PMB 2 : Pungguk, Jatuh Cinta

39.4K 4.4K 136
                                    

"Siang Kak Ardo."

Seorang pria yang sedang duduk di atas sepeda motor dengan kedua kaki menjejak tanah dan sebelah tangan memegang batangan kanker menoleh begitu mendengar sapaan Rasty. Pria itu mengembuskan asap rokoknya terlebih dahulu sebelum mengangguk sebagai tanda ia mendengar sapaan Rasty.

"Pulang?"

"Iya. Kak Ardo ngapain?" sapa Rasty sambil menghentikan langkah di depan pria jangkung itu.

"Nunggu Alia," begitu jawabnya sambil melemparkan puntung rokoknya ke dalam tempat sampah, "Masih ada urusan katanya."

"Kalau aku, nunggu jemputan." Begitu jawab Rasty meski Ardo tak bertanya.

Tak disangka, ada senyuman jahil di sudut bibir seniornya yang terkenal tak banyak bicara itu. Bahkan nada suara Ardo terdengar usil saat bertanya, "Raffa?"

"Ih, bukan!" Elak Rasty terkikik malu, "Aku lagi nungguin saudara kembarku kok. Dia juga kuliah di sini, tapi di Fakultas Pertanian."

"Kamu punya saudara kembar?" tanya Ardo tampak tertarik.

Rasty mengangguk-angguk, "Iya. Aku lahir delapan menit lebih dulu."

Ardo ikut mengangguk lalu kembali jahil, "Dan? Bagaimana perkembangan kamu dengan Raffa?"

Senyum Rasty pudar ketika berkata, "Nggak gimana-gimana. Kan Kak Raffa udah punya tunangan."

"Janur kuning melekung aja bisa diluruskan Ras, apalagi status pacaran." Begitu saran sesat tersirat yang diberikan Ardo sambil terkekeh.

"Berarti kalau Kak Alia tiba-tiba pacaran dengan cowok lain, Kak Ardo bakalan ngerebut dia lagi dong?" tanya Rasty dengan polos.

Sekejap, raut wajah Ardo terlihat terkejut karena pertanyaan itu. Namun sedetik kemudian, pria itu kembali terlihat tenang seakan pertanyaan Rasty tak mengganggunya.

"Alia udah datang. Kamu berani sendirian di sini?"

Rasty menoleh ke belakang punggungnya dan melihat Alia datang sambil membawa setumpuk berkas. Gadis itu kembali berpaling pada Ardo dan mengangguk, "Berani kok. Paling juga sebentar lagi Randy datang."

"Siapa Randy?" tanya Alia yang sudah sampai di hadapan mereka, "Hayoooo. Gebetan kamu selain Raffa ya?"

Rasty langsung memasang ekspresi jijik ketika berkata, "Ew! Randy itu saudara kembarku, Kak. Jijik banget naksir sama dia."

Alia tergelak dan mengalihkan perhatiannya pada Ardo, "Numpang diktat ya? Tasku berat."

"Makanya kalau kuliah pakai ransel! Bukannya pakai tas Ibu-Ibu arisan." Begitu omelan Ardo meskipun pria itu tetap membuka ranselnya.

"Richi cerewet deh," desah Alia kesal, "Numpang sedikit aja ngomel. Aku yang ngurusin makanan kamu setiap hari Minggu aja nggak pernah protes."

"Pakai helm." Ucap Ardo tak menanggapi protes gadis itu.

Sambil bersungut-sungut Alia mengenakan helmnya yang berwarna pink. Gadis itu kemudian beranjak naik ke atas sepeda motor Ardo, dan dengan patuh memeluk pinggang pria itu setelah Ardo memintanya untuk berpegangan.

"Kami duluan ya, Beras!" Pamit Alia sambil tergelak ceria.

"Oh noooo! Bahkan seniorku aja sekarang ikut-ikutan manggil Beras." Demikian keluh Rasty setelah sepeda motor Ardo menjauh darinya.

Getaran handphonenya membuat Rasty tersadar. Randy mengiriminya pesan yang mengatakan kalau ia telah berada di gerbang Fakultas Ekonomi. Tanpa berpikir panjang, Rasty langsung berlari karena tidak ingin membuat saudara kembarnya itu mengomel karena terlalu lama menunggu.

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon