PMB 17 : Pungguk, Kompromi & Tantangan

28.3K 3.4K 153
                                    


"Kok lesu?"

Rasty mengangkat kepala dan mendapati Raffa yang memasang ekspresi bertanya padanya. Gadis itu kemudian menggeleng dan menjawab dengan lirih, "Nggak kok."

"Ada masalah?" tanya Raffa sambil mendudukkan dirinya di depan gadis itu.

Rasty menggeleng lagi, "Hari ini kita belajar apa?"

Raffa menatap Rasty dengan curiga, dan bukannya membuka buku, pria itu justru kembali berdiri. Ia kemudian mengulurkan tangan ke arah Rasty dan berkata, "Ayo, ikut denganku."

"Ke mana?"

"Udah, ikut aja!" tandas Raffa sambil menarik tangan gadis itu dengan paksa.

"Loh? Bimbingannya gimana?"

Raffa tak menyahut dan terus menarik Rasty sampai gadis itu kewalahan karena harus menyamai langkahnya yang panjang. Setelah menyadari kalau Rasty tak lagi bertanya-tanya, barulah Raffa memelankan langkah kakinya. Meskipun begitu, ia tidak melepaskan tangan gadis itu dan terus membawanya keluar dari gerbang kampus. Mereka menyusuri jalanan yang ramai oleh kendaraan lalu lalang, dan sesuai dengan dugaan Raffa, Rasty langsung merapat padanya karena tak bisa menyeberang.

"Udah ku duga."

"Kalau udah tahu, kenapa masih ngajak jalan kaki?" sungut Rasty sambil memegangi ujung kemeja pria itu.

"Karena tujuan kita dekat." Kekeh Raffa geli.

Raffa tak berbohong soal tujuan mereka yang dekat. Hanya sekitar lima menit dan mereka sudah sampai di taman kota yang memang tak jauh dari kampus. Tidak langsung berjalan mencari tempat duduk, Raffa justru kembali menyeret Rasty dan mereka berhenti di depan penjual gula-gula.

"Dua bungkus, Pak!" ucap Raffa bersemangat.

"Satu aja!" ralat Rasty segera, "Nanti gigi kita bisa bolong, Kak Raffa."

Raffa cemberut, namun menurut, "Ya udah, satu aja Pak."

Tidak lama kemudian, kedua orang itu sudah berlalu dengan satu stick bergulungkan gula-gula. Rasty takjub karena Raffa benar-benar ikut mencomot gula-gula bersamanya. Pria itu bahkan menjilat jemarinya sebelum memutuskan untuk membeli dua cup ice cream dari Bapak-bapak bersepeda yang melintasi ayunan mereka.

"Kak Raffa suka makanan manis?"

Raffa berpaling dari ice creamnya dan mengangguk, "Suka."

"Paling suka makanan apa?"

Raffa tampak berpikir sebentar sebelum mengangkat bahu, "Apa aja, yang penting jangan ada kulit telurnya."

Rasty mendengus mendengar jawaban absurd itu dan kembali bertanya, "Kak Raffa sering main ke sini?"

"Nggak kok," jawab Raffa yang sudah sibuk dengan ice creamnya, "Tapi kalau ke kampus aku selalu ngelewatin taman ini. Beberapa kali kepikiran buat mampir, tapi belum pernah dapat kesempatan."

Rasty mengangguk-angguk dan menggerakkan ayunan dengan kakinya, "Aku juga sering ngajak Keran ke sini, tapi dia nggak sempat. Soalnya Keran ngambil SKS penuh untuk semester ini. Supaya bisa lulus 3,5 tahun katanya."

"Mau main apa emangnya dengan Randy?" tanya Raffa penasaran.

"Waktu kami masih kecil dan TK, biasanya Keran bantuin aku dorong ayunan. Kalau main perosotan, dia yang di bawah karena aku takut jatuh," lanjut gadis itu sambil cekikikan, "Yang ngajarin aku naik sepeda juga Keran. Kadang-kadang, kangen juga main di taman bareng dia."

Raffa menghabiskan sisa ice creamnya dan beranjak ke belakang Rasty, "Pegangan."

"Kak Raffa dorongin?"

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateOnde histórias criam vida. Descubra agora