Part 27

37.7K 1.3K 66
                                    

Akuuu... Mintaaa... 90 vote di part ini yaaa....

Sama follownyaaa... Jgn lupa...!!!

Mari lanjutkan...,👇👇👇👇

---------------------

Daniella panik, fikirannya kalut bingung dan ragu akan menghubungi siapa, di tarik nya salah satu tangan besar pria itu ke bahunya, berat... Di tarik dua duanya apa lagi... Dia beraaaattt.... Daniella mengusap wajahnya bingung

Susah payah Daniella menyeret Edward mendorongnya ke bed Queen size miliknya, terengah, berusaha mengangkat sebagian tubuh Edward agar sedikit berbaring, hingga akhirnya tubuh pria besar itu berhasil berbaring walau setengah kakinya menjuntai di bawah tempat tidur,

Daniella mengambil ponselnya dan mendial nomor Christ

"Yes ma'am.." jawab gadis pirang di ujung sana setelah menerima panggilannya

"Christ... Bisa hubungi Damian?"

"Damian? Ada apa ma'am? Kau seperti kekurangan pasok oksigen.."

"Edward pingsan Christ, di kamarku.. Tolong panggil Damian cepat.." nafas Daniella terengah mengacak rambutnya frustasi

"What...?? Bagaimana bisa?? Apa yang terjadi??" Christ kaget sekaligus bingung dengan ucapan Daniella

"Nanti aku jelaskan Christ... Cepaaatt...!!!" teriaknya gemas terhadap keingintahuan Christ

"Ya ya.. Aku coba hubungi ma'am.. Just wait please..!!"

Daniella memutus sambungan telfon dan terduduk lemas, ia teringat saat-saat Edward pingsan di Atlanta tempo hari, dan Mika.. Yah.. Kakaknya itulah yang memberi obat Edward, dan setelah sadar itu.. Edward tidak pernah mengalami hal itu lagi hingga kini, Dan menghembuskan nafasnya kasar lalu mendial nomor Mika

"Mikaela... Kau di mana?? Aku butuh bantuanmu.." desahnya saat panggilannya di angkat

"Yess.. Sweetheart.. Ada apa?"

"Edward... Pingsan....lagi.. Apa yang harus aku lakukan??" tanyanya cemas

"Apa.. Pingsan lagi.. Apa yang kau lakukan padanya...??"

Hati Dan mencelos sesaat, dia serasa seperti bagian yang selalu membuat Edward tidak sadarkan diri, perlahan isak tangisnya di dengar Mika

". Daniellaa.. Daniella. Haloow... Are you okay??"

"Aku hanya ingin dia mengingatku Mika.. Aku tersiksa bila harus terus menerus berusaha tidak mengingatkan Edward.. Sampai kapan.. Sampai kapan Mikaaa??" pekiknya di sela isak tangis

Mika yang mendengar tangis pilu adik satu-satunya itu tertegun, diam sejenak, perlahan dia mulai berbicara

"I'm sorry sweetheart... Aku tidak tau kau memiliki perasaan sealam itu padanya.. Apa dia berdarah? Maksudku darah itu bisa keluar dari hidung atau telinganya.."

The wedding Planer (COMPLETED) (Revisi)Where stories live. Discover now