PMB 3 : Pungguk, Dan Kekasih Bulan

36.2K 4.2K 321
                                    

Raffa baru akan mendorong pintu perpustakaan ketika seseorang keluar dari ruang perpustakaan hingga hampir menabraknya. Baik Raffa maupun gadis di depannya sama-sama mengangkat kepala dan secara otomatis langsung tersenyum satu sama lain.

"Kak Raffa."

"Habis belajar?" sapa Raffa pada gadis di depannya.

Tentu saja Raffa tahu siapa Rasty. Gadis manis dengan kalung petai dan rambut dikuncir tali plastik yang sebulan lalu menyatakan cinta padanya.

Saat itu Raffa terkejut bukan main, berpikir kalau Rasty mulai mabuk karena terlalu lama menghirup aroma petai. Ia bahkan hanya bisa menatap gadis itu dengan pandangan ngeri, sedangkan Rasty memberinya tatapan siap menangis. Untunglah Ardo, senior mereka, segera menemukan kejanggalan sehingga suasana canggung itu tidak perlu berlanjut lebih lama. Nyatanya Rasty hanya korban keusilan seniornya, dan hal itu pulalah yang membuat gadis itu menyatakan cinta padanya.

Raffa lega setelah diberitahu kejadian sebenarnya. Pria itu bahkan tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Rasty yang hanya bisa mengulum senyum malu.

Gelengan Rasty menyadarkan Raffa dari lamunannya. "Habis ngambil kartu perpustakaan, Kak."

Raffa mengangguk dan menyingkir ke arah tembok agar tak mengganggu pengguna jalan. Rasty yang tampak bingung, ikut menyingkir dan Raffa bisa melihat pipi gadis itu bersemu malu saat berhadapan dengannya.

Sisi naif dalam diri Raffa mengasihani Rasty yang kini menunduk salah tingkah di hadapannya. Dalam pemikirannya yang absurd, Raffa menyangka kalau Rasty masih malu padanya pasca kejadian pernyataan cinta itu. Ia sama sekali tidak tahu kalau gadis itu benar-benar menyimpan perasaan istimewa terhadapnya.

"Gimana rasanya jadi mahasiswi?"

Rasty menggaruk tengkuknya ketika menjawab dengan salah tingkah, "Masih dalam tahap penyesuaian," Gadis itu menghela napas dan kemudian melanjutkan, "Padahal waktu nerima jadwal, aku senang karena jadwal kuliah nggak sepadat jadwal sekolah. Ternyata, berkurangnya jam belajar nggak menjamin berkurang pula kesulitan belajar itu sendiri."

Raffa terkekeh ketika bertanya, "Sesulit itu?"

Rasty mengangkat bahunya dengan ragu, "Aku sedikit kesulitan harus belajar dengan sistem presentasi. Waktu kelas sih asyik. Yang ku pertanyakan, gimana dengan ujian akhir nanti? Kami nggak pernah dapat materi dari dosen, hanya silabus untuk bahan presentasi. Dan belum tentu kan, materi yang kami presentasikan itu benar semua?"

"Di universitas kita, kalau kelas belajar dengan sistem presentasi, biasanya kita nggak perlu mengikuti ujian akhir semester lagi."

Kedua alias Rasty terangkat tinggi ketika bertanya, "Sungguh?"

Raffa mengangguk, "Yap! Kalaupun ada UAS, dosen pasti akan membagikan hand out yang akan dikeluarkannya sebagai bahan ujian. Dan percayalah, ujian dengan bahan berupa hand out jauh lebih asyik daripada harus berjibaku dengan buku Manajemen Pemasaran setebal 300 halaman."

Rasty tertawa dan mengangguk-angguk tanda mengerti. Di depannya, Raffa ikut terkekeh memperhatikan bagaimana Rasty dengan polos mempercayai semua perkataannya. Lihatlah gadis itu sekarang, tersenyum lebar tanpa sedikitpun khawatir akan UAS yang tadi menghantuinya. Begitu lugu.

"Raffa."

Suara lembut itu membuat keduanya menoleh. Tak jauh dari tempat mereka berada, berdiri seorang gadis cantik yang tersenyum penuh semangat pada Raffa.

Rasty menelan ludah. Ia tahu siapa gadis itu. Alana, mahasiswi dari Fakultas Kedokteran di universitas yang sama dengan tempatnya menuntut ilmu. Lebih spesifik lagi, kekasih Raffa.

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang