20. Please Don't Tell

23.7K 1.1K 54
                                    

Sakura menggeliat dalam pelukan suaminya yang masih mendengkur halus saat samar-samar telinganya mendengar bunyi ponsel berdering heboh.

Perlahan Sakura menyingkirkan lengan Sasuke yang melingkari pinggangnya. Wanita itu menghentikan sejenak usahanya untuk turun dari ranjang saat Sasuke bergerak menggapai-gapai dirinya tapi dengan cepat Sakura mengganti sosok dirinya dengan guling untuk dipeluk oleh Sasuke. Sakura terkikik saat berhasil mengelabuhi suaminya dengan guling.

Sakura turun sepelan mungkin dari ranjang setelah mengikat kembali kimono tidurnya yang sudah tersingkap tidak karuan – sehingga menampakkan tubuh telanjangnya yang tidak mengenakan apapun – karena ulah Sasuke. Memang siapa lagi jika bukan Sasuke?

Segera Sakura berjalan menuju meja rias tempat dimana ponselnya dan ponsel Sasuke tidur bersama. Mata Sakura membulat saat melihat nama Konan tertera disana. Sakura dengan cepat mengaktifkan mode silent dan menyempatkan diri untuk menoleh pada Sasuke demi memastikan suaminya itu tidak terbangun.

Sakura keluar dari kamarnya dengan membawa ponsel dalam dekapannya. Setelah menggeser gambar telepon warna hijau dilayar, Sakura menempelkan ponselnya di telinga.

"Halo?"

"Sakura? Ya Tuhan kenapa lama sekali?"

Sakura meringis saat mendengar sahutan Konan. "Hehehe, maaf ya Konan aku harus keluar kamar dulu supaya Sanosuke dan Sasuke-kun tidak terbangun."

"Oh astaga! Ya Tuhan aku melupakan perbedaan waktu antara Jepang dan Australia, maafkan aku Sakura."

Sakura terkikik dan mendudukkan dirinya di sofa. "Tidak apa Konan, aku tau disana pasti sudah pagi?"

"Sore menjelang malam lebih tepatnya. Disana?"

"Malam menjelang pagi. Jam setengah 3 tepatnya." Jawab Sakura diakhiri dengan tawa kedua wanita yang tengah bercakap via telepon tersebut.

"Wow, maafkan aku Sakura sudah menganggu istirahatmu."

"Tidak apa Konan, aku tidak merasa terganggu aku senang bisa mengobrol denganmu."

"Hehe baguslah kalau aku tidak mengganggu. Sakura bagaimana kandunganmu?"

Wanita merah jambu itu mengusap perutnya saat Konan menyinggung tentang bayi dalam perut tersebut. "Baik Konan, sudah mau masuk bulan kelima. Mendebarkan sekali rasanya!"

"Ya Sakura. Aku tau bagaimana rasanya hamil."

Mau tak mau Sakura menahan mulutnya untuk tidak memekik. "Oh Tuhan, jangan bilang kau sedang hamil Konan? Atau jangan-jangan kau sudah akan melahirkan?"

"Hehe, belum sejauh itu Sakura, tapi sebenarnya itu salah satu hal yang ingin kubagi denganmu. Dulu, aku pernah hamil tapi keguguran."

Hati Sakura yang semula berdebar karena antusias kini berubah suasana. "Konan, kenapa bisa?"

"Dulu aku hamil bertepatan dengan usia Sanosuke yang sedang aktif merangkak, dan kau tahu sendiri lah bagaimana jadinya, hehehe."

Sakura menutup mulutnya dengan tangan lagi. Hatinya prihatin. "Konan, maafkan Sano—"

"Hey! Kenapa minta maaf? Aku tidak menyalahkan Sanosuke dalam hal itu, mungkin memang Tuhan tidak mengijinkan anakku lahir tanpa adanya surat pernikahan kedua orang tuanya?"

Astaga! Sakura menepuk jidatnya pelan. Bagaimana dia bisa melupakan fakta bahwa Konan dan Pain belum menikah? Mereka hanya sebatas tinggal bersama dalam satu rumah, hidup layaknya pasangan suami istri tapi belum ada ikatan pernikahan diantara keduanya.

Marriage LifeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora