PMB 18 : Pungguk, Dan Definisi Keluarga Dari Dua Sisi

24.6K 3.4K 88
                                    


Ibu : Kakak pulang cepat hari ini?

RastyAnjani : Belum tahu. Memangnya kenapa, Bu?

Ibu : Ibu mau bikin kue.

Ibu : Kalau Kakak pulang cepat, biar Ibu tungguin Kakak.

Ibu : Kita bikin kue bareng.

Pesan Ibunya membuat Rasty menghentikan langkah dan secara refleks menarik lengan Raffa yang langsung ikut berhenti. Sedari tadi mereka sudah berjalan ke sana kemari, mencari ruangan kosong untuk digunakan belajar, karena ruang multimedia yang biasanya mereka gunakan, hari ini digunakan oleh salah satu dosen untuk mengajar. Belajar di perpustakaan merupakan hal yang tidak mungkin, karena di sana dilarang mengeluarkan suara ribut. Malang tak dapat ditolak, sampai sekarang mereka belum menemukan ruang yang benar-benar kosong.

"Gimana kalau kita belajar di rumahku aja?"

"Di rumah kamu?"

Rasty mengangguk penuh semangat, "Biasanya Ayah pulang kalau udah sore. Keran juga kuliah sampai sore. Cuma ada Ibu di rumah, jadi nggak ribut dan kita bisa belajar dengan tenang."

"Tapi nggak enakan dengan Ibu kamu." Ucap Raffa segan.

Rasty tak langsung menjawab, melainkan sibuk mengetik di handphonenya. Tidak lama kemudian, gadis itu sudah tersenyum lagi.

"Yuk! Aku udah bilang ke Ibu, kalau aku bakal ngajak teman. Dan Ibu setuju."

"Eh?"

"Ayo!"

Raffa hanya bisa pasrah ditarik-tarik sedemikian rupa.

*

Pungguk Merindukan Bulan - JessJessica

*

"Oh, jadi nak Raffa ini, yang jadi tutornya Rasty di kampus?" Senja bertanya sambil menatap penasaran pada pemuda di depannya, yang terlihat salah tingkah ketika berhadapan dengannya, "Rasty bandel ya kalau belajar?"

"Nggak kok Tante," ucap Raffa sebelum kemudian nyengir dan menambahkan, "Nggak terlalu bandel maksudnya."

Senja memberi Rasty tatapan menegur ketika berkomentar, "Rasty ini memang bandel Nak Raffa. Soalnya, Abang sama adeknya laki-laki semua, jadi dia ketularan bandelnya mereka. Tuh lihat, dikasih tahu malah cemberut."

"Ibu nggak usah mempermalukan Beras kenapa sih?" sungut Rasty tak terima.

"Kalau nggak mau dipermalukan, nggak usah malu-maluin makanya." Ucap Senja ikut sewot.

Raffa terkekeh saja mendengar debat di antara Ibu dan anak itu. Tadi ia diberitahu, kalau Ibunda Rasty seorang guru SD. Hal itu menjelaskan pembawaannya yang lincah, ramah lagi bersahaja. Wanita itu tidak banyak bertanya tentang diri Raffa, hanya berbasa-basi sebelum mulai menanyakan tentang anak gadisnya.

"Ya udah, kalian belajar aja. Terserah mau belajar di ruang tamu, atau di lantai dua. Gimana enaknya aja."

"Loh? Katanya Ibu mau ngajak Beras bikin kue?"

Senja membesarkan matanya ketika berkata, "Kakak ini gimana sih? Masa Nak Raffa udah jauh-jauh kemari mau ngajar, disuruh nungguin bikin kue?"

"Tapi kan bikin kuenya cuma sebentar Ibu," rengek Rasty, "Habis bikin kue, baru belajar. Iya kan Kak Raffa?"

Raffa yang bingung, memilih untuk mengangguk, "Lagipula hari ini aku nggak ada kerjaan kok, Tante. Nggak papa kalau pulang sedikit terlambat."

Senja menghela napas pasrah ketika Rasty mulai merengek-rengek lagi. Akhirnya ia membawa kedua anak beranjak dewasa itu ke dapur, dan mempersilakan Raffa duduk untuk memperhatikan pekerjaan mereka. Rasty sendiri langsung menyuguhkan teh madu untuk Raffa, ditambah beberapa potong cemilan. Ternyata selain menjadi guru, Ibunda Rasty juga berjualan kue buatannya sendiri. Menjelaskan kenapa mereka selalu memiliki persediaan kue yang lezat. Dan yang lebih penting lagi, kue-kue di rumah ini tidak ada kulit telurnya.

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateWhere stories live. Discover now