18. Rie

23K 1.2K 72
                                    

Kondisi Sanosuke sudah mulai membaik, bahkan anak itu sudah kembali cerewet seperti biasanya. Sakura dan Sasuke sampai bosan menanggapi ocehan Sanosuke.

"Ma, hari ini Sano masuk sekolah ya." Ucap Sanosuke yang duduk diatas ranjang rumah sakit dan tangannya sibuk bermain game dalam iphone milik ayahnya.

"Mana bisa begitu? Kau belum boleh pulang Sano-kun, mungkin nanti sore baru boleh." Jawab Sakura yang tengah menyiapkan sarapan pagi dengan menu andalan rumah sakit yaitu bubur dan sayur rasa hambar untuk Sanosuke.

"Yahh, tapi aku ingin masuk Ma, sudah bosan disini tidak ada mainan, tidak boleh makan coklat, tidak boleh makan ice cream, tidak boleh ini dan itu. Ahh aku ingin sekolah saja. Ingin bermain dengan teman-temanku dan Ayame-sensei."

Sasuke mengurut pelipisnya yang berdenyut-denyut. Semalaman dia tidak tidur karena harus menjagai Sanosuke, tepat pukul 4 pagi saat ia hendak tidur Sanosuke sudah bangun dan merengek minta keluar dari kamar rawat lalu sekarang saat dia memiliki kesempatan untuk tidur barang sejenak Sanosuke berisik sekali bicara ini dan itu. Mau meledak rasanya kepala Sasuke.

Sakura yang melihat suaminya ngantuk berat, wajahnya juga terlihat sangat lelah sekali mengisyaratkan pada Sanosuke untuk tidak berisik. "Papa tidak bisa tidur."

"Papa jangan tidur! Papa harus bekerja bukan." Suara Sanosuke menggelegar membangunkan Sasuke yang baru satu detik berhasil memejamkan matanya.

"Di dalam tas Sano banyak coklat dan permen dari Kakek, Papa makan saja supaya tidak ngantuk. Cepat Pa!" Perintah Sanosuke layaknya boss yang tengah menyuruh anak buahnya mengerjakan sesuatu.

Sakura terkikik melihat Sasuke yang geram pada anak lelakinya. Dia menghampiri Sasuke yang kini terduduk di sofa. "Sasuke-kun pulang saja dulu, tidur sebentar lalu kesini lagi nanti kalau sudah tidur."

Baru saja Sasuke akan mengangguk, tiba-tiba ada manusia lain yang menguping obrolan mereka. "Jangan!!" Teriak Sanosuke tak terima. "Kalau Papa tidak kerja, Papa ke sekolahku saja, berikan coklat dan permennya pada Rie saja kalau Papa tidak mau."

Sakura dan Sasuke mengernyit. "Siapa itu?"

"Teman sekolahku. Tolong Papa berikan makanan untuk Rie, kasian dia kalau aku tidak masuk nanti dia tidak jajan."

"Kenapa begitu?" Selidik Sasuke. Memangnya Sanosuke tukang jualan jajan, sehingga kalau dia tidak masuk temannya jadi tidak bisa makan?

"Aku selalu berbagi bekal dengan Rie, Pa. Kasihan dia tidak pernah bawa bekal, Rie juga tidak punya uang untuk beli makanan. Jadi aku bagi saja bekalku dengan dia. Tolong antar makanan untuk Rie ya, Pa." Sanosuke menyatukan kedua telapak tangannya dan memasang wajah melas.

Sakura yang tertarik dengan cerita anaknya berpindah duduk diatas ranjang rawat Sanosuke. "Kenapa Rie tidak jajan?"

"Karena tidak punya uang." Jawab Sanosuke singkat.

"Apa dia tidak diberi uang saku oleh orang tuanya?" Tanya Sakura lagi.

Sanosuke menggeleng. "Kata Rie, dia harus rajin menabung supaya rumahnya tidak dirobohkan oleh mobil besar."

Wanita merah jambu itu makin tidak paham dengan maksud Sanosuke. "Kenapa rumah Rie harus dirobohkan?"

"Ummm..." Sanosuke mencoba berpikir seperti mengingat-ingat sesuatu. "Aku tidak tahu Ma. Tanya saja pada Ayame-sensei, mungkin dia tahu?"

Sakura mendesah sedikit sebal dan kecewa karena cerita Sanosuke begitu 'nggantung' dan tidak sampai tuntas. Apa boleh buat? Mungkin baru sampai disitu kemampuan anak 4 tahun menceritakan sesuatu?

Marriage LifeWhere stories live. Discover now