Chapter 24

4.4K 393 36
                                    

Sakura, Sai, Sasuke, Tsunade, dan Fugaku masih membicarakan perang. Mereka memikirkan strategi, sekutu, senjata, dan berbagai hal lainnya. Fugaku sendiri memiliki pasukan yang hebat dan setia padanya. Akan tetapi, ia membutuhkan pasukan yang bisa menangani ilusi.

Istrinya itu pemimpin klan yang sangat jago menggunakan ilusi. Percuma saja ia memiliki pasukan kuat dan hebat, namun akhirnya kalah karena pikiran mereka dikendalikan oleh ilusi klan istrinya.

Sasuke memilih berdiam diri karena ia sendiri masih bingung. Ia seorang pangeran mahkota dan ia juga diharuskan untuk bersembunyi. Ia tak diperbolehkan ikut perang demi keselamatan tahta, namun kemauannya untuk melindungi banyak orang membuat dirinya bimbang.

Kalau saja ia bisa menggunakan sihir, ia pasti membuat beribu-ribu klon agar ibu tirinya yang jelek itu kewalahan menemukan dirinya yang asli.

Ia juga membutuhkan kekuatan Itachi karena Itachi memiliki kekuatan khusus dari mendiang ibu kandungnya, Uchiha Mikoto.

'Kalau saja okaa-san masih hidup, aku bisa berlatih kekuatan aneh itu dengannya,' batin Sasuke.

Fugaku dan Tsunade yang mengetahui pikiran Sasuke terkejut. Fugaku menghela napas berat. Sasuke berdiri dan pergi dari ruangan itu. Sakura hendak marah karena Sasuke pergi seenaknya di saat seperti ini, namun Tsunade mencegahnya. Ia menatap Tsunade bingung dan dibalas gelengan oleh Tsunade.

Sakura mendengus dan menyilangkan tangannya di depan dada. Sai tersenyum ambigu dan pergi dari sana.

   "Kau mau kemana?" tanya Sakura penasaran.

   "Mencari udara segar, jelek," jawab Sai.

Sakura langsung melempar sandal rumah yang ia kenakan dan sayangnya sandal itu salah sasaran.

   "Dasar bocah sialan!" umpat Sakura pelan.

   "Lebih baik aku mengundang ketua beberapa kaum atau klan yang bisa kita jadikan sekutu," kata Tsunade.

   "Lakukanlah," kata Fugaku setuju.

   "Baik!" Tsunade mengangguk. Ia membuat klon dirinya.

Tsunade membuat puluhan klon dan memberi mereka tugas. Semua klon itu pergi. "Bagaimana dengan strateginya?" tanya Sakura.

   "Strategi akan kita bahas setelah semuanya terkumpul. Jenderal wilayah selatan, Utakata sangat pandai mengatur strategi. Kita harus menunggunya," jawab Tsunade

   "Lebih baik aku dan Fugaku-sama mencari kelebihan yang terletak pada dirimu," lanjutnya.

   "Ghoul... Sejauh ini mereka makhluk terkuat di alam 'Ruh' sekaligus makhluk yang tak pernah ikut andil dalam peperangan. Mereka hidup bebas," kata Fugaku.

   "Jangan samakan aku dengan ghoul yang lainnya, otou-san!" seru Sakura kesal. Fugaku terkekeh.

   "Itu hal yang wajar. Mereka hanya ikut andil memakan bangkai korban perang. Ya hitung-hitung membantu kita dengan menghemat lahan pemakaman," kata Tsunade.

Sakura langsung berekspresi jijik. "Ukh apakah mendapatkan daging harus seperti itu? Menjijikkan sekali!" komentar Sakura. Fugaku dan Tsuande terkekeh. Mereka masih menunggu ketua yang lain dan Sakura mulai merasa bosan.

   "Bolehkan aku menyusul Sasuke dan Sai?" tanya Sakura.

   "Tidak bo-"

   "Silahkan," sela Fugaku ketika Tsunade berbicara.

Tsunade bingung. "Tapi-"

   "Lebih baik dia ikut anak-anakku daripada duduk di sini dengan kejenuhan menghantui dirinya," sela Fugaku lagi.

Blood, Wounds, and Tears | sasusaku ✔️Where stories live. Discover now