27. Menanti Kelahiran

17.8K 959 56
                                    

Pagi ini semuanya berjalan tidak seperti biasanya karena ada Mebuki di rumah Sasuke dan Sakura. Jika biasanya setiap pagi pasangan suami istri itu akan menghabiskan setengah jam pagi mereka untuk bermesraan di atas ranjang bersama dengan Sanosuke untuk sementara kebiasaan itu harus mereka hilangkan demi menghargai Mebuki yang sudah datang jauh-jauh menjenguk mereka ke Konoha.

Akan sangat memalukan jika tamu bangun dan beraktifitas lebih dulu di bandingkan dengan tuan rumahnya.

"Selamat pagi, Bu." Sasuke yang baru saja keluar dari kamarnya sudah rapi dengan setelan kemeja dan celana panjang menghampiri Mebuki yang sudah duduk di meja makan membantu Sakura menyiapkan sarapan pagi untuk Sasuke dan Sanosuke.

"Selamat pagi. Istrimu sedang memandikan Sanosuke, tidak masalah bukan jika Ibu yang menggantikan tugasnya menyiapkan sarapanmu?" Sasuke tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Sudah ada secangkir kopi dan dua telur mata sapi di meja Sasuke tapi Sasuke melihat ada yang lain dari menu sarapan pagi yang biasa disantapnya. Ada yang berbeda dengan kopi yang terlihat bersih dan tak ada ampasnya terlihat sekali bahwa kopi itu dibuat oleh mesin bukan hasil karya istrinya, dan lagi ada yang lain dari telur gorengnya. Warna kuning telurnya tidak kuning tua seperti yang biasa Sakura buat.

"Sakura bilang kau biasa sarapan dengan telur mata sapi, jadi Ibu bantu buatkan untukmu. Selamat makan."

Sekarang terjawab sudah pertanyaan yang berputar-putar di otak Sasuke. Menu sarapan paginya terlihat berbeda karena pembuatnya lain.

Sasuke tersenyum lagi dan mulai mengambil garpu dan pisau makan yang sudah disediakan oleh Mebuki juga pastinya. Dia mulai mengiris dan memasukkannya ke dalam mulut. Ekspresinya berubah saat irisan telur itu mulai masuk ke dalam mulutnya.

Rasanya lain. Telur ini asing di lidah Sasuke, bisa Sasuke tebak telur yang di goreng bukan telur ayam kampung seperti yang Sakura buatkan untuknya. Dia hafal yang mana telur ayam kampung dan mana telur yang mudah dibeli di supermarket.

Juga telur ini terlalu banyak garam – menurut Sasuke. Jika bagi Mebuki rasanya sudah pas tapi untuk manusia berlidah sensitive seperti Sasuke porsi garam yang dipakai Mebuki untuk member rasa pada telur ini terlalu banyak. Sasuke tidak suka makanan yang terlalu, entah itu terlalu asin, terlalu manis, terlalu pedas atau pun terlalu hambar. Dia mau yang biasa-biasa saja atau lebih tepatnya mau yang dibuatkan oleh Sakura.

Jika boleh Sasuke ingin tidak menghabiskan telur goreng yang sudah dibuatkan oleh mertuanya, tetapi demi menjaga perasaan Mebuki dan menghargai buatannya dengan tanpa minat Sasuke menghabiskan telur tersebut.

Selesai dengan telur, Sasuke beralih pada kopi. Kopi tanpa ampas hasil karya mesin pembuat kopi. Dia juga yakin pasti rasanya tidak seindah buatan istrinya. Namun lagi-lagi demi menghargai usaha Mebuki dia meneguk isi dalam cangkir tersebut.

Dari asapnya saja Sasuke tau kalau kopi ini tidak senikmat buatan Sakura, tapi Sasuke tetap meneguknya dan hasilnya sungguh diluar dugaan Sasuke. Kopi ini manis sekali, sampai Sasuke mengernyit seperti bayi yang baru pertama kali dicicipi lemon.

"Kenapa Sasuke?" Mebuki yang menyadari perubahan raut Sasuke bertanya.

Sasuke menggeleng. "Tidak Bu." Dustanya. Dia hanya ingin menjaga perasaan Ibu mertuanya, karena tak mungkin dia berkata terus terang bahwa kopi ini kandungan gulanya terlalu banyak. Apalagi Sasuke adalah manusia yang biasa meneguk kopi tanpa memakai gula.

"Selamat pagi, Papa! Selamat pagi, Nenek!" Sanosuke, anak yang sudah rapi dan wangi itu berlari menghampiri dua orang dewasa yang ada di meja makan.

Sasuke membalas sapaan pagi Sanosuke dengan menundukkan kepalanya dan menyodorkan pipinya pada anak empat tahun itu. Sanosuke yang sudah terbiasa dan hafal dengan mau Ayahnya segera mencium kedua sisi pipi Sasuke dengan ujung hidungnya. Sementara Mebuki hanya memandangi kedua orang tersebut tanpa berkomentar apapun.

Marriage LifeOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz