28. Hari ke-24: Kangen

509 70 0
                                    


.
.
.
.
.
Solo di guyur hujan sejak pukul sebelas malam, Rain yang belum juga tidur hanya bisa membawa novel nya dengan diiringi oleh suara anime yang di lihat oleh Noah.

Noah ikut begadang saat melihat Rain belum selesai menggambar begitu dirinya masuk kedalam kamar, Noah bisa melihat jika susu yang tadi di belikan oleh Kendra sudah berkurang setengah, tandanya Rain memang meminum susu itu.

"Bang Hujan, lo gak mau tidur gitu?" Rain mengalihkan fokusnya dari novel dan menatap ke arah Noah.

"Kamu ngantuk? Mau matiin lampunya?" Rain bisa melihat Noah membereskan laptopnya.

"Gak tidur bang, tapi mau ke bawah, udah jam setengah tiga." Rain ikut melihat jam dinding di kamar saat mendengar ucapan Noah.

"Oh ya udah, sahur sana. Bilangin Resta atau Kendra kalau mereka udah bangun, aku gak ikut sahur, mau tidur aja, nanti pas subuh tetep bangunin tapi." Noah menghela nafas panjang saat melihat Rain menutup novelnya dan mulai berbaring.

"Bang, lo gak laper?" Rain menggeleng.

"Aku habisin ini aja." Noah tidak percaya saat Melihat Rain meraih susu yang diberikan Kendra tadi dan langsung meminumnya.

"Kenyang?" Rain memberi anggukan dan otu membuat Noah tidak bisa protes.

"Ya udah bang, siniin gelas nya biar sekalian gue bawa ke bawah." Rain menyerahkan gelas kosong nya pada Noah.

"Makasih ya No." Noah mengangguk.

"Ya udah bang Hujan tidur aja, nanti kalau subuh gue bangunin."
.
.
.
.
.
"Abang, kenapa tadi gak mau sahur?" Rain hanya tersenyum dan meminta Kendra untuk mendekat ke arahnya.

"Kenapa bang?"

Grep

Kendra terdiam saat Rain memeluknya begitu dia duduk di atas ranjang sang kakak, Rain tidak menjawab dan hanya menyandarkan kepalanya pada pundak Kendra.

Kendra sendiri hanya bisa mengelus punggung Rain, karena Kendra tau hanya satu hal yang bisa membuat Rain bertingkah seperti ini.

"Mau ke jogja bang? Nanti Kendra izin sama bang Resta." Kendra mengira Rain akan mengangguk, namun ternyata sang kakak justru menggeleng.

"Minggu depan aja kita ke jogja, kasian Resta kalau ngurusin yang lain sendirian." Kendra mengangguk paham, meskipun suasana hati Rain sedang tidak baik namun pemuda mungil itu tidak ingin meninggalkan Resta.

"Ya udah minggu depan kita ke jogja, tapi bang Rain jangan gini terus, nanti yang ada waktu lebaran abang tumbang." Rain tersenyum tipis dan mengangguk.

"Iya dek, jangan khawatir." Kendra membiarkan Rain tetap menyandarkan kepalanya pada pundaknya.

Kendra tanpa sadar bersenandung kecil, menyanyikan sebuah lagu yang dulu sering di nyanyikan sang ibu untuk menenangkan Rain yang sedang gelisah atau terbangun dari mimpi buruk.

Titik - titik hujan
Masih membasahi
Kala kau menyapa
Pelangiku
Ingin kuberlari
Jumpa bidadari
Bawalah aku pergi
Bersamamu
Bisikkan kisah yang lucu
Nyanyikanlah lagu merdumu
Merah kuning
Jingga dan ungu
Sentuhkan warnamu dalam gaunku

Ingin ku menari
Hingga kau sembunyi
Rindu pelangiku
Datang lagi

Ingin ku berlari
Jumpa bidadari
Bawalah aku pergi
Bersamamu
Bisikkan kisah yang lucu
Nyanyikanlah lagu merdumu
Merah kuning
Jingga dan ungu
Sentuhkan warnamu dalam gaunku

Ingin ku menari
Hingga kau sembunyi
Rindu pelangiku
Datang lagi
Rindu pelangiku
Datang lagi

(Pelangiku – Sherina munaf)

Puk

Puk

Kendra menepuk pelan punggung Rain saat mendengar isakan pelan keluar dari bibir sang kakak, belum lagi pundaknya yang terasa basah karena Rain menangis sambil menyembunyikan wajah di pundaknya.

"Gak apa bang, abang boleh nangis, gak akan ada yang tau, cuma ada Kendra disini." Kendra mengatakan itu namun netranya menatap lekat pada ambang pintu kamar, dimana ada Resta juga Bagas dan Noah yang sedang berdiri disana.

Kendra menggeleng kecil, meminta agar kedua kakak nya itu tidak menemui Rain sekarang, agar Rain bisa meluapkan perasaannya terlebih dahulu.

"Abang?" Kendra mencoba memanggil Rain saat tidak lagi mendengar isakan sang kakak, namun hanya deru nafas teratur yang menjadi jawaban atas panggilannya.

Kendra merebahkan tubuh Rain ke atas ranjang, sang kakak sudah terlelap saat ini. Kendra sedikit bersyukur karena Rain tidur saat ini, karena dengan begitu sang kakak bisa istirahat.

"Istirahat ya bang, gak ada salahnya abang kangen sama ibuk, kalau abang kangen, abang tinggal bilang ke Kendra, jangan di pendam sendiri."
.
.
.
.
.
"Rain kenapa?" Pertanyaan Resta membuat semua mata menatap ke arah Kendra yang baru saja bergabung bersama mereka.

"Emang bang Rain kenapa?"

"Bang Rain sakit?"

"Ken, bang Rain kenapa?"

Kendra tersenyum simpul saat semua saudaranya terlihat khawatir hanya karena satu pertanyaan dari Resta.

"Bang Rain gak apa, cuma lagi kangen sama ibuk." Jawaban Kendra sebenarnya tidak membuat mereka semua lega, namun mereka tidak bisa terus mendesak Kendra bercerita.

"Terus sekarang bang Hujan gimana?"

"Bang Rain tidur, biarin dulu, di bangunin pas buka aja." Resta, Bagas, Noah, Gala, Axel dan Aidan mengangguk serempak. Mereka semua jelas tau jika Rain memang perlu istirahat yang cukup.

"Biasanya kalau Rain kangen sama ibuk, apa yang kamu lakuin Ken?" Kendra menggeleng.

"Gak ada bang, aku cuma bisa peluk bang Rain kayak tadi." Resta menghela nafas panjang.

Kehilangan ibuk yang mendadak memang membuat Rain dan Kendra sering sekali merindukan ibu kandung mereka itu, terlebih saat ada kunjungan dari Lily, Fatma atau Salma. Resta mengetahui hal itu, meskipun baik Kendra maupun Rain menyembunyikannya.

"Perlu kita buatin kare kepiting gak Ken?" Kendra kembali menggeleng.

"Gak usah bang, percuma juga. Bang Rain gak akan makan kepiting kalau gak bener-bener kepingin."
.
.
.
.
.
"Rain, ayo makan dulu." Rain tidak menolak saat yang masuk ke kamarnya adalah Resta.

"Kamu masak apa?" Resta menoleh pada Rain yang berjalan di belakang nya.

"Hari ini aku sama Bagas masak sup tomat sama ayam teriyaki." Rain menghela nafas panjang, dan hal itu membuat Resta berhenti berjalan.

"Kenapa?" Rain menggeleng.

"Gak apa-apa, ayo, keburu yang lain ngereog karena laper." Resta tersenyum tipis saat melihat Rain berjalan mendahuluinya.

"Makan yang banyak nanti, dari kemarin kamu skip makan." Rain menggeleng namun tetap berjalan mendahului Resta.

"Aku makan sebanyak porsi makan mu aja perut ku iso meledak, udah bener aku makan dikit." Resta tertawa pelan mendengar gerutuan Rain.

"Abang! Ayo makan." Kendra dengan semangat menarik tangan Rain begitu melihat sang kakak menuruni tangga.

"Pelan-pelan Ken, aku gak bakal ilang." Kendra menggeleng.

"Iya bang Rain gak ilang, tapi nanti skip makan lagi." Rain tersenyum dan mengacak rambut Kendra.

"Gak usah khawatir, abang gak akan skip makan sekarang." Kendra tersenyum dan mengangguk.

"Bang Rain besok mau makan apa?" Rain tampak terdiam sejenak, namun kemudian menggeleng.

"Aku makan apapun yang kalian masak besok, udah ayo makan. Habis ini aku mau nerusin gambar lagi."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Grantha : Ramadhan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang