34. Business Trip

21.2K 974 54
                                    

Enam bulan kemudian...

Sanosuke menangis dalam gendongan Sasuke, anak laki-laki yang sudah berumur 5 tahun itu mendekap erat-erat leher Ayahnya yang sejak satu minggu lalu sudah berpamitan padanya hendak pergi keluar kota untuk menghadiri undangan pernikahan salah satu anak rekan bisnisnya bersama dengan sang istri selama dua hari.

"Ja-jangan pergi Pa, uwaaa." Sejak tadi hanya itu saja yang keluar dari mulutnya disertai dengan jeritan tangis khas anak kecil.

Sasuke menepuk pelan punggung Sanosuke dan berusaha menenangkannya. Pesawatnya berangkat tepat jam 2 siang nanti, masih ada beberapa jam untuk membujuk Sanosuke supaya tidak menangis dan merepotkan Mebuki.

Ngomong-ngomong soal Mebuki, wanita itu sudah resmi pensiun empat bulan lalu, Sasuke memintanya untuk pulang kembali ke Konoha dan menempati rumah yang sudah dia beli atas nama Sakura. Awalnya Mebuki menolak karena merasa rumah itu bukan haknya tapi setelah dipaksa Mebuki mau menempati rumah itu dan sesering mungkin mengunjungi Sakura yang mengurus rumah dan kedua anaknya sendirian.

Rencananya Mebuki dan Mikoto akan menginap di rumah Sasuke dan Sakura selama kedua orang itu pergi keluar kota, membantu Sakura menjaga Sanosuke dan Sarada yang saat ini sudah bisa duduk sendiri dan sudah mulai belajar merangkak.

"Papa hanya sebentar Bro." Sanosuke menggeleng kuat-kuat diceruk leher Sasuke.

"Tidak mau!" Jeritnya dan makin mengeratkan dekapannya pada leher sang ayah.

Sasuke mencoba menurunkan anak itu dari gendongannya tapi anak itu malah makin histeris berteriak dan menempel kuat seperti cicak pada tubuh Ayahnya.

"Sano-kun?" Sakura yang hendak memasukkan barang bawaannya ke dalam mobil pun ikut mendapat jeritan dari Sanosuke.

Anak laki-laki itu merentangkan tangannya pada Sakura dengan segera Sakura mengabaikan barang yang ia bawa kemudian menerima Sanosuke dari gendongan suaminya. "Mama." Rengek anak itu saat sudah ada dalam gendongan Sakura.

"Tidak apa-apa Sano-kun, Mama dan Papa hanya dua hari." Hibur Sakura.

"Tidak boleh!" Tolaknya mentah-mentah.

Sakura mengajak anak lelakinya duduk di sofa. Sarada yang duduk di karpet dengan mainan yang berserakan segera mengalihkan perhatiannya pada sang kakak yang menangis keras bersama Ibunya.

Bayi yang baru bisa berucap "Mama" dan "Papa" itu segera berteriak girang saat melihat Ayahnya duduk di hadapannya. "Hey, bagaimana ini? Kakakmu menangis." Adu Sasuke pada Sarada seolah-olah anak itu tau maksud dari ucapan Ayahnya.

Sarada diam memasang wajah bingungnya, bayi itu mengerjapkan matanya dan membuka mulutnya karena tak tau harus merespon seperti apa, jangankan merespon untuk mencerna maksud Ayahnya saja dia belum tentu mampu.

Melihat wajah menggemaskan anak perempuannya, Sasuke tak kuasa lagi menahan dirinya untuk tidak memeluk gemas tubuh gemuk Sarada. Sasuke mendekap Sarada erat-erat dan menciumi pipi gembul Sarada berkali-kali. Anak itu sampai terbahak-bahak dan menjerit karena kegelian.

"Lihat itu, Adik saja tidak menangis. Apa kau tidak malu padanya?" Ujar Sakura pada Sanosuke.

Anak itu tak menjawab dia masih terus melanjutkan tangisannya dalam pangkuan Sakura. "Ayolah Sano-kun, Mama dan Papa hanya dua hari. Setelahnya kami janji akan segera pulang dan tidak kemana-mana lagi."

"Jangan!" Tolaknya.

Sakura menghela nafasnya pasrah, kalau sudah begini bisa apa lagi dia?

"Bro, kau akan mendapat mainan baru nanti—"

Marriage LifeOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz