PMB 31 : Pungguk Dan Darah

22.2K 3.3K 106
                                    

"Kamu apa?"

Dhimas mengerutkan kening dengan pandangan bingung, sementara Ratu terpekik saking terkejutnya. Di depan mereka, Nathan duduk menyilangkan kaki dengan ekspresi santai seperti biasanya.

"Aku suka sama Alana."

"Alana?"

"Iya, Alana."

Suara tamparan yang terdengar berikutnya, membuat Ratu menahan napas. Ia tidak melihat kapan tepatnya Dhimas berdiri, namun tiba-tiba saja Nathan sudah menoleh ke arah lain, dengan pipi merah bergambarkan tangan Ayahnya sendiri.

"Kali ini kamu benar-benar keterlaluan!" Geram Dhimas tampak tak habis pikir, "Kamu menolak Raffa sebagai adikmu, menolak Ratu sebagai Ibu kamu, dan menolak Alana sebagai tunangan kamu, hingga menimbulkan kekacauan pada hubungan dua keluarga. Dan sekarang dengan entengnya kamu menginginkan tunangan adik kamu sendiri?! Papa tahu kalau Papa bukan Ayah yang baik untuk kamu, tapi ini sudah keterlaluan Nathanael!"

"Aku mengatakan ini hanya agar Papa tahu kalau aku menyukai Alana, sama sekali nggak ada hubungannya dengan kebejatan Papa di masa lampau!"

Ucapan dingin Nathan membuat Dhimas dan Ratu megap-megap tak menyangka, "Lalu bagaimana dengan adek kamu, hah?! Gadis yang kamu sukai itu tunangan Raffael! Milik adek kamu!"

"Cuma tunangan kan? Belum menikah," Dhimas tak habis pikir dengan ucapan Nathan yang menggampangkan semua permasalahan, "Lagipula, mereka bertunangan hanya untuk meredam pertikaian keluarga, bukan karena saling jatuh cinta."

"Cinta?" Sahut Dhimas dengan bibir melengkung penuh ejekan, "Dulu kamu menolak Alana dengan alasan mencintai Tiara. Dulu kamu menolak Alana karena alasan tidak mencintai gadis itu. Lihat apa yang sudah dilakukan cinta pada kamu."

Tidak diduga, Nathan justru tertawa, "Dan lihat apa yang dilakukan cinta pada Papa? Atas nama cinta Papa selingkuh sampai menghasilkan Raffa, dan membuat Mama sakit-sakitan sampai meninggal dunia. Lalu sekarang Papa memaksa Raffa menjalani hal yang sama, yaitu menjalin hubungan dengan gadis yang tak disukainya. Suatu saat nanti Raffa akan menikah dengan Alana, memiliki anak, kemudian jatuh cinta pada wanita lain, lantas meninggalkan anak dan istrinya seperti yang Papa lakukan dulu. Atau memang itu yang Papa harapkan?"

Airmata Ratu jatuh satu per satu ke pangkuan, sementara Dhimas berdiri dengan tubuh gemetaran. Di depan mereka Nathan melayangkan pandangan menantang, seakan tidak berniat memberi keduanya pengampunan. Mungkin ini yang disebut dengan karma, dan Dhimas mendapatkan balasan langsung dari Putra yang selama ini selalu dibanggakannya.

"Apa-apaan ini?"

Suara bingung Raffa menginterupsi ketegangan di dalam ruangan tersebut. Pemuda itu mengerutkan kening melihat pipi Abangnya mulai berubah warna, dan segera melayangkan pandangan menuduh pada Dhimas, sebelum kemudian tersadar kalau Ibunya sedang menangis.

"Ma? Ada apa?"

Ratu menggenggam tangan Raffa dan membawanya ke dada, kemudian terisak-isak tanpa bisa bicara. Raffa yang kebingungan melemparkan tatapan permintaan tolong pada Nathan, dan ucapan Abangnya itu sungguh mengejutkan, "Aku bilang pada mereka kalau aku menyukai Alana."

Raffa memejamkan mata dengan lelah, dan ketika ia bertanya, suaranya terdengar sama lelahnya, "Kenapa?"

"Karena aku udah nggak sabar menunggu pergerakan kamu?" Nathan justru balik bertanya, "Dan karena aku bukan kamu yang nggak tahu harus maju atau mundur untuk mendapatkan gadis yang ku sukai."

"Kamu udah mundur, Bang. Kamu udah melepaskan Alana."

"Nggak bisa dikatakan melepaskan, kalau aku belum pernah mengejarnya kan? Alana yang disodorkan ke depan hidungku untuk dijadikan tunangan, jelas nggak bisa dimasukkan ke dalam hitungan. Alana manusia, bukan barang."

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateWhere stories live. Discover now