12

3.8K 350 8
                                    

🏔️ Arjuna

Akhirnya ketika weekend tiba aku baru bisa datang untuk menengok rumah kos yang eyang percayakan padaku, aku datang kesana bersama dengan ibu, ibu juga sudah lama gak menengok rumah ini, jadilah tadi Ibu sekalian minta ikut karena ternyata arisan bersama teman-teman SMA nya dulu diundur hari.

"Gak lupa kan mas sama bentuknya?" tanya ibu setelah sesaat kaki kami baru saja masuk ke pekarangannya, rumah kos ini sebenarnya tidak jauh berbeda bentuknya dengan rumah eyang yang di Blitar, cuma yang ini memang dibuat lebih lebar untuk parkir mobil dan motor para anak kos dan tamu yang datang berkunjung.

Rumah utama yang berada di depan adalah rumah yang biasa digunakan oleh Pak Ujang, penjaga kos ini yang sudah berdedikasi lumayan lama pada keluarga kami, disana hanya ada satu lantai tapi terbilang cukup luas, karena ruang tamu yang ada di dalamnya memang difungsikan untuk para tamu anak kos, ada 3 kamar tapi biasanya pak ujang pakai yang paling belakang, dan dapur yang cukup lega juga, hanya berbatas tembok tapi ada pintu sambungnya untuk menuju dapur yang bisa digunakan anak-anak kos.

Oh ya, kos ini kos putri, jadi memang keamanan disini kami terapkan dengan ketat, di belakang bangunan utama ini barulah kamar-kamar yang disewakan sebagai kos-kosan, kebanyakan yang pakai adalah mahasiswa dan beberapa pekerja kantoran yang adalah anak rantau, oh ya kos-kosan kami ini ada 2 tingkat, totalnya ada 12 kamar, ada taman yang jika aku tidak salah ingat sering digunakan para penghuni kos untuk barbeque kecil-kecilan, semuanya kamar mandi dalam membuat kos keseluruhan nampak rapi.

"Ini kalau mas yang pegang mau mas rubah jadi kosan cowok aja bu kayaknya."

"Loh kenapa mas? kan kata eyang pertahankan anak-anak yang sedang kos disini."

"Ribet gak sih bu kalau perempuan?"

"Gak, perempuan tuh sebenarnya gak ribet, asal kamu peka, dan perempuannya bukan Ratih mantan kamu itu!" aku menghela napas, ibu memang kurang suka dengan Ratih sedari awal kami jadian, menurut ibu dia terlalu mengaturku dan sebenarnya bermuka dua, ibu orang yang paling bahagia ketika aku mengatakan hubungan ku telah berakhir dengannya.

"Kan sudah gak ada hubungan bu sama dia," aku mencoba mengingatkan kalau ibu lupa.

"Iya, tapi dia masih beberapa kali caper ke ibu lewat chat, ibu jadi kepikiran, kamu jangan mau kalau dia ngajak balikan! udah paling bener jadi wanita mandiri aja dia tanpa ngatur-ngatur hidup orang lain yang belum tentu jadi suaminya mana pakai embel-embel latihan, emang ibu bakal kasih restu kalau kalian kemarin jadi lanjut? ih males!" aku tersenyum pahit mendengar ibu jadi bicara panjang lebar begini, sebenarnya ibu tipe wanita yang tidak banyak berkomentar, tidak suka mengurusi urusan orang lain, tapi mungkin karena aku adalah anaknya dan Ratih kebetulan memang tipe orang yang tidak ibu sukai, jadilah begini.

Sekali lagi aku bersyukur telah berakhir dengan gadis itu, aku tidak membayangkan jika kami lebih serius menjalin hubungan, mungkin secara berkala dia akan stres dan menyerah untuk menjadi istri dan menantu ibuku.

"Eh ada den bagus sama ibu to." itu suara pak Ujang, sepertinya pak Ujang baru saja memotong rumput di taman belakang.

"Sehat pak?" tanya ibu dan pak Ujang mengangguk senang.

"Ini mas Juna baru datang, maaf ya pak, sibuk sekali anak ini, sudah tahu namanya kerja jadi ya, maklumin ya pak!"

"Santai aja to bu, namanya juga bujang ganteng gini pasti selain kerja ya kencan!" balas Pak Ujang aku hanya tersenyum menanggapi.

"Habis putus dia pak, gak tahu deh sudah punya belum." timpal ibu.

"Udah ada yang baru mas?"

"Ada tapi nanti dulu aja." balasku sekenanya dan setelah itu kami berkeliling rumah sebelum magrib datang.

Juna Jani, I Love You Pak Kos! [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang