Chapter 2

9.1K 647 36
                                    

Sejak kepergian Sasuke, Sakura menjadi gadis pendiam, suka melamun, dan pemarah. Kepergian Sasuke menyebabkan dampak begitu besar pada Sakura.

Mebuki setiap hari tak henti-henti menangis karena melihat sang anak mirip seperti mayat hidup.

Kulit pucat, tubuh kurus, pandangan kosong, dan rambut sepunggung yang terawat membuat semua orang yang melihatnya prihatin. Sakura mengalami autophobia.

   "Sasuke-kun kemana ya? Kenapa tak mengajak Sakura? Sakura sendirian di sini," gumam Sakura dengan pandangan kosong.

Di balik pintu terlihat Mebuki menangis dan di belakangnya terlihat Kizashi tengah menenangkan Mebuki. Ya, gadis bungsu Haruno ini sedang berada di kamar.

Kamar berantakan dengan barang bercecer dimana-mana, pecahan kanca, dan darah di mana-mana.

Namun anehnya, semua goresan luka tersebut perlahan kembali sembuh hingga darah yang keluar seperti tak berguna.

   "Hiks... Kizashi-kun... Bagaimana bisa jadi begini? Hiks... Aku tak tega meninggalkannya sendiri di dunia ini...," isak Mebuki.

   "Tenanglah, hime... Aku sudah meminta Kakashi untuk mencari keberadaan Sasuke dan lainnya. Untuk saat ini, hanya mayat Mikoto-chan yang ada sementara Itachi, Fugaku, dan Sasuke belum diketahui hingga sekarang,"

    "Sejak terbunuhnya Mikoto pun gerbang neraka juga ditutup dan itu sangat mempengaruhi keseimbangan gerbang Alam 'Ruh'," lanjut Kizashi.

    "Hikss... Lalu bagaimana dengan Sakura kita? Hiks... Aku tak tahan mengingat garis takdirnya yang begitu menyedihkan," isak Mebuki.

Kizashi hanya menatap sendu Sakura. Ia bergumam,

   "Waktu kita hanya beberapa bulan lagi. Sudah 8 tahun sejak kepergian Sasuke-kun ia masih begini. Semakin cepat waktu berjalan, semakin cepat kita akan meninggalkannya," kata Kizashi.

   "Apakah kita tak bisa memperpanjang waktu kita lagi? Aku hanya ingin menemaninya saja. Dia anakku," kata Mebuki serak.

   "Anak sulung kita juga berada di sana, istriku... Ia juga tak bisa lama-lama kita tinggalkan. Sudah 15 tahun kita meninggalkannya dan menitipkannya pada Kakashi. Aku pun ragu jika ia masih mengingat kita," kata Kizashi.

   "Hikss... Sakura-chan masih belum cukup umur untuk menerima semua jati dirinya,"

   "Mau tak mau ia akan menemukannya tak lama lagi. Semoga saja ia bisa masuk ke gerbang Alam 'Ruh' tanpa kendala. Tugas yang akan ia pikul jauh lebih berat dari kita. Semoga Tuhan menyertaimu, anakku," kata Kizashi meninggalkan kamar bersama Mebuki.

   "Sasuke-kun... Tunggu Saki ya,"

---

   "Sakura-chan ayo ikut Okaa-san ke Kyoto yukk! Teman Okaa-san ada yang ingin bertemu denganmu lhoo," kata Mebuki kepada Sakura yag menatap kosong hujan dari balik jendela kamar.

   "..."

Sakura tak membalas ajakan Mebuki. Mebuki menahan air mata yang siap tumpah kapanpun. Anak kesayangannya sungguh seperti tak memiliki tujuan hidup sejak perginya keluarga Uchiha. Mebuki mengusap setetes air mata yang menetes,

   "Kau mau ya, sayang? Kalau begitu gantilah baju lalu turun ke bawah," seru Mebuki menutup pintu dan menangis.

   "Ha'i, Okaa-san," kata Sakura pelan dengan tatapan kosong.

KREKK...

Terdengar suara lemari. Sakura mengambil sebuah gaun selutut dengan warna hijau emerald seperti mata lentiknya. Sakura mengambil asal gaun itu dan memakainya. Ia memakai lipgloss rasa cherry lalu turun ke bawah.

Blood, Wounds, and Tears | sasusaku ✔️Where stories live. Discover now