PMB 8 : Pungguk, Dan Rahasianya

32K 4.1K 342
                                    

Mulmed : Secret Love Song - Little Mix

**

Raffa melirik jam tangannya dan menyeringai. Sudah lewat lima menit dari jam yang dijanjikannya pada Rasty, namun ia memang sengaja membuat gadis itu menunggu. Raffa masih kesal pada Rasty yang seenaknya menuduhnya telah mempermainkan gadis itu.

Menurut Raffa, ia tidak pernah berniat mempermainkan Rasty. Salah gadis itu sendiri, menyebut nama Ardo berkali-kali dengan nada kagum yang tidak ditutup-tutupi sama sekali. Salah gadis itu sendiri, karena tidak menyadari keengganannya dalam meneruskan obrolan mereka. Salah gadis itu sendiri, tampak begitu cantik dalam balutan kemeja kuliahnya. Dan salah gadis itu sendiri, telah membuat Raffa tertarik.

Seharusnya Rasty tidak boleh terlihat begitu menarik di mata Raffa, karena ia sudah diikat pada satu gadis sejak kecil. Seharusnya Rasty tidak boleh menimbulkan getar-getar aneh di dalam dada Raffa, yang tidak pernah dirasakannya pada gadis lain, bahkan pada Alana sekalipun. Seharusnya Rasty tidak menyusup diam-diam ke dalam mimpinya, membuat Raffa terbangun tengah malam dengan tubuh berkeringat, napas tersengal dan nyeri di mana-mana.

Intinya, walaupun bumi berhenti berputar dan perut Ardo yang buncit berubah menjadi kotak-kotak, semua kesalahan tetap ada di tangan Rasty. Bukan salah Raffa kalau ia menginginkan gadis itu. Salahkan Rasty yang mengusik perasaannya.

Raffa mengedarkan pandangannya ke ruangan multimedia, dan mendapati gadis yang sedang dipikirkannya sudah menunggu. Gadis itu sedang menunduk di atas bukunya, dan langsung menoleh begitu ia melewati ambang pintu.

"Udah lama?"

Rasty mengangguk, "Udah lumutan malah."

Raffa menyeringai, namun tidak menunjukkan ekspresi menyesal. Ia justru menunjuk diktat gadis itu dan bertanya, "Ngapain ini?"

"Nandain bagian penting," Jawab Rasty sambil mengerjap, "Yang kira-kira bakalan keluar pas UTS nanti."

Raffa bengong, dan kemudian mengepalkan tangan di depan mulut. Pria itu sengaja menundukkan kepalanya, yang membuat Rasty kebingungan. Dan ketika punggung pria itu mulai bergetar, Rasty tersadar kalau Raffa sedang menertawakannya.

"Kok Kak Raffa ketawa sih?!" Protesnya dengan ekspresi sakit hati.

"Ya Tuhan," ucap Raffa sambil menghempaskan tangannya dengan frustrasi, "Dengar, aku senang karena kamu rajin belajar. Kamu bahkan punya spidol warna-warni untuk menandai buku kuliahmu."

"Terus? Kenapa Kak Raffa malah ketawa?" tanya Rasty masih tak mengerti.

"Tapi nggak perlu kamu tandai semuanya juga kan? Ini sih bukan menandai, tapi mewarnai!" tegas Raffa dengan tatapan tak percaya.

Rasty cemberut. Suaranya lirih ketika membela diri, "Tapi semuanya emang keliatan penting."

Raffa tersenyum geli. Suaranya terdengar lebih lunak saat bertanya, "Apa kamu selalu belajar dengan cara ini?"

Rasty mengangguk lugu dan Raffa mendesah, "Pantas aja nilai kamu sering rendah. Kamu bahkan nggak tahu apa yang harus kamu pelajari."

"Maaf deh, kalau aku bego." Sungut Rasty sebal.

"Kapan aku bilang kamu bego?"

"Tapi omongan Kakak tadi mirip-mirip dengan ngatain aku bego!" ucap Rasty sakit hati.

"Bagian mana yang mirip dengan ngatain bego?" tantang Raffa lagi.

"Tauk ah!"

"Makanya, jangan suka sembarangan nuduh." Omel Raffa.

"Dasar Raffael jelek! Bau ketek!" lirih Rasty meramalkan mantera kesukaannya.

"Apa?"

"Oh nggak," jawab Rasty sambil tersenyum manis, "Terus gimana dong? Ini buku aku salah?"

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateWhere stories live. Discover now