162. Badai Laut Utara

6.5K 104 10
                                    

SATU

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

SATU

TIGA penunggang kuda memperlambat lari tunggangan masing-masing ketika mencapai sebuah mata air di kaki Gunung Gede sebelah timur. Saat itu sang surya baru saja menggelincir dari titik tertinggi­nya udara yang sejuk di kawasan itu membuat terik cahaya matahari tidak terasa menyengat.

Penunggang kuda sebelah depan, seorang kakek berjubah kuning, berwajah merah seperti udang rebus dan cuma punya satu alis yaitu di atas mata kiri henti­kan kuda dekat mata air diikuti dua temannya. 

Dari peralatan penutup mata serta tanda-tanda pada pelana yang dimiliki tiga ekor kuda besar agaknya ke tiga penunggangnya bukan orang-orang sembarangan. Paling tidak mempunyai hubungan tertentu dengan Kerajaan di wilayah timur.

"Jika melanjutkan perjalanan dengan berlari, kurasa akan lebih cepat sampai di puncak gunung. Kita bisa meninggalkan kuda di tempat ini. Ada air, banyak rumput. Kelihatannya juga cukup aman. Bagaimana pendapat ki sanak berdua?" Si jubah kuning yang di Keraton Jawa Tengah dikenal dengan panggilan Lor Sakti Alis Tunggal bertanya pada dua temannya.

"Aku setuju saja," jawab kakek bermata juling mengenakan pakaian ringkas biru, lengkap dengan blangkon yang juga berwarna biru. Pada bagian depan blangkon menempel kepala seekor ular yang sudah dikeringkan berwarna hitam belang coklat putih. Dua tangan orang tua ini mulai dari pergelangan sampai ke sepuluh ujung jari berwarna hitam pekat. Di kawasan selatan Jawa Tengah dia dikenal dengan julukan Datuk Ular Jari Petir.

"Aku yang muda menurut apa suka kalian."

Orang ketiga membuka mulut. Barisan gigi dilapisi perak hingga jika mulutnya terbuka kelihatan deretan gigi besar berkilat kumis lebat, janggut tebal dan berewok tebal menutupi seantero wajah. Orang Ini mengenakan pakaian gombrang hitam.Yang hebat di kepalanya menancap puluhan pisau kecil berwarna hijau tanpa gagang. Dari warna pisau yang kehijau­hijauan jelas bahwa senjata itu mengandung racun jahat mematikan. Konon, jangankan manusia, seekor kerbaupun kalau tergores pisau akan kelojotan dan menemui ajal. Luar biasa kalau orangnya sendiri tidak sampai tersentuh racun padahal pisau jelas-jelas menancap di batok kepalanya yang berambut gondrong tebal hitam. Beberapa tahun lalu orang ini dikenal sebagai kepala rampok kejam yang gentayangan bersama beberapa anak buahnya mencari mangsa di hampir setiap jalan utama menuju Kotaraja. Pada masa itu dia dikenal dengan sebutan Warok Gigi Perak. Yang jadi korban kejahatannya bukan saja para pedagang tapi dia juga berani menyerang dan menjarah para kerabat Keraton.

Dua orang kakek tadi yaitu Lor Sekti AlisTunggai dan Datuk Ular Jari Petir berhasil membujuknya untuk meninggalkan pekerjaan jahat itu lalu menjadikannya sebagal salah seorang tokoh silat Kerajaan, bermukim di Kotaraja. Julukannya kemudian dirubah menjadi Si Mayat Terbang. Manusia satu ini memiliki tangan kiri yang lebih panjang dari tangan kanan. Hal ini karena dia seorang kidal dan selalu mempergunakan tangan kiri untuk melempar pisau terbang yang jadi senjata andalannya.

Setelah menyegarkan diri dengan meneguk air jernih sejuk dan mencuci muka, ke tiga orang itu duduk di tepi mata air, beristirahat sambil bercakap-cakap. Sementara kuda mereka kini ganti meneguk air sejuk di mata air dan melahap rumput liar yang tumbuh di sekitar tempat itu.

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin