Chapter 34

2.7K 310 104
                                    

TAPP TAPP

Terlihat sepasang kaki berjalan menuju sebuah kamar. Langkahnya terlihat sangat cepat.

TAPP TAPP

TAPP TAPP

Sepasang kaki itu berhenti di depan sebuah pintu kamar. Ia segera mengetuk kamar itu.

TOKK TOKK

Tak ada sahutan dari dalam kamar.

   "Kumohon, bukalah pintunya," gumam gadis itu.

TOKK TOKK

   "Sai-kun, buka pintunya!"

Gadis berambut indigo itu mengetuk pintu seraya menoleh ke samping kanan dan kiri karena takut bertemu salah satu keluarganya.

TOKK TOKK

Tetap tak ada balasan. Ia sekarang sedang panik. Ia akhirnya mengaktifkan mata byakugannya dan melihat ke dalam kamar.

   "Byakugan!"

SETT

Ia melihat ke dalam kamar Sai. Tak ada orang di dalam sana dan ia mulai bingung.

   "Tadi aku bertemu dengan Sai-kun dan dia berjalan menuju kemari. Kenapa tak ada di kamar? Kemana dia?" tanyanya pada diri sendiri.

Hinata terus menatap ke dalam dan tetap tak menemukan orang di dalam. Ia menon aktifkan byakugannya dan menghela napas panjang.

   "Aku di sini."

Hinata terkejut dan langsung menoleh ke belakang seraya melakukan kuda-kuda untuk junken. Orang yang ada di belakangnya langsung sigap memegang tangan Hinata yang hendak menusuk matanya.

   "Reflekmu akhir-akhir ini berkembang ya...," ucap Sai.

Hinata langsung menarik tangannya dari Sai dan menatap sekeliling. Tak lama kemudian, ia menghela napas lega.

   "Aku ingin membicarakan hal penting denganmu. Bisakah kita membicarakannya di dalam?" tanya Hinata.

   "Kenapa tidak di sini? Seorang gadis tak boleh memasuki kamar seorang pria maupun sebaliknya," balas Sai.

   "Aku tak ingin bercanda denganmu," kata Hinata.

Sai mengangkat sedikit ujung bibirnya. Ia menarik tangan Hinata masuk ke dalam kamarnya. Ia memasang ilusi agar mata byakugan tak bisa melihat isi kamarnya.

Hinata duduk di samping ranjang sementara Sai berdiri seraya bersandar pada dinding kamar. Hinata menatap Sai serius, sementara yang ditatap hanya melipatkan tangan di depan dada santai.

   "Apa kau ingin kehilangan matamu? Aku tak suka ditatap seperti itu," kata Sai.

   "Aku ingin pergi bertemu yang lainnya. Aku akan bersekutu dengan teman-teman dan segera mengakhiri perang ini," kata Hinata.

Sai langsung berdiri tegak karena terkejut mendengar perkataan Hinata. Ia berjalan mendekati Hinata dan berhenti tepat dua langkah di depan Hinata.

   "Kau yakin? Apa kau ingin mempercepat ajalmu?" tanya Sai serius.

   "Aku serius. Aku akan membeberkan semua rencana tou-sama dan ibumu," jawab Hinata.

   "Aku akan membantumu. Akan tetapi, jangan berharap aku akan banyak membantumu," balas Sai.

Hinata yang mendengarnya langsung membelalakkan matanya serta perlahan senyuman terbentuk di bibirnya.

   "Kau benar-benar ingin membantuku?" tanya Hinata.

Blood, Wounds, and Tears | sasusaku ✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora