Bab 42 - Kematianku adalah karena Takdir Surgawi, Bukan karena ...

1.1K 40 11
                                    

***

Ketika Song Xiaobao melihat Wei Qian, rasanya seperti tikus yang melihat kucing. Rasa putus asa "waktuku sudah habis" muncul di wajahnya.

Song-laotai mengambil selembar kertas dari lantai, lalu berdiri di depan Wei Qian dan berteriak sekuat tenaga, "Lihat ini! Sungguh tidak pantas! Orang macam apa ini? Oh, apakah semua orang dari sekolahmu begitu tidak tahu malu? Katakan padaku siapa dia, aku akan mencarinya!"

Wei Qian mengambilnya dan membacanya dengan cepat. Seketika, dia bingung bagaimana harus bereaksi.

Apa yang Song-laotai berikan tidak salah lagi adalah surat cinta.

Mengenai bagaimana Song-laotai yang buta huruf bisa tahu, itu salah pencipta surat cinta itu. Dia dengan sangat kreatif mengisi selembar kertas berukuran 130mm x 184mm dengan gambar-gambar, nyaris seperti model "tabloid" yang sering guru SD minta anak-anak buat.

Di bagian atas ada judul besar "Untuk Song Xiaobao." Di luar itu, ditandai dengan beberapa jenis tulisan tangan yang kaku dan diberi warna-warna berbeda dengan spidol. Wei Qian tidak tahu apakah orang ini ingin menunjukkan efek dari suatu lingkaran lampu neon.

Di sudut kiri bawah ada hati besar dengan anak panah yang menembusnya, dan di sebelah kanan ada dua orang kecil, satu laki-laki dan satu perempuan.

Song-laotai menunjuk pada kedua orang kecil itu dan melompat seperti ayam tua dengan bulunya yang berdiri tegak. "Mereka bahkan berciuman!"

Dibandingkan dengan bentuk yang rumit, isi surat cinta tersebut sangat ringkas dan mudah dipahami. Isinya hanya satu baris: Song Lili, kau cantik sekali, aku sangat menyukaimu.

Seluruh kejadian itu diungkapkan dengan jelas, tanpa ada rasa malu.

Akhirnya, seolah-olah untuk mengekspresikan kemampuan artistiknya, pahlawan muda ini menggunakan "tulisan artistik" yang bengkok untuk menulis dua baris puisi kuno yang telah dia salin entah dari mana di luar batas dekoratif yang membingungkan. Itu disalin tanpa pemahaman dan sangat membingungkan saat melihatnya.

Di sebelah kiri ada tulisan "Jika kau kembali suatu hari nanti, jangan lupa kata-kataku, ambillah segelas anggur dan tuangkan di atas kuburku.*" Di sebelah kanan ada tulisan "Langit dan bumi akan berakhir suatu hari nanti, tetapi penyesalan ini akan bertahan selamanya*."

*Baris ini berasal dari "Zhu Yingtai  • Jin Xi Duo Cai" (祝英台近 • 惜多才), sebuah puisi oleh istri penyair dinasti Song, Dai Fugu. Dai Fugu harus kembali ke kampung halamannya dan mengungkapkan bahwa dia telah menikah sebelumnya. Istrinya mengucapkan selamat tinggal padanya, menulis puisi ini, dan bunuh diri setelah dia pergi.

*Baris ini berasal dari "Song of Everlasting Regret" (长恨歌), sebuah puisi oleh penyair terkenal Tiongkok, Bai Juyi. Ini menceritakan kembali kisah cinta antara Kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang dan selir kesayangannya, Yang Guifei.

Baiklah ... Ini adalah suatu ritme menghadapi perpisahan dalam hidup atau mati.

Wei Qian tahu bahwa dia seharusnya tetap serius, tetapi dia benar-benar tidak bisa menahan senyumnya. Sudut bibirnya gemetar sejenak antara menahannya dan meledak dalam tawa, tidak bisa menemukan keseimbangan. Dia merasa dari sudut pandang visual, ekspresinya mungkin terlihat seperti senyum yang menakutkan.

Namun, dengan segera, dia tak bisa menghindari untuk memikirkan majalah yang dia temukan di kamar Xiaoyuan lagi. Akhirnya, dia tak memiliki mood untuk mengolok-olok surat cinta yang dipenuhi dengan "perasaan remaja adalah puisi".

[BL] Dage (大哥) | Big Brother by Priest [Terjemahan Indonesia]Where stories live. Discover now