part 12

28.7K 1.6K 11
                                    


Haii readersss... Huhuhu I'm back... (Tetap ngetik dengan hp yang klo udh nyampe 1200 kata mulai lambat kaya kura-kura balapan)

Kini aku tidak peduli lagi...(cieilaahh gaya luu...) dengan koment atau Vote... Karna senyum selalu mengembang di bibirku saat aku tau sudah ada 400 orang lebih yang mungkin menambahkan ceritaku hanya pada perpustakaan pribadinya... Dengan itu saja aku sudah senang kawand..(air mata mulai menggenang... Turun tanpa di komando.. Percayalah.. Ini airmata bahagia..)

Tapi aku tetap mengharapkan sesuatu... Kalau kalian tidak ingin menuliskan comment untukku, setidaknya tekanlah tanda bintang di akhir ceritaku... Hahahaha... (Vote.. Karna kalian suka atau Vote karna kalian tidak suka... Bagiku sama sajaaaahhh... Hahaha)

Trimakasih.. Mari kita lanjutkan
--------------------------------

Daniella masuk ke dalam mobil nya yang masih terparkir aman di parkiran, wajahnya datar tak terbaca, duduk lalu merundukkan wajahnya pada stir

Terbayang wajah Edward saat membantah habis-habisan tuduhan Daniella, terbayang betapa seriusnya laki-laki itu, terbayang pula betapa sakit dan hancurnya perasaan Edward saat Dan memintanya melupakan soal pernikahannya,saat itu Edward menunduk kaku, terlihat buliran bercahaya mengalir perlahan nelewati dagunya, menyentuh aspal jalan yang ia pijak, rasa bersalah merasuk dalam hati Daniella,sesaat kemudian Edward tak terlihat lagi, tubuh Dan terkulai lemas

Kini ia disini, sendiri, merewind semua memori beberapa hari lalu

Dan kini bingung, bagaimana memperbaiki hati Edward, dimana ia akan memulai, bagaimana dia akan membuka pembicaraan tentang kebodohan dan tingkah lakunya yang kekanak-kanakan tidak menelaah terlebih dahulu apa yang terjadi, mungkin karna cinta... Ya cinta... Dan terlalu mencintai Edward, dan tidak bisa mencerna apapun yang ia dengar karna semuanya berbeda dengan yang ia lihat malam itu, apa telinganya tuli.. Iya tuli karna cinta.. Aneh bukan.. Biasanya cinta membutakan mata.. Tapi ini malah menuli kan telinga

Dan mengangkat wajahnya, teringat kata-kata terakhir Christ

"Tuan Edward akan segera ke New Zealand..."

Dan mengerjapkan matanya, segera menstarter mobilnya

Ia tau kemana tujuannya sekarang, di injaknya pedal gas agak bertenaga

Dan menginjak Rem mobilnya setelah sampai tepat di depan loby gedung besar tempat Edward biasa beraktifitas

Daniella menerobos pintu masuk setelah seorang security mengangguk padanya

Semua mata di lobby mengarah pada Daniella, menatapnya terpukau,

"Baru kemarin rasanya ada bidadari mampir" bisik salah satu laki-laki yang sedang berkumpul dengan beberapa temannya

"Sekarang, bukan bidadari lagi.. Mungkin sejenis malaikat" sahut yang lain

Dan melangkah cepat menuju meja recepsionist

"Apa sir Handerson ada?" tanyanya

"Dengan siapa?" tanya laki-laki itu, menghirup nafasnya, karna wangi dari Dan menelusup hidungnya

"Daniella.."

"Oh.." laki-laki itu menunduk patuh, jadi ini wanita yang dibicarakan Edward saat makan siang, jelas saja.. Betapa dia mempesonakan semua mata

"Silahkan lewat lift, lantai 8.. Ruangannya berada di ujung lorong.." ucapnya

Dan mengangguk lalu berlari kecil menuju lift, kotak listrik itu membawanya naik, dan berhenti di lantai 8, Dan keluar dari lift, berjalan perlahan, menuju ruangan Edward, tampak beberapa kubikal kosong saat itu, karna waktu istirahat

The wedding Planer (COMPLETED) (Revisi)Where stories live. Discover now