PMB 27 : Pungguk Menjolok Rembulan

30K 3.4K 218
                                    


"Nggak berangkat bareng aku? Kenapa?"

Randy mengerutkan kening sambil menatap saudari kembarnya dengan bingung, sedangkan yang ditatap justru asyik mengunyah roti panggang dan menyesap segelas susu.

"Nggak ada kelas pagi."

"Biasanya ada." Tukas Randy curiga.

"Dosennya berhalangan dan KP belum ditentukan, mungkin minggu depan." Jawab Rasty sambil tersenyum manis.

"Tapi kan kamu ada kelas jam sepuluh." Randy masih saja curiga.

"Ya udah, naik taksi aja. Lagipula, ngapain coba aku bengong di kampus dari jam delapan sampai jam setengah dua belas? Mending juga tidur cantik di kamar." Ucap Rasty mulai sewot.

Randy mendengus, namun akhirnya menghabiskan minumannya, "Ya udah, aku berangkat duluan. Nanti jangan lupa ngunci rumah."

"Hm! Bye Keran."

Tidak menunggu lama sampai mobil Randy berlalu dari rumah, dan Rasty langsung bersorak kegirangan. Dengan cepat gadis itu mengumpulkan piring dan gelas bekasnya dan Randy sarapan tadi, lantas membawanya ke wastafel. Setelah mencuci semuanya sampai bersih, barulah Rasty berlari naik ke kamarnya.

Setelah bicara dengan Ayahnya, Rasty baru tersadar kalau selama ini ia belum pernah benar-benar berusaha mendapatkan Raffa. Ia hanya menerima perhatian dari pria itu, dan berharap Raffa tertarik padanya. Tapi kata Ayahnya, bukan seperti itu caranya. Frans sudah menekankan arti pentingnya mengejar pasangan, karena jodoh tidak akan datang sendiri. Dan alasan itulah yang membuat Rasty bertekad untuk memperjuangkan Raffa.

Kesampingkan soal Alana yang notabene adalah tunangan Raffa. Selama janur kuning belum melengkung, maka Rasty tidak berniat untuk menyerah. Lagipula, ia bukannya tokoh protagonis suatu novel yang hanya bisa menangis dan meratap, lalu tiba-tiba hidup bahagia selamanya. Hidup tidak seperti itu. Rasty harus berjuang kalau memang menginginkan Raffa.

Tidak lama kemudian, gadis itu sudah duduk di depan cermin rias berbalutkan kimononya yang berwarna kuning terang. Dengan cekatan tangannya menyapukan kuas dan berbagai peralatan kecantikan pada wajahnya, dengan tujuan untuk tampil lebih bersinar daripada biasanya.

Semalam Rasty sudah mengecek akun instagram Alana dan menyadari ucapan Ardo ada benarnya, Alana itu cantik. Sangat cantik malah. Karena itu Rasty berniat untuk tampil lebih cantik dari Alana. Ia bahkan memoles lipstik berwarna merah menyala setelah selama ini hanya menggunakan lipstik pink yang hampir sama dengan warna bibirnya. Hari ini, Rasty berniat untuk terlahir kembali.

Beberapa jam kemudian, Rasty sudah berlari-lari menuju ruang multimedia. Sebenarnya hari ini ia tidak punya kelas, karena kedua dosennya berhalangan hadir. Namun toh gadis itu tetap berangkat demi melaksanakan tutor bersama Raffa. Dan dandanan menterengnya hari ini, menjadi alasan kenapa ia tidak mau menumpang bersama Randy. Saudara kembarnya itu pasti akan menyeretnya ke kamar mandi, kalau melihat riasannya.

"Dasar Keran!" rutuk Rasty jadi kesal sendiri, "Nggak bisa lihat orang senang!"

Tidak lama kemudian, Rasty sudah memasuki ruang multimedia dan duduk dengan manis untuk menunggu Raffa. Biasanya pria itu tiba lebih dulu, tapi karena hari ini Rasty tidak ada kuliah, jadi ia bisa sampai duluan. Dan Rasty memutuskan untuk sekali lagi mengecek riasannya sambil menunggu Raffa tiba.

"Maaf telat," suara Raffa terdengar dan Rasty langsung menyimpan tempat bedaknya, "Dosennya lama keluar."

"Nggak papa. Aku juga baru nyampai." Jawab Rasty sambil memperhatikan Raffa yang sedang sibuk meletakkan tas sekaligus membuka botol minumannya.

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateWhere stories live. Discover now