25. Hari ke-21: Es buah

361 78 1
                                    


.
.
.
.
.
"Rain, pingin es buah deh." Rain menatap aneh pada Resta saat kakak nya itu mengatakan ingin es buah.

"Ya nanti buat buka puasa kita bikin es buah." Resta merengut.

"Gak bisa sekarang aja?" Rain memejamkan matanya sejenak.

"Bang Resta, kalau minta sesuatu jangan kayak orang hamil dong. Mana ada es buah jam dua pagi!" Resta tertawa kecil saat mendengar jawaban kesal Rain.

"Sabar, gak boleh marah-marah." Rain menghela nafas panjang.

"Jangan aneh-aneh Res, atau aku laporin ke opung sama uti kalau kamu sakit." Resta yang mendengar ancaman Rain langsung berdecak kesal.

"Ngancem mulu, kan gue bercanda." Rain menggelengkan kepalanya, heran dengan sikap Resta saat ini.

"Kamu mau kerja sampai kapan sih Jan? Gue nungguin dari tadi nih." Rain akhirnya menyimpan pekerjaannya dan menutup laptopnya.

"Ngapain nungguin aku?" Resta yang memang sudah enakan menatap lekat pada Rain.

"Kamu berapa hari ini udah begadang, nanti habis sholat subuh temenin aku tidur, kalau gak aku gak mau tidur!" Rain menghela nafas panjang dan mengangguk.

"Iya iya, udah aku mau bangunin anak-anak dulu, kamu disini aja."

Resta tentu tidak menuruti Rain, karena begitu Rain keluar dari kamarnya, Resta juga ikut bangkit.

Resta tau jika Rain akan membangunkan adik-adik mereka dilantai dua terlebih dahulu, jadi Resta yang akan membangunkan Bagas, dan Aidan di kamar sebelah.

"Padahal disini gue kakaknya, tapi Hujan satu itu gak mau nganggep dirinya adek."
.
.
.
.
.
Rain sedikit terkejut saat melihat jika Resta ikut duduk di meja makan bersama Bagas dan Aidan, padahal Rain dengan jelas meminta Resta untuk istirahat saja.

"Bang Resta udah enakan?" Resta tersenyum dan mengangguk saat Gala bertanya.

"Bang Resta duduk aja situ, biar aku yang siapin nasi sama piring nya." Resta tersenyum tipis dan kembali mengangguk.

"Bang Rain juga duduk sini aja, ingat kondisi." Kendra ikut meminta Rain duduk di sebelah Resta.

"Bagas, nanti kamu sama Kendra belanja kan?" Bagas yang ditanya langsung mengangguk.

"Iya bang, kenapa?"

"Nanti aku titip buah, aku kirim catetannya nanti ya." Bagas kembali mengangguk.

"Mau bikin apa bang? Es buah ya?" Kendra yang baru saja meletakan sepiring nasi dihadapan Rain langsung bertanya.

"Iya, hari ini gak usah beli es di luar."

"Bang Rain, nanti aku bantuin bikin es buah nya ya?" Rain mengangguk saat Gala mengatakan itu.

"Iya, nanti bantuin aku iris-iris buah nya." Resta tersenyum, meskipun terlihat cuek dan diam sebenarnya Rain sangat pengertian pada adik-adiknya.

"Udah, ayo sahur." Setelah Resta mengatakan hal itu tidak ada lagi yang bersuara, mereka semua sibuk dengan makanan di piring masing-masing.

Setelah sholat subuh Rain langsung tidur begitu tubuhnya menyentuh kasur, hal itu membuat Resta tersenyum.

Resta tau jika Rain sama lelah nya, ditambah lagi Rain bukan hanya membantunya di perusahaan Malendra tapi juga mengurus perusahaan dan bisnis almarhum ibuk.

Rain pasti merasa sangat lelah, tapi tidak mau mengeluh pada yang lain, apa lagi pada Kendra.

Rain tidak pernah mau jika orang lain mengetahui kelelahan nya, atau mengetahui kesulitannya. Rain tidak mau merepotkan orang lain dengan segala masalah yang sedang dia hadapi.

"Ini yang gue maksud kalau kamu boleh ngeluh ke aku Rain, kamu selalu mikirin semuanya sendirian."

"Rainer, ibuk memang kasih kamu tanggung jawab besar, tapi kamu juga perlu istirahat. Ibuk gak akan pernah suka kalau lihat kamu kerja terus sampai kelelahan kayak gini."
.
.
.
.
.
Rain benar-benar menuruti permintaan Resta soal es buah, sejak siang Rain sudah sibuk di dapur bersama Kendra dan Gala. Kedua adiknya itu ngotot ingin membantu Rain membuat es buah dan makanan untuk buka nanti.

Gala sibuk memotong buah dan Kendra membantu Rain memasak lauk, sebenarnya Rain bisa masak sendiri tapi entah kenapa hari ini Kendra tidak mau jauh darinya.

"Ken, nanti kalau udah mateng langsung pindahin ke maja ya?" Kendra hanya mengangguk sambil mengaduk tumis bayam nya.

"Gala, udah cukup segitu aja, nanti sisa buah nya masukin ke kulkas." Gala mengangguk dan segera membereskan buah yang belum dipotong.

Rain segera meracik es nya, sedangkan Gala dan Kendra hanya diam dan melihat. Rain melakukannya dengan sangat cepat, mungkin karena waktu magrib sudah sebentar lagi hingga Rain harus segera menyelesaikan kegiatan memasaknya.

"Tolong bawa ke meja, nanti kalau udah hampir magrib kasih es batu, aku mau mandi dulu." Gala dan Kendra mengangguk.

Gala menatap Kendra begitu Rain sudah pergi dari dapur, pemuda itu menghela nafas panjang saat menyadari jika tatapan Kendra berubah sendu.

"Kamu belum bilang ke bang Rain?" Kendra menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku ndak siap, aku malah takut bang Rain tersinggung dan marah."

"Apa selama ini bang Rain pernah marah kalau kamu mengutarakan perasaan kamu?" Kendra kali ini menggeleng.

"Gak pernah, tapi aku cuma khawatir. Nanti kalau bang Rain malah marah sama aku gimana?"

Tap

Tap

Gala menepuk pundak Kendra dua kali, setelah tinggal disini dia jadi bisa merasakan perasaan seorang adik ke kakak nya, begitu pula sebaliknya, karena posisi Gala itu di tengah.

"Percaya sama aku, bang Rain gak akan marah. Kamu harus bilang dari pada kamu galau sendiri gini." Kendra menghela nafas panjang dan mengangguk.

"Iya nanti aku coba bilang deh."
.
.
.
.
.
"Wah es buah!!"

"Bang Rain yang buat kan?"

"Seger nya."

Rain hanya tersenyum saat adik-adiknya suka dengan es buah buatannya, padahal dia hanya melakukan apa yang dulu ibunya lakukan saat dia atau Kendra minta es untuk buka puasa.

"Udah habis ini sholat magrib dulu, yang tarawih di masjid nanti jangan berangkat terlalu mepet, yang di rumah juga jangan telat." Rain memperingatkan adik-adiknya untuk sholat, karena jika tidak begitu adik-adiknya pasti akan terlalu santai dan akhirnya melupakan waktu sholat.

"Bang Rain, jamaah ta?" Rain mengangguk.

"Iya, ayo cepetan aku tunggu."

Mendengar hal itu enam dari tujuh pemuda langsung pergi ke kamar masing-masing untuk mengambil wudhu, sedangkan Resta langsung berjalan ke arah musholah di mama Rain sudah pergi lebih dulu.

"Mau jadi imam?" Resta menggeleng.

"Gak usah, kamu aja. Aku jadi makmum dibelakang aja." Rain mengangguk kecil.

"Kapan ke jogja Rain?" Rain terdiam sebentar, terlihat jika pemuda itu tengah berpikir.

"Minggu depan Res, kenapa?" Resta menggeleng.

"Kita semua ikut, jadi jangan mikir cuma berangkat berdua sama Kendra." Rain tersenyum tipis dan mengangguk.

"Iya Res, asal kalian bisa bangun pagi aja. Selesai subuh gak usah tidur."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Grantha : Ramadhan PertamaWhere stories live. Discover now