Chapter 20

4.1K 410 55
                                    

*Tempat Peramal Agung*

Nagato mematikan mesin mobilnya dan keluar diikuti Sakura, Sasuke, Tayuya, Juugo, dan Suigetsu.

Nagato berada di sebelah kirinya dan di belakang mereka ada Suigetsu Sasuke, Tayuya, dan Juugo. Tayuya merangkul lengan Sasuke karena merasa takut dengan lingkungan sekitar rumah sang peramal.

Pohon-pohon penuh cabang namun tak berdaun membuat suasana semakin menyeramkan. Daun-daun kecoklatan yang ada di permukaan tanah berbunyi ketika mereka melangkah. Rumah tua yang ada di depan mereka jauh lebih mengerikan dari lingkungan sekitar.

   "Benar ini tempatnya?" tanya Tayuya.

   "Diamlah!" balas Sasuke. Tayuya mendengus dan merangkul erat lengan Sasuke.

Sakura yang ada di samping Nagato merasa sedikit takut. Ia jamin, apabila ada yang mengagetkannya seperti di film-film horror, maka ia akan menghajar orang tersebut.

   "BOO!"

   "KYAAA!!"

BUAGH

Sakura serta Tayuya terkejut dan Sakura reflek meninju wajah Suigetsu yang mengagetkannya.

   "ITTAI!!" pekik Suigetsu seraya memegang hidungnya.

   "Aku yakin tulang hidungmu patah," ujar Juugo. Suigetsu mendengus lalu menatap tajam Sakura.

   "Itu salahmu dan bukan salahku. Kau bisa salahkan tanganku jika kau mau," kata Sakura.

   "Tangan sialan!" umpat Suigetsu.

   "Ya aku tahu," balas Sakura seraya mengendikkan bahu.

Tayuya yang berhasil mengatasi keterkejutannya pun menginjak kaki Suigetsu. "ITTAI!!" pekik Suigetsu lagi.

   "Itu bonus karena kau bercanda tidak pada tempatnya, gigi lancip," ujar Tayuya dengan tatapa tajam.

   "Sudahlah... Kalian sangat berisik," komentar Nagato.

Sakura, Suigetsu, dan Tayuya mendengus. Suigetsu memegang hidungnya dan seketika rasa sakit itu hilang. Untung saja dia terlshir dengan tubuh yang bisa berubah menjadi air. Apabila ia terluka, tubuhnya dapat pulih dengan cepat tanpa pengobatan.

TOK TOK

Nagato mengetuk pintu dan seketika pemandangannya berubah. Jika mereka tadi di depan rumah, maka mereka sekarang berada di sebuah ruangan penuh senjata-senjata dan tak ada siapapun.

   "Murid-murid Academia, hn?"

Mereka semua menoleh ke asal suara dan melihat seorang wanita berumur sekitar 35-40 tahun berjalan menghampiri mereka.

   "Wow aku kira peramal agung itu sudah nenek-nenek atau kakek-kakek seperti di film yang sering kutonton," celetuk Suigetsu.

CTAKK

   "Ittai...," rintih Suigetsu ketika kepalanya dipukul entah dengan apa.

Suigetsu menoleh ke atas dan melihat payung merah yang melayang sendiri. Suigetsu sedikit merinding dan menyengir kaku ke arah payung itu.

   "Kekinian juga ya... Aku kira payungnya berwarna hitam seperti di kebanyakan film horror," komen Suigetsu.

CTAK

   "Sudah keempat kalinya aku mendapat hal yang menyakitkan dalam kurun waktu 15 menit," gumamnya seraya mengelus kepala.

Nagato memutar mata malas dan ia tersenyum tipis kepada sang peramal. "Saya yang mengajak mereka ke sini. Maaf apabila mengganggu anda," kata Nagato seraya membungkuk sekilas setelah berbicara.

Blood, Wounds, and Tears | sasusaku ✔️Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu