PMB 25 : Pungguk, Dan Nathanael

25.8K 3.5K 258
                                    




"Mbak Alana?"

"Masuk. Nggak dikunci."

Sosok perempuan bertubuh kurus muncul di hadapan Alana dan berucap ragu-ragu, "Anu Mbak Alana, ada Bang Nathan di depan."

    Tadi pagi Alana memang sudah keluar dari rumah sakit, ditemani oleh Raffa. Rasa lega yang dirasakan Alana karena Nathan tidak ikut mengantarnya pulang, sekarang berubah jadi rasa ngeri karena pria itu justru mendatanginya. Masalahnya, baru setengah jam sejak Raffa berangkat ke kampus untuk menghadiri perkuliahan. Kedua orangtua Alana juga masih di luar kota, sementara Noel sibuk di rumah sakit. Bahkan Mbak yang bekerja untuk mengurus rumah ini, baru saja berangkat belanja bulanan yang tidak mungkin memakan waktu sebentar, meninggalkan Alana berduaan dengan Siti yang canggung dan kikuk. Dan sikap keras kepala Nathan sudah pasti akan mempersulitnya, meski Alana tidak berniat untuk kalah sebelum perang.

"Bilang aja kalau aku lagi tidur." Ucap Alana mulai mengatur strategi.

Ekspresi Siti terlihat bersalah ketika menjawab, "Kata Bang Nathan, kalau Mbak Alana nolak nemuin dia dengan alasan tidur atau pura-pura tidur, dia cuma bersedia nunggu selama lima belas menit.

"Bagus itu!" ucap Alana gembira, "Ya udah, biarin aja. Nanti juga kalau udah lima belas menit dia bakalan pulang."

"Kalau lima belas menit udah lewat...," Siti diam, menelan ludah dengan perasaan ngeri yang membuatnya tidak berani melanjutkan.

"Kalau udah lewat lima belas menit kenapa?" tanya Alana kembali was-was.

"Kalau udah lima belas menit dan Mbak Alana nggak turun juga, katanya...," Siti menunduk, tampak salah tingkah ketika melanjutkan, "Katanya Bang Nathan sendiri yang akan naik ke sini... dan.. dan Mbak Alana bakalan nyesal kalau itu sampai terjadi. Katanya... katanya dia nggak akan segan-segan... buat.. buat.. emh buat mukul bokongnya Mbak Alana."

    Alana sampai menganga karena tak percaya kalau ia diancam di rumahnya yang sendiri. Dan yang lebih mengerikan, bagaimana mungkin Nathan menyampaikan ancaman semacam itu kepada Siti? Untuk Alana, ancaman tersebut terdengar biasa saja sebenarnya. Sewaktu mereka masih kecil, Nathan sering mengancamnya dengan kalimat yang sama kalau ia mulai bertingkah bandel dengan tidak menyentuh makan siangnya. Masalahnya, sekarang mereka sudah dewasa. Dan ancaman tadi berhasil membuat Siti merah padam karena menduga-duga, hubungan macam apa sebenarnya yang dilakoni anak majikannya dengan calon Abang iparnya sendiri?

"Di mana dia?" tanya Alana dengan perasaan malu dan marah.

"Di ruang tamu Mbak." Jawab Siti takut-takut.

    Langkah Alana menghentak-hentak ketika meninggalkan kamarnya. Di dalam kepalanya terbayang berbagai perbuatan sadis yang ditujukan terhadap Nathan, saking marahnya ia pada pria itu. Namun belum sempat gadis itu menyemprot Nathan dengan kemarahannya, pria itu sudah lebih dulu mengangkat kepala dari koran yang entah didapatkannya dari mana.

"Udah bangun?" sapanya dengan sorot mata geli.

    Alana gemetar karena kemarahan. Gadis itu menyambar bantal sofa terdekat dengannya, lantas menggunakannya untuk menghajar Nathan yang tampak tidak terkejut menerima kemarahannya. Pria itu hanya menghindar kalau Alana berusaha memukul wajahnya, selebihnya, ia membiarkan pukulan-pukulan tak bertenaga itu mengenai tubuhnya.

"Berani ya kamu datang ke sini?" geram Alana karena bahkan setelah ia kehabisan tenaga untuk menggebuk pria itu, Nathan masih tampak baik-baik saja. Pria itu justru dengan santainya bersandar ke sofa, seakan mengatakan kalau Alana boleh memukulinya sampai gadis itu puas menuntaskan kemarahannya, "Biar ku hubungi Raffa. Lihat aja, biar kamu digebuk sampai babak babak belur!" ancam Alana sambil menyambar handphone Nathan yang berada di meja, karena gadis itu meninggalkan handphonenya sendiri di dalam kamar.

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang