168. Mayat Kiriman Di Rumah Gadang

4.7K 85 3
                                    

SATU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SATU

SESUAI perjanjian yang dibuat para Datuk Luhak Nan Tigo sebelum berpisah di Ngarai Sianok, Datuk Kuning Nan Sabatang dari Luhak Agam dan Datuk Bandara Putih dari Luhak Limapuluh Kota selepas sholat Asar telah berada di rumah gadang kediaman Datuk Panglima Kayo di Batu Sangkar. 

Turut kepada gelarnya, Datuk Panglimo Kayo adalah Datuk paling kaya dibandingkan dua Datuk lainnya termasuk Datuk Marajo Sati. Tidak heran kalau rumah gadang kediamannya berdiri megah bergonjong lima. (rumah gadang: rumah besar).

Setelah apa yang terjadi di Ngarai Sianok pagi hari itu, Tiga Datuk pimpinan tiga Luhak merasa perlu dengan segera merundingkan tindakan apa yang akan mereka lakukan sesudah Datuk Marajo Sati yaitu yang menjadi Datuk Pucuk atau Datuk Pimpinan dari Tiga Datuk Luhak Nan Tigo diketahui menyimpan seorang gadis Cina cantik belia di dalam goa kediamannya di Ngarai Sianok.

Ternyata Datuk Panglimo belum sampai di rumah gadang.

"Aneh", kata Datuk Kuning Nan Sabatang. "Seharusnya Datuk Panglimo Kayo lebih dulu tiba daripada kita..."

"Mungkin ada yang dilakukannya lebih dulu sebelum pulang ke sini. Kita nantikan saja. Mudah-mudahan sebentar lagi beliau datang..." Berujar Datuk Bandara Putih.

Sementara menunggu kedatangan Datuk Panglimo Kayo, dua datuk tadi duduk bersila di lantai rumah gadang sambil bercakap-cakap dan menikmati hidangan yang disuguhkan orang rumah yaitu kopi hangat serta goreng pisang.

"Datuk Kuning Nan Sabatang, kalau benar Datuk Pucuk Marajo Sati menyimpan gadis Cina itu di dalam goanya, saya sungguh kecewa, sungguh sedih. Bagaimana mungkin Datuk Pucuk mau berbuat seperti itu. Istrinya di Koto Gadang yang kemenakan Datuk Panglimo Kayo selain cantik juga masih muda belia. Datuk juga kita ketahui taat pada agama, patuh pada adat lembaga. Apa yang kurang..."

"Saya sendiri sebenarnya juga sangat menyayangkan. Kalau tidak melihat dengan mata kepala sendiri gadis Cina yang ditemukan dan ditangkap orang-orang itu, rasanya mana mungkin saya percaya..."

"Yang sangat terpukul pastilah saudara kita Datuk Panglimo Kayo," ucap Datuk Bandaro Putih dari Luhak Lima Puluh Kota. "Kita tahu benar riwayat bagaimana sampai Gadih Puti Seruni kawin dengan Datuk Marajo Sati.

Kalau tidak Datuk itu yang bersikeras memaksakan kehendak mungkin hal itu tidak kejadian. Kita juga tahu bagaimana kemudian ayah Puti Seruni jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia karena perkawinan itu sebenarnya tidak disetujuinya. Tapi dia seperti tidak berdaya, tidak bisa berbuat suatu apa karena Datuk Panglimo Kayo adalah mamak Puti Seruni. Kadang-kadang saya berpikir-pikir, jika tumbuh baik ya baik hasilnya. Tapi jika tumbuh keliru saya merasa kuasa seorang mamak di negeri kita ini seperti berlebihan..."

Setelah terdiam beberapa ketika Datuk Kuning Nan Sabatang mengusap wajah lalu menjawab. "Sebenarnya adat lembaga negeri kita sudah baik. Tidak lekang oleh panas, tidak lapuk oleh hujan. Cuma mungkin musyawarah dan kebijaksanaan yang perlu lebih mendapat tempat. Memang susah juga jadinya kalau sampai seorang mamak lebih berkuasa dari ayah nan kandung..."

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang