7 -MeloDylan-

884K 41.6K 2.6K
                                    

-Happy Reading-

Now Playing : Sam Smith - Drowning Shadows

Kepala kamu akan selalu berpikir menggunakan pola 'Harusnya'. Tapi, yang namanya hati selalu punya aturannya sendiri.

-MeloDylan-

Hari senin, panas, upacara, terlambat, dan guru BK. Semua itu sungguh sarapan yang lengkap untuk seorang Dylan Arkana. Biasanya jika dia terlambat, dia tidak akan masuk sekolah, atau paling tidak dia akan manjat tembok belakang. Tapi, hari ini entah bagaimana bisa Dylan masuk gerbang depan dan berhadapan dengan Bu Neta.

"Selalu telat" sindir bu Neta

Dylan membuang napasnya pelan, dia tidak ingin mood rajinnya di ganggu.

"Seperti yang Ibu lihat" jawab Dylan

"Ibu gak habis pikir kalau punya anak seperti kamu Dylan" ucap bu Neta sambil berdecak pinggang

"Gak usah di pikirin lah, toh saya juga bukan anak ibu"

"Kalo guru sedang menaskamu gak usah bantah ataupun jawab. Itu tidak sopan" bentak bu Neta

"Ibu ini gimana sih. Nanti kalo saya diam aja ibu nyuruh saya jawab, tapi kalo saya jawab ibu marah. Ibu sudah seperti abg labil"

Bu Neta menjewer kuping Dylan dan menarik secara paksa agar Dylan berjalan kearah tiang bendera. Lalu, bu Neta memerintahkan agar Dylan berdiri di depan sebagai hukuman kesiangan yang dia lakukan.

Dylan hanya mengangguk pelan, hari ini matahari sedang terik-teriknya membuat keringat di dahinya bercucuran. Tangannya hormat kepada bendera merah putih dengan khidmat, yang tidak khidmat adalah cewek-cewek yang melihat kemeja Dylan yang basah karena keringat.

Sebagian dari mereka menelan ludahnya dengan susah payah, pemandangan pagi ini sangat indah. Menatap bagian dari tubuh Dylan memang indah, Dylan sangat keliatan sexy dan laki jika sedang seperti ini. Dan inilah yang membuat kebanyakan dari cewek-cewek itu mengagumi Dylan, meskipun dia bandel, dia nakal, tapi ada saatnya dia menggoda dan bersikap cool seperti ini.

Setelah penaikan bendera selesai, Dylan menatap orang-orang yang ada di depannya. Lalu dia menatap satu persatu orang dengan menyipitkan matanya, sebagian dari mereka ada yang berbisik-bisik atau menundukkan kepalanya. Sampai, tatapan matanya jatuh kepada seorang cewek yang tatapannya lurus, wajahnya sudah mulai memerah karena saat itu matahari sedang terik-teriknya.

-MeloDylan-

Dylan berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya, dia tidak peduli beberapa siswa menatap kearahnya sambil berbisik-bisik. Dylan memasangkan earphone di kedua telinganya, tak lupa kedua tangan Dylan di simpan di saku hoodienya.

Dylan menatap pintu kelasnya yang tertutup dengan rapat, lalu dia membuka pintu itu dan masuk tampa permisi kepada guru yang sedang mengajar. 

Pak Budi, guru sejarah bahkan tak menyadari pintu kelas terbuka. Dia hanya duduk di kursinya sambil memainkan gadget dan tertawa. Menikmati gaji buta itu indah.

Dylan melihat kearah papan tulis yang hanya tertulis kerjakan halaman 173. Perasaan setiap kali pak Budi mengajar dia selalu menyuruh mengerjakan soal di buku paket, tapi tidak pernah di jelaskan atau di bahasnya. Pak Budi hanya akan tanda tangani buku paket itu, dan mendapat nilai. Meskipun jawabannya asal, pak Budi gak akan membetulkannya selagi jawaban itu di tulis rapi dan panjang.

"Enak ya duduk aja dapet gaji" sindir Dylan

"Dari mana aja kamu Dylan?" tanya pak Budi

Dylan menoleh ke arah pak Budi yang kali ini sudah tidak lagi memegang gadgetnya. Lalu Dylan melepaskan sebelah earphonenya.

SLS [2] MeloDylan [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora