13. For Richer & For Poorer

21.6K 1.2K 66
                                    

Sasuke menepikan mobilnya di pinggiran jalan saat menemukan Sakura dengan Sanosuke duduk di sebuah bangku taman. Dia keluar dari sana dan berlari menghampiri keduanya.

"Kalian disini." Sasuke segera berjongkok di depan Sakura dan Sanosuke yang masih di gendong Sakura.

"Papa!" Sanosuke mengulurkan tangannya tanda bahwa dia ingin digendong oleh sang Ayah. "Papa, sakit." Keluhnya disela-sela suara tangis histerisnya.

Sasuke bangkit dan mengambil Sanosuke dari pangkuan Sakura. "Lututmu berdarah."

"Kakek nakal, Pa." adu anak itu pada Sasuke.

Sasuke menoleh pada Sakura yang tidak berkomentar apapun, lalu kembali fokus pada Sanosuke. "Nanti kita obati lukanya, jangan menangis lagi." Sasuke membawa Sanosuke duduk disebelah Sakura.

Sanosuke mendekap leher Sasuke erat-erat dan menyandarkan kepalanya pada dada tegap sang ayah. "Apa Sano nakal, Pa?"

Sasuke menggeleng.

"Tapi kenapa Kakek marah pada Sano? Sano kan tidak nakal."

Hati Sasuke dan Sakura seperti dicubit keras dengan pertanyaan Sanosuke.

"Hiks..." Sasuke menoleh pada Sakura, bahunya bergetar hebat dan air mata menetes satu persatu dari mata hijaunya. Lengannya terulur untuk menghapus titik-titik air bening itu.

"Maaf, Sakura."

Sakura menggeleng dan menarik tangan Sasuke untuk digenggamnya. Sakura memeluk erat lengan Sasuke dan meletakkan kepalanya dibahu Sasuke. Hatinya cemas, dia takut kalau pria ini pergi darinya. Sempat Sakura berpikir bahwa Sasuke tak mungkin meninggalkan keluarga besar dan segudang kekayaannya hanya demi wanita pembangkang seperti Sakura, tapi kini pasangan hidupnya itu datang, menghampirinya dan anak mereka.

Rasa takut sebesar gunung tadi hilang saat ia bisa kembali mendekap pria yang kini duduk disebelahnya.

"Aku kira hiks kau tidak akan kembali."

Sasuke tersenyum dan mencium puncak kepala Sakura. "Jangan bodoh."

"A-aku mencintaimu, Sasuke-kun."

Sasuke mengangguk diatas kepala Sakura. "Aku juga."

"Kau tak akan meninggalkanku kan, Sasuke-kun?"

"Haruskah aku mengucapkan janji pernikahan kita lagi, Sakura?" Sasuke balik bertanya dan Sakura terkekeh lega.

"Tidak perlu. Aku percaya padamu."

"Begitupun aku. Ayo pulang." Sasuke menggandeng Sakura dengan Sanosuke dalam gendongannya.

"Pa, Sano mau ice cream, yaa?" Pinta Sanosuke dengan suara serak, bocah itu sudah tak menangis lagi.

Sasuke mengangguk, "Apapun untukmu." Dan menempelkan hidung mancungnya pada hidung Sanosuke.

Sanosuke tertawa karena geli, baik Sakura maupun Sasuke bernafas lega melihat Sanosuke tersenyum lebar menampakkan deretan gigi-gigi kecilnya. "Aku mau dua ya, Pa."

"Yang satu untuk adikmu bukan?"

Sanosuke mengangguk girang.

"Umm, tapi Sano-kun, sepertinya adik sedang tidak mau ice cream." Ucap Sakura dengan bibir mengerucut.

"Yahh, tapi Sano mau ice cream, Ma." Rengek Sanosuke.

Sakura menggeleng. "Adik sedang ingin donat." Bisik Sakura pada Sanosuke.

Sanosuke menggembungkan pipinya. "Hah, baiklah terserah adik saja kalau begitu."

Sakura dan Sasuke tertawa melihat ekspresi lucu Sanosuke.

Marriage LifeTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon