PMB 35 : Pungguk Dan Keluarga

28.6K 3.6K 259
                                    


Rasty jatuh sakit. Setelah membatalkan acara pertemuan antara Raffa dengan kedua saudaranya karena harus mendampingi Miss Universitas di acara resmi kampus, gadis itu terkena demam dan flu. Melalui pesan Rasty mengatakan kalau dirinya hanya terlalu lelah, namun ketika sampai sore hari Rasty tak lagi memberi kabar apapun, Raffa menduga keadaan gadis itu cukup parah. Karena itulah ia bergegas untuk menjenguk gadis itu, namun dihentikan oleh panggilan Ibunya.

"Adek mau ke mana?"

"Jenguk teman," Raffa memberitahu sambil nyengir pada penghuni ruang tamu yang terdiri dari keluarganya dan keluarga Alana, "Temanku sakit."

"Nggak bisa besok aja jenguknya?" Ratu bertanya setengah memohon, "Ini masih rapat soal pertunangan Abang kamu."

Raffa langsung mengerucutkan bibir, "Ma, yang tunangan itu Bang Nathan dan Alana, jadi pendapatku nggak diperlukan."

"Siapa tahu kamu bisa ngasih ide soal..."

"Di rapat sebelumnya aku kasih ide catering," Raffa memotong untuk mengingatkan, "Dan kalian semua nggak setuju."

"Tapi Dek..,"

"Udahlah Tante," Potong Nathan yang sedari tadi mencoba mencuri-curi waktu untuk tidur karena lelah setelah seharian bekerja, "Raffa nggak akan ngotot untuk pergi kalau bukan karena kepentingan mendesak."

"Iya Tante," Dukung Alana yang sedari tadi sibuk membuka-buka katalog dari salah seorang desainer ternama, "Lagipula kita kan tinggal menentukan souvenir dan hal-hal kecil lainnya."

"Kalau gitu Abang juga harus menjenguk..,"

"Nggak ya Bang," Potong Alana kepada Noel yang sudah akan bangkit berdiri, "Kalau Raffa bilang dia harus menjenguk temannya, itu artinya dia memang akan menjenguk temannya. Kalau Abang bilang mau menjenguk teman, itu artinya Abang mau pacaran."

Raffa harus menahan seringaiannya demi melihat ekspresi memelas yang dipasang Noel. Pemuda itu mengacungkan jempol pada Nathan dan Alana karena bersedia mendukungnya untuk melarikan diri dari rapat tak terkesudahan ini dan berkata, "Aku pergi."

"Hati-hati Raffa," Dhimas tak lupa berpesan.

"Iya," Balas Raffa yang dilanjutkan dengan gerutuan, "Dikira anak SMP apa?"

Beberapa saat kemudian Raffa sudah berdiri di depan rumah Rasty sambil menenteng keranjang buah di tangannya. Ia sudah menyiapkan mental untuk mendapati ekspresi tak menyenangkan dari Sabda, namun justru Randy yang membuka pintu. Saudara kembar Rasty itu memasang ekspresi heran ketika melihatnya, namun segera menganggukkan kepala, "Mau jenguk Rasty?"

"Iya," Raffa gugup, namun ia tidak akan menunjukkannya. Berpura-pura santai pemuda itu justru bertanya, "Gimana keadaannya?"

"Mendingan sejak dipasang infus," Sahut Randy sambil membuka pintu, "Setidaknya dia udah bisa makan."

Langkah Raffa terhenti, ia benar-benar sudah tidak gugup ketika bertanya, "Infus?"

Sepertinya Randy tidak berniat untuk menjelaskan apapun. Pemuda itu justru memberi tanda agar Raffa mengikutinya menuju lantai dua sambil berkata, "Bu, temannya Beras datang nih."

"Siapa?" Suara Senja lebih dulu terdengar sebelum kemudian wujudnya mengikuti, "Loh? Nak Raffa?"

Ekspresi terkejut itu membuat Raffa nyengir. Dengan sopan ia menyalami Senja dan bertanya, "Apa kabar Tante?"

"Baik," Senja tampak antusias, "Kok udah lama nggak main kemari?"

"Takut sama Bang Sabda," Randy menjawab sambil berlalu.

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateWhere stories live. Discover now