuju dari Axel.

"Di surabaya juga gitu, ramai nya itu beda, gak kayak disini."
.
.
.
.
.
"Loh kalian pulang sendiri? Kendra, Noah sama Axel mana?" Lily bertanya pada Gala dan Aidan yang pulang ke rumah sendirian.

"Kendra, Axel sama Noah lagi ikut takbiran di masjid, tadi di ajak Ali, anak nya tetangga sebelah." Lily mengangguk saat mendengar jawaban Gala.

"Ya udah sini duduk, besok udah lebaran ya, nanti jangan tidur terlalu malem." Gala dan Aidan mengangguk, begitu juga Bagas dan yang memang sejak tadi ada disana.

"Bang Resta sama bang Rain mana?"

"Resta lagi nemenin Rain di kamar nya, biarin istirahat dulu biar besok udh enakan dan bisa ikut lebaran." Aidan mengangguk.

"Jadi besok kita semua lebaran disini kan?" Pertanyaan Bagas mendapat anggukan dari para orang tua.

"Iya Gas, mungkin mama nya Aidan sama Axel bakal datang besok, jadi jaga emosi buat besok ya? Ingat, lebaran loh." Bagas mengangguk patuh.

"Berarti ini lebaran pertama kita bareng sama papa." Ucapan spontan Bagas membuat semua mata menatap ke arahnya, terutama Aidan.

"Maaf bang." Bagas menatap ke arah Aidan bingung.

"Ngapain minta maaf, kamu gk salah kok, yang salah itu papa." Biang yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas panjang.

"Udah-udah sana kalian istirahat, main atau ngapain gitu. Bagas nanti kalau jam sembilan Noah, Axel sama Kendra belum pulang tolong di susulin ya?" Bagas mengangguk saat Arini berbicara padanya.

"Iya uti, nanti Bagas seret mereka pulang."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat malam
Ada yang nungguin?
Aku mau kasih pengumuman singkat terkait book sebelah ya...

Akrala naik cetak...

Estimasi

Isi
Vol.1: 330 halaman
Vol.2: 321 halaman

Harga (total 2 buku)
Soft cover: 236k
Hard cover: 246k

Freebies:
2 bookmark
4 photo card
1 photo stripe
4 polaroid
1 post card

Advantage:
Bonus chapter sebanyak 53 halaman

Open PO: 1-7 juni

Note: buku sudah 1 paket isi 2, tidak dijual terpisah

Selamat membaca dan semoga suka

See ya...

–Moon–

Grantha : Ramadhan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang